"Aduh kepala gue kambuh.. Sekarang nyeri lagi" keluh Nara
Cakra melihat itu sontak menghampiri anara yg berdiri sambil memegangi kepala nya "lo kenapa ra?" Tanya cakra khawatir.
"Kepala gue sakit" ucap Nara kemudian berjongkok
"Ra ayo kita ke rumah sakit" cakra berjongkok meraih ke dua bahu gadis itu untuk memapah nya
"Arrrrhhhhh..." Jerit anara. "Sakit mama..."
Yg berada di lapangan pun menoleh "Si Nara kenapa?" Tanya gisel
Seketika dev dan beberapa murid mengerubungi anara yg menangis meraung "kenapa cak?" Panik dev.
"Gue mau ke rumah sakit dev! Tolong ijinin gue sama Nara ke guru. Siapa pun pinjem mobil" ujar cakra
"Arghhh sakit... Mama..." Nara terus menjerit
"Gue ikut!" Putus dev sambil meraih kunci mobil yg sean sondorkan.
"Dev aku ikut!" Kata Mutia
"Di sini aja" titah cakra menatap tajam Mutia. Mutia hanya bisa mengepal kan tangan nya.
Nara di gendong oleh cakra, sedangkan dev berlari langsung ke parkiran mengambil mobil
"Kamu mau kemana? Siapa yg ijinin kalian pergi?!" Omel pak rudi guru olaraga, saat melihat anara di gendong cakra. Ia baru saja tiba, dari kantor guru mengambil buku absen.
"Anara sakit pak. Saya harus membawah nya ke rumah sakit!" Ucap cakra yg terus di landa panik, anara sendiri terus meringis menahan sakit di kepala nya
"Saya tidak ijin kan. Suruh saja di istirahat di UKS. Jangan melebih lebihkan" ucap pak rudi.
"Dasar gak berperikemanusiaan!" Ucap cakra "bodoh amat! Gue bahkan bisa bikin lo di pecat dari sini" setelah mengatakan itu cakra langsung berlari ke arah gerbang, di sana mobil sean sudah menunggu nya.
"Cakra maaf ngerepotin" ucap Nara
"Diem Ra" kata cakra.
Cakra masuk ke kursi penumpang bersama anara. Tanpa banyak bicara dev langsung melajukan mobil nya menuju rumah sakit terdekat.
"Mama sakit..." Rintih nya "Nara gak kuat"
"Tahan ra.. Please" ujar dev.
"Lo kuat ra.. Dev masih jauh rumah sakit nya?" Tanya cakra.
"5 menit sampai" jawab dev.
"Arrghh... Mama sakit" jerit Nara.
Cakra dan dev melengos mendengar anara terus menjerit kesakitan, mereka tak tega namun tak bisa berbuat apa apa.
"Tahan ra... Gue mohon..."
"Sakit cakra..." Rintih nya sebelum kehilangan kesadaran.
Seketika cakra dan Dev semakin panik "ra buka mata lo..." Ujar cakra "dev lebih cepet!" sentak nya pada dev.
.
.
.
Anara mengerjakan mata nya, ia menatap ke sekitar ruangan berwarna putih itu. Bau obat obatan langsung menyapa inda penciuman nya.
"Lemah!" Cibir Nara "tubuh lo lemah banget anara, gue gak suka" ucap nya.
"Gak suka apa?" Nara sontak menoleh, ternyata cakra sedang duduk di samping brankar nya.
"Eh? Cicak lo di sini?" Tanya Nara.
"Iya. Lo betah banget sih tidur nya" dengus cakra
"Berapa lama gue tidur?" Tanya Nara
"Dari kemarin" ujar cakra, Nara melihat ke arah jam dinding pukul 9 pagi
"Oh gitu ya... Ibu gue mana?"
"Pulang dulu, ngambil kebutuhan lo buat di sini" jawab cakra "sambil mau buka kedai kata nya, opa sama oma lu nanti yg jaga kedai"
"Lu gak sekolah?" Tanya Nara
"Gak. Gue udah pinter, sehari bolos gak akan bikin gue gak lulus" ujar cakra
"Dasar sombong"
"Gue belajar dari lu tau" ucap cakra. Nara tersenyum dengan wajah pucat nya.
"Jangan sakit ra.." Ucap cakra
"Gue manusia cakra gak kayak lo cicak. Gue pasti bakal ngerasain sakit"
"Gue gak sanggup liat lo sakit" ujar cakra mengabaikan candaan nara.
"Gue juga gak sanggup kalo gak ada lo" ucap Nara, seketika cakra terharu mendengarnya.
"Gue akan selalu di sisi lo.. Gak akan ninggalin lo" janji cakra.
"Janji?" Tanya Nara sambil mengacungkan jari kelingking nya
Cakra menyambut nya dengan senyum "Janji"
"Yess!!!" Riang Nara, cakra tersenyum senang melihat nya "gue punya ATM berjalan deh!!" sorak nya
"Bisa jajan gratis tiap hari, asekkkk.... Asololeh hoy!.... Thanks ya cicak.. lo udah janji jadi jangan ninggalin gue. Kita sekarang sahabat, dan sahabat harus bayarin jajanan sahabat nya" seketika senyum cakra sirna dan sedikit menyesal percaya pada anara yg setiap ucapannya mengandung unsur lain.
"Ketipu lagi sama omongan nya" lirih cakra namun kemudian tersenyum dan mengangguk "hem iya. Makanya cepet sembuh"
"Oke" kata Nara.
Ceklek
"Arhhhhh.... Calon suami kuuu" jerit Nara merentangkan tangan nya minta di peluk.
Cakra menoleh ke arah pintu, ada Denis yg membawa 2 paper bag dan lelaki gagah di samping nya.
Gerald terkekeh langsung menghampiri Nara dan memeluk nya "masih sakit calon istri kakak? Hm?"
Nara langsung berakting memegangi kepala nya "iya nih kak... Aduh! Aduduh sakit pengen di peluk lagi" rengkek nya. Denis mencibir, sedangkan cakra melengos tak mau menatap kedua nya.
"Manja nya..." Ucap Gerald.
"Buaya betina beraksi" dengus Denis
"Buaya betina?" Tanya cakra "itu beneran calon suami Nara?" Tanya lagi dengan nada tak suka.
"Iya tuh si naraya kutu, buaya betina. Dan cowok itu abang gue, bukan calon suami Nara, cuma kakak angkat aja. Tenang brother" ucap Denis
"Naraya?" Ucap cakra mengulang ucapan Denis
"Anara maksud gue" ralat Denis
"Oh cuma adek kakak. Berati kalian udah kenal lama?" Ucap cakra, Denis hanya menjawab dengan senyum.
"Oy udah. Jangan modusin abang gue terus buaya!!" Omel denis saat Nara malah mengobrol berdua dengan Gerald "nih bang salah satu korban nya Nara. Jadi jangan mau ketipu si buaya betina" ucap nya sambil menunjuk pada cakra
Gerald menoleh dan malah menatap tajam cakra, begitu pun cakra yg di tatap tajam menatap balik Gerald
Nara dan denis melihat jelas aura permusuhan itu "kayak nya gue salah ngomong" lirih denis
"Siapa?" Tanya Gerald dengan nada tak suka namun mata nya tak lepas menatap cakra
"Gue cakra cakra" jawab cakra mengulurkan tangan nya
Gerald mendengus, begitu pun cakra yg uluran tangannya yg tidak Gerald sambut, ia menarik kembali uluran itu.
"Hihihi" suara Nara cekikikan mengalihkan atensi mereka "gak usah rebutin aku segitu nya, sampai sinis sinisan gitu. Aku bisa kok punya suami dua. Kalian berdua harus mulai akur dari sekarang" canda nya mencairkan suasana yg kaku.
"Kumat..." Gemas mereka
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Badgirl (Pembalasan Dendam)
Short StoryKisah gadis bar bar yang transmigrasi ke tubuh gadis cupu.
23. Anara sakit
Mulai dari awal