"Ya, saya tepat di depan ruangan Nani. Kenapa, Pak?"

"Tuan Nani meminta secepatnya."

Mata Dew melirik pintu ruangan Nani lagi. "Baiklah, aku akan masuk."

Dew beranjak dari dudukannya, membuka pintu sedikit.

"Saya sudah tidak bisa lagi menjalani pernikahan ini, Pak." Tubuh Dew membeku sejenak, itu suara Nani.

"Kenapa?"

Dew bingung, haruskah dia masuk?

"Anak Anda tidak mudah di atasi. Dengan tempramen saya saat ini, semuanya tidak mudah. Tenang saja, walaupun saya akan berpisah dengan Dew, saya tidak akan meminta ganti rugi atas uang yang sudah saya berikan pada perusahaan. Setidaknya, kontrak pernikahan sudah setengahnya berjalan."

Telinga terpaku, mendengar pembicaraan yang mengejutkan. "Kontrak apa?" Gumam Dew.

"Anda juga harus berhenti dengan tabiat buruk yang sudah anda perbuat. Saya merasa kasihan pada ibu mertua."

Dahi Dew berkerut dalam, tak mengerti dengan pembicaraan di dalam.

"Sebelum itu, apakah saya masih bisa mendapatkan bagian sedikit lagi?"

Kekehan geli terdengar, suara Nani lagi. "Apa anda kalah lagi? Saya sudah memperingati anda sebelum pernikahan waktu itu... Jangan bermain-main dengan wanita dan perjudian."

Lagi, Dew terdiam. Ruangannya terasa terhenti sejenak, seolah waktu berhenti berputar ketika informasi tak terduga itu merayap masuk.

Setiap kata terdengar seperti beban yang tak terduga, menciptakan kebingungan dan perasaan campur aduk. Mungkin peristiwa tersebut merombak ekspektasi atau mengungkap sedikit rahasia yang telah terpendam.

"Sesuai kontrak, karena saya yang meminta perceraian... Maka saya akan membayar kompensasi."

"Tuan," Dew berjengit, suara itu sampai kedalam ruangan.

"Ya," jawaban ia berikan pada sekretaris muda yang selanjutnya dia tinggalkan untuk masuk kedalam ruangan Nani.

Tatapan bingung dan kaget bisa Dew lihat dari wajah ayahnya, Nani tak merespon—membuang muka.

"Selamat pagi, Ayah."

"Pagi, Dew. Apa yang kau lakukan disini?"

"Ini..." Dew mengangkat berkas di tangannya, meletakkannya di atas meja. "Kau meninggalkan nya di meja makan." Lanjut Dew menatap Nani yang tidak menatapnya, mengambil satu map berwarna kuning.

"Ayah mertua bisa melihat dokumennya terlebih dahulu, lalu tanda tangan jika menyetujuinya." Suara Nani ramah, tidak semena-mena seperti sebelumnya.

Apakah ini akting? Dew bertanya-tanya dalam hati. "Dokumen apa?" Belah bibir Dew bertanya, walaupun dia berada di kantor yang sama dengan ayahnya—dia tidak berada di posisi yang tinggi di perusahaan. Baru karyawan biasa, dia sendiri yang meminta karena dia belum lama terjun ke duni pekerjaan.

"Kontrak. Aku ingin membangun mal dan membutuhkan perusahaan konstruksi untuk bekerjasama." Nani yang menjawab, mata itu menatapnya sekilas. Dingin.

Reaksi spontan dan perasaan tak terduga mengisi ruang, menciptakan momen yang mengguncang fondasi kenyamanan dan keyakinan sebelumnya. Nani memilih untuk menyembunyikan kesepakatan antara dia dan ayahnya. Pertanyaan muncul dikepala Dew. Kenapa? Apa kau takut image diktator mu hancur dihadapanku? Atau... cinta yang sebenarnya kau katakan waktu itu hanya dusta? Dan, Ayah... Kenapa?

Sesaat, Dew mengamati gerakan ayahnya yang menggores kertas dengan pena. Menandatangani. Berkas di letakkan di meja, tangan Dew bergerak untuk mengambil dan didahului oleh Nani.

"Apa aku tidak boleh memeriksa nya?" Tanya Dew dengan mata memicing.

"Kau tidak percaya pada ayah?" Gulir mata Dew beralih pada ayahnya yang membuat ekspresi—jangan macam-macam.

Dalam momen-momen seperti itu, suasana menjadi tegang, dan perjalanan pikiran menuju pemahaman dan menerima kenyataan baru dimulai. Mungkin perasaan kejutan akan membuka pintu bagi refleksi mendalam atau mengubah dinamika hubungan dan pandangan hidup.

-+-

Di keheningan malam yang gelap, pikiran-pikiran yang gundah merayap perlahan-lahan seperti bayangan yang tak terlihat. Seakan-akan ada kabut kelam yang menyelimuti setiap sudut benak, membingungkan dan merayu jiwa dengan berbagai pertanyaan tanpa jawaban yang pasti. Perasaan kecemasan dan ketidakpastian menjadi beban yang terus menerus menghantui, menciptakan suasana hati yang gelap dan suram.

Dew duduk termangu di sofa ruang tamu, memikirkan kejadian tadi pagi—sampai tak sadar waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Dia tersadar saat suara mobil terdengar. Nani baru pulang.

Dew menatap pintu, dibuka dan melihat sosok Nani yang memiliki wajah kusut—terlihat lelah.

"Kenapa baru pulang?"

Wajah kaget ditampilkan, mata hazel itu menatap Dew sedikit melotot untuk seperkian detik. Alih-alih menjawab, Nani memilih untuk melengos dan pergi ke kamar.

Semenjak itu, Nani jarang terlihat di rumah. Saat sarapan, Nani sering pergi terlebih dahulu. Pulang larut sehingga Dew merasa bahwa dia hanya tinggal sendirian dan di temani pekerja di rumah besar itu.

Semenjak itu pula, Dew mengurangi waktu untuk menemui pacarnya—tidak sesering biasanya.

Hari ini adalah hari Jum'at, Dew pulang ke rumah lebih cepat. Koki rumah ia suruh istirahat lebih cepat sedangkan dia sibuk di dapur.

Langkah kaki yang lembut samar-samar terdengar. Dew yang berada di dapur memutuskan keluar, mengecek kalau-kalau Nani sudah pulang.

"Sudah pulang?" Basa-basi, suara canggung. Dew menetap Nani yang menaiki tangga—tak ada respon.

"Ayo makan malam bersama." Langkah kaki Nani terhenti, dia menatap Dew tanpa ekspresi.

"Ayo makan malam bersama," ulang Dew dengan suara lebih ringan.

"Aku akan membersihkan diri terlebih dahulu." Balas Nani pada akhirnya. Dew menghela nafas lega, mengangguk sekilas kemudian kembali ke dapur—meninggalkan tatapan aneh pada Nani dengan tingkah nya.

Beberapa menit kemudian, Nani turun. Pergi ke dapur membawa amplop coklat di tangannya. Dew sudah duduk di meja makan, menunggunya.

Melihat dapur yang kosong, biasanya kokinya masih standby di konter dapur—kalau-kalau Nani membutuhkan sesuatu. "Kemana para koki pergi?"

"Aku menyuruh mereka untuk istirahat lebih cepat." Nani mengangkat alisnya, menarik kursi dan duduk di seberang Dew.

Tanpa kata-kata, Nani memulai makan malamnya dengan tenang. Melupakan sejenak tujuannya makan malam bersama Dew.

[BL] Little Husband-Short story✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang