Melihat mata wanita jangkung itu berair membuat Jennie juga tidak bisa menahan perasaannya. Ia lantas mendekat dan mengklaim bibir Lisa tanpa basa-basi. Mereka berdua terdiam saat bibir saling bersentuhan, jantung Jennie terasa seperti akan meledak. Kemudian setelah beberapa saat seperti itu, ia merasakan tangan Lisa bergerak menangkup wajahnya saat bibir lembut wanita itu bergerak sangat lambat, dengan lembut melumat serta menghisap bibir bawahnya dengan cara yang mengirim kupu-kupu beterbangan di perut Jennie.


****

Jika matanya bisa berbicara, maka sudah pasti dia akan memohon kepada Jennie agar berhenti memproduksi bulir-bulir yang terus berjatuhan tanpa henti. Sepanjang perjalanan hingga mereka tiba di bandara, Jennie benar-benar tidak bisa berhenti menangis, Jisoo dan Lisa sampai kehabisan cara untuk menyuruhnya berhenti.

Tangis itu adalah campuran antara kebahagiaan karena bisa kembali bersama Lisa, dan kesedihan karena harus meninggalkan negara dan orang yang dicintainya. Jennie benar-benar ingin tinggal lebih lama dan menikmati hubungan mereka yang telah pulih kembali, tetapi keadaan tidak memberinya pilihan dan dia tahu bahwa dirinya tak boleh egois.

"Bandara ini akan segera berubah menjadi sungai jika kau tidak berhenti menangis, Jennie." Ejek Jisoo.

Jennie menyeka air matanya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya enggan melepaskan genggamannya pada Lisa. Jika Jisoo berada di posisinya, barulah dia akan mengerti bahwa ini sangat menyakitkan.

"Semuanya akan baik-baik saja, Jennie. Jangan khawatir, aku tidak akan menghilang lagi." Lisa mencoba menenangkan.

"Bukan tentang itu." 

"Lalu?"

"Bagaimana jika ..... bagaimana jika aku merindukanmu?"

"Ya ampun!!!" Jisoo menyela lagi, kali ini terdengar kesal. "Jen. Ada teknologi yang disebut ponsel, dan video call! Kau terdengar mengerikan barusan."

Jennie menatapnya dengan tatapan mematikan yang membuat Jisoo meringis. Sementara itu, Lisa hanya bisa tertawa melihat wajah kesal Jennie. Dia kemudian diam-diam memberi isyarat kepada Jisoo sehingga wanita itu kemudian menjauh dari mereka untuk memberi sedikit ruang. Jisoo sendiri sebenarnya tidak tahan melihat kengerian kedua pasangan baru itu terlalu lama.

"Orang bilang kunci dari hubungan jarak jauh adalah komunikasi. Jadi mari kita lakukan itu." Lisa berkata.

"Apakah itu akan berhasil?"

"Tentu saja, Jen. Selama hati kita berada di tempat yang sama, tidak ada yang tidak bisa. Kita bisa melakukan video call di waktu luang, dan bertukar pesan jika terlalu sibuk. Bukankah itu menyenangkan?" Lisa mencoba menghiburnya meskipun dia sendiri tidak tahu bagaimana perasaannya nanti saat merindukan Jennie.

Jennie memejamkan matanya saat tangan Lisa membelai kepalanya dengan lembut. "Kita akan baik-baik saja, kan Lisa?"

Mengangguk, Lisa tersenyum. "Aku berjanji. Tidak akan ada lagi patah hati, tidak akan ada lagi kehilangan. Aku akan segera menemui orang tuamu di Korea, untuk menghapus kebencian mereka padaku dan meyakinkan mereka. "

"Sejujurnya mereka tidak pernah membencimu," Jennie menghela napas, perjuangan rupanya belum berakhir. "Namun tampaknya kau memang membutuhkan sedikit usaha untuk membuat mereka percaya bahwa kau tidak akan menyakiti putri mereka lagi. Tentu saja, aku juga akan melakukan bagianku. Setiap hari, sampai kau menginjakkan kaki di Korea, aku akan meyakinkan mereka." Tegas Jennie.

Sejenak Lisa terdiam, memandangi wajah wanita yang dicintainya, yang telah menyakitinya, yang telah ia lukai, dan sekarang dia miliki kembali. Hatinya berpacu akan setiap jengkal wajah Jennie yang selama ini mampu memisahkan jiwa dari raganya. Kata-kata Jennie barusan sebenarnya yang membuat Lisa tertegun, sebab bagaimana mungkin dia bisa menunjukkan kesungguhan yang lebih besar daripada Lisa sendiri? Pada detik itu, Lisa semakin yakin bahwa ia tidak akan pernah mau kehilangan wanita ini lagi.

Dia bersumpah demi hidupnya, meskipun alam semesta meragukannya, bahwa dia akan melindungi Jennie Kim sepanjang hidup dan tak akan membiarkan siapapun mengusik kebahagiaan wanita ini.

"Jennie..." Ia berbisik seiring matanya berkaca-kaca.

"Ya?"

"Jadilah istriku." Pinta Lisa dengan tegas. Ia sudah mengatakannya tadi, tapi kali ini dia berharap Jennie bisa merasakan ketulusan seta kesungguhannya. "Jadilah istriku, Jennie Kim." Ulangnya.

Mata Jennie kembali berkaca-kaca saat hatinya menghangat mendengar permintaan indah itu. Dia menatap balik mata Lisa, lantas dengan penuh sadar menganggukkan kepalanya dan berkata, "Lalisa Manoban...Aku akan menjadi istrimu." 



--TAMAT--

Stuck In Her Shadow || Jenlisa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang