Dengan langkah kesal, Kesya menunduk dan sedikit membersihkan bajunya yang kotor tersebut. Ia berniat untuk pergi ke loker dan ke toilet setelahnya.
Bruk!
"Ck, bisa nggak sih kalo jalan tuh-"
"Kevin?"
Kesya terdiam saat orang yang tidak sengaja disenggolnya adalah Kevin. "Sorry Vin, gue kaga sengaja."
Kevin menggeleng. "Udah gapapa, tapi itu baju lo kenapa?" ujarnya sembari menunjuk noda di baju Kesya yang terkena tumpahan jus.
Kesya kembali berdecak kesal. "Biasa si Tamara, sumpah ya tuh anak nyari gara-gara mulu. Gaada Zhenira, malah gue yang kena," gerutunya.
Kevin mengernyit tak habis pikir. Jadi, si Tamara beneran dibebasin ya?
"Ya udah, gue bantuin ambil baju lo di loker ya? Lo ada baju ganti kan di sana?"
Kesya menggeleng, berniat menolak bantuan Kevin. "Kaga usah Vin, gue bisa sendiri."
Namun, Kevin ya tetap Kevin. Si keras kepala. "Nggak, pokoknya gue mau bantu. Mana kunci loker lo, biar gue ambilin."
Dengan pasrah, akhirnya Kesya memberikan kunci lokernya pada Kevin. "Gue ke toilet deket kantin, ntar bawain baju gue ke sana ya."
Kevin mengacungkan jempolnya tanda mengerti. Kemudian cowok itu langsung berlari kecil meninggalkan Kesya yang menatap punggungnya sembari tersenyum kecil.
Setelahnya, ia benar-benar memantapkan langkahnya untuk segera sampai ke toilet. Kulitnya sudah terasa begitu lengket karena cairan jus jeruk itu.
🌌🌌🌌
"Duh, gue lupa nanya lagi lokernya nomor berapa."
Kevin menepuk dahinya keras. Kenapa dirinya jadi pelupa begini. Dengan cepat, ia merogoh ponselnya dan mencari kontak Keysa, lantas menekan tombol panggilan.
Panggilan berdering ..
"Halo, kenapa Vin?"
"Key, gue lupa nanya. Loker lo nomor berapa?"
"Astaga, gue juga lupa kasih tau. Nomor 123 Vin, langsung ke sini aja ya kalo udah. Gue tunggu di toilet."
"Okeh, gue otw ke sana abis ini."
Panggilan berakhir ..
Kevin menghela napasnya lelah. Tanpa membuang waktu lagi, ia segera mencari loker bernomor 123 dan mengambil sepasang seragam putih abu-abu yang berada di sana. Netranya tidak sengaja menangkap tulisan berisi quotes-quotes di balik pintu loker. Senyumannya seketika mengembang.
Lucu juga nih cewek.
Karena iseng, ia pun memutuskan untuk mengabadikan tulisan itu dalam ponselnya. Setelahnya, ia benar-benar menutup loker milik Kesya dan segera menyusul gadis itu ke toilet untuk memberikan seragamnya.
🌌🌌🌌
"Zheniraaa, gue kangen banget sama lo anjirr." Kesya langsung memeluk sahabatnya itu setibanya di rumah sakit. Bahkan dengan watadosnya, Kesya sudah duduk di kursi samping ranjang Zhenira.
"Zhe, lo gimana sekarang? Udah baikan?" Linda yang juga tengah kangen berat langsung mengambil kursi dan duduk di samping Kesya.
Zhenira tersenyum lembut, ia mengangguk senang karena kedua sahabatnya begitu peduli padanya. "Gue udah baikan kok, besok malahan udah boleh pulang. Pengen cepet sekolah lagi nih gue."
Oscars mendelik ketika mendengar penuturan sepupunya itu. "Gaada ya, lo belum pulih bener. Paling enggak seminggu istirahat di rumah dulu." Zhenira memanyunkan bibirnya. Netranya menatap tajam pada Oscars yang juga menatapnya dengan tak kalah tajam.
"Pokoknya gue mau sekolah ya," ujar Zhenira kekeuh, tidak bisa diganggu gugat.
"Tau nih Oscars, biarin aja napa dah. Kan gue tuh ngejomblo di kelas sejak Zhenira nggak masuk. Si Linda mah enak punya temen sebangku, lah gue?" sahut Kesya yang ikut membela Zhenira. Dia setuju banget kalau Zhenira mau cepat-cepat sekolah lagi. Ngapain juga lama-lama, yang ada bosan di rumah terus ya kan.
"Kaga bakal gue biarin."
Kesya mendelik mendengar jawaban Oscars yang sangat keras kepala itu. Ia melirik pada Linda meminta bantuan. Namun, apa yang dia dapatkan sekarang? Linda malah balik memelototinya dan menyuruhnya untuk diam. Kesya otomatis langsung mengerucutkan bibirnya kesal.
"Udah elah, malah debat lo pada," lerai Marcell yang tiba-tiba ikut nimbrung. Cowok itu mengisyaratkan Linda agar menghampirinya, Linda pun menurut dan langsung menghampiri sang pacar.
"Lo berdua jangan mesra-mesraan di sini ye. Awas lo!" cerca Maxime.
Marcell mengangkat dagunya sombong. "Jomblo diem aje."
Maxime mendelik tak terima. "Sialan, liat aja abis ini gue bakal cari pacar." Maxime berujar dengan menggebu-gebu, sontak semua yang ada di ruangan tersebut tertawa renyah. Ada-ada saja, pikir mereka.
Di saat semua temannya sibuk saling melempar ejekan, tanpa mereka sadari Zhenira melirik ke arah Zero yang berdiri tidak jauh darinya. Pipinya seketika memerah saat Zero ternyata juga tengah menatapnya. Tatapannya itu loh, bikin melting. Setidaknya itulah yang ada di pikiran Zhenira sekarang.
Zhenira mengkode Zero lewat tatapan matanya agar mendekat ke ranjangnya. Zero yang memang dasarnya peka, langsung saja menuruti permintaan Zhenira dan berjalan mendekati ranjang gadis itu.
"Kenapa, hm?"
Zhenira gelagapan. Seketika rasa gugup menguasainya. "Pengen cerita," gumamnya pelan.
Zero mengangkat sebelah alisnya. "Cerita apa?" bisiknya.
Zhenira melirik ke sekitarnya. Aman, yang lain masih sibuk sendiri. "Nggak di sini, nanti aja kalo mereka dah pulang ya?"
Zero tersenyum tipis, lantas mengangguk cepat. Ia menjauhkan diri dari Zhenira dan kembali ke tempatnya sebelum yang lain sempat menyadari.
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dream Adventure ✔
Fantasy[𝐌𝐲 𝐃𝐫𝐞𝐚𝐦 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 #𝟏] Genre : Fantasy - Teenfiction Tema : Dream World ⚠ [𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] ⚠ Follow dulu dong! Hargai penulis dengan memberikan vote dan komentarmu. Selamat membaca❤ ˚☂︎࣪⋅ 。\ | /。˚☂︎࣪ 。\ | / 。˚☂︎࣪࣪⋅ . Mimpi itu abs...
40 ߷ Tamara Again
Mulai dari awal