09

36.4K 2.7K 15
                                    

Pusat kota Orthello yaitu kota Denally. Kota yang sangat ramai dengan berbagai macam toko-toko yang menyediakan kebutuhan manusia di zaman itu. Thalia teringat akan dunianya, ia sangat ingin kembali dan menuntut balas pada pamannya yang bajingan itu.

Yasmin dan Madame Jasmine berjalan di belakangnya, Thalia sebal karena sudah menegurnya beberapa kali agar mau berjalan beriringan karena akan mempermudah komunikasi antara mereka. Tapi mereka malah menolaknya.

"Ayolah jalannya di sejajarkan sini! Aku lelah harus menoleh untuk kesekian kali. Apa kalian mau membunuhku pelan-pelan karena cidera leher?" Sarkas Thalia, sontak kedua wanita itu kelabakan dan berjalan cepat mensejajarkan langkahnya dengan Thalia.

"Maafkan kami, Nona! Kami tidak bermaksud seperti itu." Pungkas keduanya kompak.

Thalia terkekeh geli. "Sedari tadi seperti ini kan enak. Kalian ini, masa aku harus marah terlebih dahulu baru kalian menurut!" Yasmin dan Madame Jasmine terdiam.

"Lalu apa sudah dekat tempatnya, Madame?" Tanya Thalia

Madam Jasmine mengangguk, "Kita sudah sampai, Nona!" Jawabnya langsung menggiring layaknya pemandu wisata.

Thalia menatap bangunan besar dan megah, pintunya menjulang tinggi. Dindingnya bercatkan abu-abu yang menjadi ciri khas bangunan kota zaman abad pertengahan. Thalia antusias melihat bangunan itu, letaknya strategis, mudah di jangkau pelanggan, halamannya juga cukup luas bisa untuk berjualan lainnya. Atau mungkin, Thalia akan membuka stand kecil saja hitung-hitung membantu mereka yang hanya memiliki modal sedikit dan tidak memiliki lapak untuk berjualan.

Satu lagi Thalia paling suka jika bangunan itu memiliki banyak jendela yang dalam artian sirkulasi udaranya baik, belum lagi jendela-jedela itu posisinya sangat pas untuk memajang pakaian yang akan ia jual nanti, ia akan membuat etalase untuk memajang manekin-manekinnya.

"Mari nona kita masuk! Saya sudah menghubungi petugas bagian tanah bangunan kota. Pasti beliau sudah menunggu kita di dalam." Tutur Madame Jasmine yang di angguki Thalia.

Mereka bertiga masuk ke dalam bangunan itu. Dan benar saja, tampak pria berumur 45 tahun berpenampilan sopan dengan kacamata yang bertengger di batang hidungnya yang mancung menambah kesan tegas dan berwibawanya dia.

"Selamat pagi, Tuan Erick! Mohon maaf telah membuat anda menunggu lama!" Sapa Madame Jasmine. Pria itu menoleh dan segera berdiri memberi salam saat melihat sosok Thalia ada di belakang Madame Jasmine.

"Selamat pagi juga, Nyonya! Tidak masalah saya juga baru saja sampai!" Jawab Erick.

"Selamat datang di Denally, Nona Nathalia! Semoga Dewi Agung selalu menyertaimu."

Thalia terpaku sejenak karena pria di depannya ini mengenalnya, ia tidak menyangka bahwa dirinya itu terkenal--entah terkenal baik atau jahat Thalia tak peduli akan hal itu. "Selamat pagi, Tuan Erick! Terimakasih sudah menyambut kedatangan kami."

Thalia beserta kedua rekannya segera membahas pekara bangunan yang akan menjadi tempat dimana Thalia membuka bisnisnya. Ia tertarik untuk membeli bangunan itu daripada menyewanya. Sebab, Thalia sudah menghitung keuntungan antara membeli dan menyewa tempat itu dan hasilnya ternyata lebih menjanjikan jika ia membeli bangunan itu.

Semua dokumen serta surat-surat penting telah di siapkan oleh Tuan Erick. Hanya butuh waktu sekitar 3 hari, baru dokumen sah kepemilikan yang baru sudah bisa berada di tangan Thalia. Untuk hari ini, Thalia akan menerima Akte Jual Beli saja sebagai bukti sambil menunggu surat kepemilikan bangunan tersebut sampai padanya.

***---***

Thalia menatap kagum hasil karya Madame Jasmine-sungguh sangat indah. Jahitan serta payet-payet sangat rapi terpasang. Gaun kiriman dari Madame Jasmine telah sampai di kediamannya, gaun itu di bawa oleh pengawalnya dan Madam Jasmine tidak ikut serta karena ada keperluan mendadak di rumah ibunya, jadi Madam Jasmine pulang kampung selama beberapa hari kedepan.

I WANT YOUWhere stories live. Discover now