𝆗 ⌺ 𝆗






Brumm

Bruuumm

Semua mata dalam arena tertuju pada segerombolan motor yang baru saja tiba dengan gaya yang memukau. Tak lain adalah Blaze dan anggota Vortex. Mereka tidak perlu waktu lama untuk menarik perhatian banyak orang yang memandang mereka dengan rasa ingin tahu. Mereka bukan hanya dihormati sebagai anggota Vortex, tetapi juga dipandang sebagai pesaing serius dalam balapan malam ini.

Blaze dan anggota Vortex masih berdiri dengan gagah di samping motor mereka, tak ada niat untuk turun sebelum mendapatkan instruksi dari Blaze. Banyak pasang mata yang memandang mereka dengan penasaran, terutama tentang sosok ketua dalam geng ini, mereka tidak bisa menebak siapa ketuanya karena anggota Vortex masih belum melepaskan helm full face mereka.

Rinjani dan Reza, yang telah lebih dulu tiba, menyambut Blaze dan anggota yang lain dengan senyum hangat. Mereka memberi isyarat bahwa segala persiapan untuk balapan sudah dilakukan dengan baik.

"Siapa yang akan turun?" tanya Rinjani dengan penuh semangat.

Semua anggota Vortex memandang Blaze yang berada di barisan belakang. Blaze memang sengaja memantau mereka dari belakang untuk memastikan semuanya berjalan lancar. Seorang ketua tidak harus selalu berada di garis depan, bukan?

"Bang Rendra," seru Blaze setelah mempertimbangkan.

Rendra yang berada tidak jauh dari Blaze segera mengangkat tangannya.

"Lo yang turun,"

Rendra tersenyum tipis dari balik helm full face-nya. Dia juga ingin turun dalam balapan kali ini, dan tentu saja, ia menerimanya dengan senang hati.

Sementara itu, semua orang di sekitar memperhatikan kejadian ini. Mereka dengan cepat menyimpulkan bahwa pemuda di barisan paling belakang adalah ketua mereka. Aura dari Blaze juga lebih menonjol dibandingkan dengan yang lain, membuat mereka dengan cepat menebak bahwa dialah ketua Vortex.

Astra duduk di antara penonton, matanya tak pernah lepas dari anggota Vortex. Mereka akhirnya bisa melihat geng itu lagi setelah sekian lama tidak keluar dari sarangnya, apalagi kali ini bersama ketuanya. Mereka semakin penasaran.

Jegar terus memperhatikan orang yang diduga sebagai ketua Vortex. Ia merasa mengenali postur tubuh itu, tetapi tidak terlalu yakin.

Blaze membalas tatapan adiknya dari balik helm full face-nya, meskipun Jegar tidak menyadarinya. Ia tersenyum tipis, tahu bahwa adiknya tetap bisa mengenalinya. Untungnya, sebelum datang ke sini, Blaze telah menukar motornya di markas, sehingga mereka tidak akan curiga dengan motor yang dia gunakan sekarang.

"Ketuanya yang di belakang, kan?" tanya Bevan.

Astra masih terus memperhatikan pemuda yang menonjol dari yang lain. "Kayanya iya," balas Astra.

"Sepertinya dia tidak akan turun. Tadi ada anggota lain yang mengangkat tangan, pasti dia yang akan turun ke arena," seru Faldo.

Jegar mengangguk dan menatap Astra. "Lo masih mau turun ke arena, Ra?"

"Iya," jawab Astra singkat.

"Taruhannya?"

"Motor gue."

"Oke, gue daftarin nama lo dulu."

Astra hanya mengangguk sebagai tanda persetujuan. Matanya tak pernah berpaling dari ketua Vortex itu.

Setelah mengatakan itu, Jegar segera pergi menuju meja pendaftaran.






𝆗 ⌺ 𝆗






BLAZE (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang