⚠️Pulang

Mulai dari awal
                                    

Yuki dan Tomoe berencana menginap tapi tidak jadi karena ada beberapa hal yang harus Yuki urus terkait kasus penculikan Fumie yang sudah diserahkan ke pihak kepolisian setempat. "Ibu akan datang pagi-pagi sekali besok. Maaf tidak bisa menemanimu, sayang" ucap Yuki menyesal.

"Tidak apa-apa, Bu. Pulanglah. Hati-hati dijalan." Ucap Fumie setelah berpura-pura menguap. Yuki mengecup kening Fumie sekali lalu membawa Tomoe pulang.

Setengah jam kemudian...

Ketukan pintu kamar mengalihkan perhatian Fumie pada komik detektif yang ditinggalkan Tomoe untuk menemani Fumie jika ia bosan. Fumie menyimpan bukunya lalu berbaring dengan benar agar tidak dimarahi lagi karena kemarin seorang perawat melakukan hal itu padanya setelah mendapatinya berbaring menelungkup.

Gerendel pintu diputar dari luar lalu muncul Tatsuya setelah pintu terbuka. Fumie membulatkan matanya, senang melihat siapa yang datang. Ia kira dokter atau perawat galak yang kemarin memeriksanya.

"Boleh aku masuk?"

Fumie mengangguk saja sebagai jawaban. Matanya memperhatikan Tatsuya berjalan dari pintu hingga laki-laki itu telah berada disampingnya.

"Apa aku mengganggu?" Tanya Tatsuya.

"Ti-tidak." Jawab Fumie. "Tanganmu kenapa?" Tanya fumie bingung karena Tatsuya menyembunyikan tangannya sebelah sejak tadi.

"Tanganku baik-baik saja. Ini untukmu." Tatsuya mengeluarkan tangannya lalu menyerahkan sebuah buket bunga mawar untuknya.

" Tatsuya mengeluarkan tangannya lalu menyerahkan sebuah buket bunga mawar untuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Untukku?" Fumie menunjuk diri. "Kenapa?"

Tatsuya tidak tahu harus menjawab apa. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Apa perlu alasan? Sudah terima saja." Tatsuya menaruh bunganya didekat tangan fumie.

"Baiklah. Terima kasih." Fumie mengambil bunga itu dan menaruhnya diatas nakas. Ia juga mempersilakan Tatsuya untuk duduk di kursi yang ada didekat ranjangnya.

Hening antara keduanya pun terjadi selama beberapa saat.

"Jadi bagaimana keadaanmu? Apa tanganmu masih sakit?" Tatsuya membuka percakapan lebih dulu.

"Sudah tidak terlalu sakit. Bagaimana denganmu?" Fumie tahu  jika Tatsuya tidak terluka parah seperti dirinya. Tapi tak dapat dipungkiri bahwa Tatsuya juga ada bersamanya kemarin.

"Ya, aku baik. Seperti yang kau lihat." Tatsuya memberi gestur kalau ia sehat dan terlihat segar bugar.

"Syukurlah kalau begitu. Tadinya kupikir aku bisa membantumu kalau kau punya keluhan sakit." Kata Fumie tanpa menyadari reaksi Tatsuya yang kesenangan setelah mendengar ucapannya.

Agar Tatsuya tidak menyalahi makna perkataannya, Fumie buru-buru menambahkan, "Ma-maksudku seperti memberitahu dokter dan ... mendoakan agar cepat sembuh, mungkin." Fumie menyengir diakhir karena alasan klise yang dibuat-buatnya.

Tatsuya menatap Fumie lalu mengambil tangan gadis pujaan hatinya itu. "Sebenarnya ada." Kata Tatsuya terus terang. Meskipun terlalu awal, Tatsuya tidak ingin membuang-buang waktu lagi.

"Oh ya? Apa itu?" Fumie melihat tubuh Tatsuya tapi tidak menemukan luka yang berarti. Melihat keluguan Fumie dan ketidakpekaan gadis itu, Tatsuya sontak menarik tangan Fumie dan menempelkannya di dadanya.

"Disini." Tatsuya menatap mata Fumie dengan serius.  Fumie juga sepertinya tenggelam dalam tatapan itu hingga cepat-cepat menyadarkan dirinya untuk tidak terlalu gegabah. Dan entah kenapa Tatsuya terlihat lumayan tampan hari ini terlepas dari kebaikan yang Tatsuya berikan padanya sejak hari mereka diculik.

"Kau ditusuk juga?" Tanya Fumie pura-pura tidak mengerti padahal jantungnya sudah bergerak dua kali lebih cepat dari biasanya.

"Bukan." Tatsuya menggeleng.

"Kau punya penyakit jantung?" Tebak Fumie lagi.

Tatsuya menggeleng.

"Tapi detak jantungmu cepat sekali." Fumie menambahkan. Sama seperti jantungnya sekarang.

Senyum Tatsuya merekah. Ia memindahkan tangan Fumie ketempat semula tapi masih digenggamnya erat. Seperti sudah menjadi kebiasaannya, Tatsuya mengelus tangan Fumie dengan ibu jarinya. 

"Di dunia ini ada dua kemungkinan penyebab kenapa jantung manusia berdetak sangat cepat. Pertama karena penyakit jantung dan kedua karena jatuh cinta," jelas Tatsuya seperti pakar percintaan.

Untuk sesaat dunia terasa berhenti. Tatsuya sangat yakin kalau Fumie tahu apa yang ia rasakan. Bahkan tanpa mengungkapkannya, gadis itu pasti paham.

"Jadi maksudmu kau sakit?" Kata Fumie tanpa berkedip. Ia rasa percakapan ini semakin aneh saja.

"Ya, aku sakit. Sakit cinta."

Tiba-tiba tawa Fumie terburai dan segala pertahanannya runtuh. Tawa itu bertambah renyah ketika wajah Tatsuya terlihat seperti orang kebingungan.

"Seharusnya kau bilang saja kalau suka padaku. Jadi aku tidak perlu bersusah diri mencerna lika-liku bahasa aneh yang kau ucapkan tadi." Fumie menatap Tatsuya masih dengan sisa tawanya.

"Jadi yes or yes?" tanya Tatsuya penuh harap.

"Maksudmu Yes or no?" Fumie meralat.

"Aku tidak menerima penolakan, Fumie. Kau tahu aku adalah laki-laki paling tampan di sekolah kita kan?"

Fumie memutar bola matanya, lupa kalau Tatsuya itu manusia narsis yang sialnya sangat tampan. Bibir Fumie yang berhiaskan gigi-gigi rapi itu tersenyum lebar lalu memgangguk senang.

"Baiklah, aku tidak punya pilihan lain. Yes."

"Terima kasih." Tatsuya tanpa segan langsung mengambur diri memeluk Fumie.

***

Bad girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang