Ahyad mengerjap ngerjapkan matanya mendengar penuturan Elthan "Cerdas cermatnya bertujuan untuk memajukan sekola---"

Belum selesai Ahyad berbicara ucapannya dipotong oleh Qayla "Pengen maju kemana lagi sih? Noh mentok, depan kan ada jalan raya" Elthan mengangguk setuju diikuti teman sekelasnya yang lain.

Ahyad mengatupkan bibirnya, pemuda itu memandang Atun disampingnya memberi kode seraya mengangguk anggukkan kepalanya.

"Ya begitulah visi misi kami, kami berharap dihari Rabu nanti teman teman sekalian bisa memilih kami. Terimakasih" Katanya menutup, dan segera pergi dari kelas Vanya.

Seperginya dua orang itu, kelas kembali rusuh, sebelum pintu diketuk kembali, membuat perhatian mereka teralih dan berhenti bicara.








Setidaknya selama tiga detik.












"WAHH ALTHAN"

"INI BARU JAGOANKU" Qayla berdiri sambil memukul mukul meja.

"DESPACITO" Teriak Elthan, mengangkat tangan diudara.

Yang lain juga bersorak dan bertepuk tangan heboh. Vanya sudah tertawa keras melihat sikap teman temannya yang norak ini. Walau gadis itu tersentak saat Qayla memukul meja, ia langsung diam dan mengatupkan bibirnya. Garis wajahnya berubah, dahinya mengernyit memandang pemuda yang berdiri disamping Althan.

"Udah, udah, sttttttt!" Tegur Althan, mencoba meredakan kehebohan dalam kelas itu.

"Pagi------"

"PAGI KAK ABII!" Sahut seluruh siswa kompak kecuali Vanya, gadis itu menyipitkan matanya memandang intens pemuda yang sedang berbicara itu.

Pemuda berlesung pipi itu jadi meringis kecil "Perkenalkan saya Arkana Abi Mulyono, calon ketua osis dari 11 IPS 3."

"Pagi" Kata Althan maju, "Nama saya Althan calon wakil ketua osis dari 11 IPA 2."

"KYAAA KAK ALTHAN!!!!" Pekik Qayla heboh dan membentuk hati dengan kedua tangannya.

"KAK ALTHAN COBLOS AKU DONG!" Pekik Fahrul tak mau kalah, membuat Elthan memandang jijik, merasa ada yang salah dengan kalimat itu.

Althan menaruh telunjuk di depan bibir, menyuruh mereka tenang. Membuat satu kelas itu kompak membuat gerakan seakan akan mengunci bibirnya.

Berikutnya Abi mulai menjelaskan visi misi timnya. Pemuda berlesung pipi itu berbicara dengan tegas dan berkharisma mengeluarkan aura 'siswa teladannya' yang jelas terlihat. Dengan pelan ia menjelaskan secara tagas dan mendetail.

"Kalau kalian memilih kami menjadi ketua dan wakil ketua osis, kami akan menerima saran dan masukan kalian untuk sekolah ini. Ada pertanyaan?" Abi tersenyum, sesekali menatap Vanya yang sedari tadi juga menatapnya.

"Ada!" Qayla mengangkat tangannya.
"Kak Abi, udah punya pacar belum??" Tanya nya dengan tersipu malu.

Vanya menoleh memandang jijik Qayla yang kini sudah mengeluarkan aura keganjengannya.

Mendengar penuturan Qayla kelas kembali heboh tanpa menunggu, apalagi bagi kaum kaum hawa di kelas itu yang sedari tadi memandang kagum Abi.

Abi tersenyum kalem menanggapi "Kalian kalo ada saran untuk sekolah, kami juga akan terima" Balasnya tanpa memperdulikan pertanyaan Qayla tadi.

"Gue mau dong" Akbar mengangkat tangannya "Lapangan olahraga kan udah banyak, tambah satu dong!"

"Apa?" Abi menanggapi dengan tenang.

"Lapangan golf!"

"Nanti aja itu, kolam renang dulu bi. Males banget diphp-in guru kalo ada praktek renang" Ujar Elthan, menyahuti Akbar.

"Lah iya bener tuh, tiap ada prakter disuruh renang diatas matras"

"Banyakin bazaar dong, kalo bisa tiap sekali sebulan, gue lagi merintis usaha nih" Dinda ketua kelas itu, ikut mengangkat tangan.

"Lah lu jualan juga?" Tanya gadis yang sebangku dengannya.

Dinda mengangguk dan menoleh "Iya, masih offline sih diantara tetangga aja" Balasnya, mereka berdua jadi mengobrol.

"Jangan buka lapak dulu, dengerin gue" Althan menginterupsi "Jadi Rabu nanti kalian pilih siapa??"

"KAK ALTHANN!!!!!"

Althan tersenyum bangga menatap teman sekelasnya.

"Sekian dari kami, saya mengucapkan banyak terimakasih atas perhatian kalian, permisi"

Sebelum benar benar keluar dari kelas itu Abi menyempatkan menatap Vanya dan memberikan senyuman manis saat gadis itu juga menoleh ke arahnya.

"Kek kenal!"

000~

"Qay, kayaknya gue kenal sama si Abi Abi itu deh"

Bugg

Vanya meringis saat Qayla memukul lengannya "Apasih??!!"

"Lo yang apa, ya jelas kenal lah kan kita satu sekolah"

Vanya menghembuskan nafasnya kasar "Bukan gitu anjir, jujur nih gue gak pernah liat tu orang kalo di sekolah"

"Kan lu nolep"

"Tau deh males!" Balas Vanya mempercepat langkahnya.

Saat perjalanannya menuju kantin tak sengaja Vanya melihat Liam dari kejauhan, gadis itu tersenyum mengangkat tangannya ingin menyapa Liam namun ia urungkan. Gadis itu menghentikan langkahnya.

"Kenapa lo?" Tanya Qayla, ia kemudian mengikuti arah pandang Vanya.

"Udah kayak perangko aja mereka berdua, nempel mulu"

Vanya mengangguk malas, dan menarik tangan Qayla masuk kedalam kantin.

_________

Pa kabs semua?? Sehat kan? Jangan lupa vote dan komennya ya sayang, muachh💋💋💓

KATINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang