47. Lingkungan Labirin_

Mulai dari awal
                                    

"Apa yang kau lakukan Neil?!" protes Bella.

"Setidaknya, perlihatkan sopan santunmu."

"Apakah kau tidak bisa membedakan tuntutan dan sopan santun Neil?"

"Dasar bodoh, kau sendiri juga tak paham soal itu."

Dari sisi Mikka, dia hanya mampu memperhatikan saja pertengkaran kecil mereka berdua sembari melemparkan senyum tipis ke arah mereka.

**

Setelah beberapa pertikaian kecil, mereka berdua akhirnya berada di labirin mengikuti ajakan dari Mikka.

Jika dilihat secara seksama, struktur dinding-dinding ini terkesan kuat, terbuat dari batu-batu kuno yang telah berdiri tegak selama berabad-abad.

Bahkan ketika berhadapan dengan Raja Iblis Serigala sebelumnya, labirin bawah tanah di tempat ini tidak sedikit pun mengalami kerusakan.

"Baiklah ikuti aku," ucap Mikka yang mulai memasuki muka labirin.

Labirin ini tidak hanya difungsikan sebagai tempat untuk berlatih atau memenjarakan tawanan, melainkan juga digunakan sebagai tempat persembunyian termasuk bertahan ketika terjadi kondisi di luar kendali.

Mikka menyadari bahwa tempat ini memiliki banyak fungsi khusus yang belum pernah ia jelajahi sebelumnya.

Tirta hanya memberi gambaran dan pengetahuan sedikit soal labirin tersebut jadinya Tirta memberikannya kebebasan Mikka untuk mengeksplorasinya, sebab Tirta sendiri tak terlalu suka dengan labirin di bawah Istana.

"Jadi ke mana kita memulainya?" tanya Bella yang berada di belakang Mikka.

"Baiklah kalian tetap berada di dekatku aku akan menjelaskannya satu-persatu, mulai di sebelah kanan ini adalah ruang gudang makanan."

Mereka kemudian kembali berjalan lurus lalu berbelok ke arah kiri. Dalam beberapa menit perjalanan terdapat dua lorong pintu percabangan lainnya.

"Suara apa itu?" Bella kaget ketika mendengar sesuatu seperti amukan hewan liar, Ia kembali melanjutkan perkataannya. "Aromanya juga tidak sedap."

Beberapa saat kemudian Mikka mulai berbicara ketika suara makhluk terdengar lebih keras karena sudah berada dekat dengan tempatnya. "Disitu adalah lorong penjara, aku yakin kalian tak ingin melihatnya jadi mari ke ruangan lainnya."

"Tunggu, aku ingin melihatnya," Neil mengacungkan jarinya.

"Tunggu Neil, Kenapa kau ingin ke sana, memangnya kita akan menemukan sesuatu yang bagus? Tidakkah kau berpikir suaranya saja sudah cukup menyeramkan!" Bella mencengkeram lengan Neil ketika ia berusaha untuk masuk ke ruangan penjara.

"Ayolah Bella, apa kau tidak penasaran makhluk apa saja yang ada di situ?"

"Tidak, baunya saja sudah cukup menjijikan, pasti bentuknya juga tidak karuan."

Mikka yang sedari tadi diam kemudian mencoba menengahi mereka. "Bella, bagaimana jika kau menunggu di sini saja sementara aku dan Neil masuk ke dalam?"

"Apa? Kenapa begitu? Kenapa tidak biarkan Neil saja sendirian di sana?"

"Baiklah, aku akan ..."

Tiba-tiba Mikka langsung menyeret Bella untuk ikut bersama Neil untuk masuk.

"Hei, kenapa? Aku malah diseret—"

"Ya, maaf saja, mau tak mau kau juga harus ke sini suatu hari nanti, jadi lebih baik ikut saja."

"Tunggu! Aku—Tidak!" Bella mencoba meronta namun tenaganya tentu saja kalah jauh dengan Mikka. "Ini kejahatan!"

**

Namun tak butuh waktu lama, Bella malah lebih antusias ketika melihat makhluk-mahluk di penjara labirin.

"Hewan apa itu? Menarik sekali?!" ucap Bella menunjuk salah satu sel dengan jarinya.

Bentuknya seperti seekor burung memiliki empat sayap namun juga memiliki dua tanduk di kepalanya dan ekornya berbentuk seperti api.

Mikka yang berada di samping kemudian menjelaskan, "Itu bukan hewan, itu monster hati-hati dia bisa membakar jika kau terlalu dekat."

"Aku jadi ingin memeliharanya—Hwahh!" Bella kaget ketika makhluk itu menyemburkan api, untungnya tangan Mikka sigap dan segera menariknya ke belakang.

"Sudah kubilang hati-hati."

Namun setelah tetap tak merasa takut dengan itu, ia masih antusias melihat keindahan burung tersebut.

"Bisakah ini dipelihara?"

"Tidak, lebih baik jangan."

Mata Bella kemudian beralih ke arah lain, ada sebuah monster tak berbentuk seperti cairan yang menggumpal.

*****

Travel in a Different SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang