"Tadi belajar apa?" Tanya Abang, saat mobil sudah meninggalkan gedung sekolahnya. Mobil berjalan dengan kecepatan sedang di jalanan. Terkadang, Abang memelankan lajunya karena para orang tua menjemput anaknya sekolah itu sering sekali berdesakan dan membuat macet jalanan dikawasan sekolah Yazan.
"Agama dan tanam-tanam, Abang."
Pria itu menoleh sejenak pada anak kecil yang ternyata sedang asik memakan coki-coki yang entah didapat darimana. "Oh ada agama juga."
Anak itu mengangguk.
"Terus apa lagi?"
"Ibu guru juga tadi bertanya, Njan pilih curga atau neraha?"
Pria itu melirik Yazan sebentar. "Njan pilih apa?"
"Neraha, Abang."
"Gimana?" Abang mengerjap bingung, dia takut kalau-kalau salah dengar.
"Njan pilih neraha, abang." Jelas anak itu sekali lagi. "Talo abang pilih curga atau neraha?"
Dan dengan bangganya Abang menjawab, "Abang jelas pilih surga lah."
Mendengar hal itu Yazan menelengkan kepalanya bingung, dia menatap Abang sejenak. Terlihat kening si bocah mengkerut. Nampak kebingungan sekali.
"Tenapa Abang pilih curga? Curga tan icinya wortel cama brotoli."
"Hah? Gimana?" Zayan reflek menghentikan mobilnya sampai-sampai orang dibelakangnya menglakson dirinya.
"Iya, tata mami cama Om Mim. Talau mahan wortel cama broholi, bica macut curga, Abang."
"Jadi itu yang buat lo pilih neraka?" Yazan mengangguk. "Wah... Wah..." Pria itu bingung menanggapi.
Gue harus jawab pakai gaya apa lagi?
Ada jeda sejenak disana, entah kenapa terasa aneh bagi Zayan saat merasakan kesunyian di dalam mobil. Biasanya, Yazan seperti orang kesurupan. Bocah kelebihan gula itu akan bertindak semaunya di mobil jika tidak duduk di baby car seat.
"Abang..." panggilnya, membuat Abang menoleh sejenak.
"Iya?"
"Abang cuha cayur?" Pertanyaan tentang sayur kembali dibahas.
Pria itu mengangguk singkat. "Suka."
"Hhh~ tenapa Abang cuha cayur?" Mungkin Yazan merasa kecewa, kenapa orang dewasa suka sekali sayur. Brokoli lah, wortel lah... Padahal kan... Itu makanan haewan, kenapa manusia suka makanan hewan?
"Ya karena Abang suka. Kenapa?"
"Njan nda cuha cayur, Abang." Tuyul cokelat itu menggeleng, kemudian menutup mulutnya dengan kedua tangan mungilnya.
"Tapi Njan makan makan sayur terus.
Terlihat anak itu tertunduk lesu. "Dipatca Om Mim, nanti talo nda mahan ditacih tau te Mami."
"Sayur sehat Njan."
Anak itu menghela nafasnya. Lagi.
"Shinchan aja mau lho makan sayur." Ujar Abang memberi pengertian.
Lantas Yazan menoleh dengan antusias. "Benar Abang?"
"Bener lah, masa Abang bohong " yang sebenarnya Zayan pun tidak tahu kalau Shinchan makan sayur atau tidak.
***
Sesampainya di rumah, seperti biasa. Abang Zayan menuju kamarnya, sedangkan Yazan berjalan gontai, menyeret tasnya di lantai lalu duduk tersandar di sofa. Hari ini sangat lelah sekali. Dimulai pagi hari berolahraga, lalu belajar agama, kemudian berkebun. Yazan merasa seperti pejabat yang sudah bekerja keras untuk menghidupi dirinya dan masa depannya, sampai-sampai Yazan terlelap begitu saja.
11. Pergi Ke Mall
Mulai dari awal