Bab 33. Bukan Akhir

Mulai dari awal
                                    

"Ega?" Panggilan Maximus berhasil membuat si pemilik nama mengerjapkan mata. "Apa yang ingin kau katakan?"

Ega masih terlihat meragu untuk beberapa saat hingga akhirnya berkata, "Hamba menerima lukisan yang dipercaya wajah asli Penyihir dari Timur." Ega mengembuskan napas panjang. Ia mengeluarkan sesuatu dari balik pakaiannya. Benda itu dibungkus oleh kulit kering binatang hingga terjaga tetap kering. Ega menyerahkan benda itu ke tangan Maximus yang langsung membukanya dengan tidak sabar.

"Sebenarnya hamba sudah menerima lukisan itu sejak minggu lalu. Namun, baru hari ini hamba memiliki keberanian untuk memberikannya kepada Anda, Yang Mulia."

Keheningan meraja. Suara derak api terdengar beberapa kali di dalam tenda. Maximus menatap lukisan di tangannya tanpa berkedip. Matanya lalu menoleh ke arah Ega. "Ini?"

"Menjawab Yang Mulia, menurut informasi, pria di dalam lukisan itu adalah putra bungsu dari Jenderal Aiguo. Dia bernama Yulan."

Perkataan Ega membuat Maximus terkekeh lalu tertawa keras setelahnya. Dia mengangkat lukisan itu ke depan wajah Ega. "Yulan?" beonya. Ega tidak memberikan reaksi apa pun. "Pria ini adalah Yu Wen. Apa kau tidak bisa membedakannya?"

Ega tidak menjawab. Saat pertama kali melihat lukisan itu, dia pun sama bingungnya.

"Pria di dalam lukisan ini adalah Yu Wen." Maximus melepas napas panjang. Senyum liciknya terkembang. "Aku ingin lihat sejauh mana Yu Wen bisa menyembunyikan jati dirinya?"

Ega ingin mengatakan jika Yu Wen sudah meninggal dunia. Sepuluh orang tabib bahkan memastikan kematiannya tanpa keraguan. Ega memang takut hal ini akan terjadi. Dia takut Putra Mahkota akan terobsesi karena pria bernama Yulan itu memang sangat mirip dengan mendiang Yu Wen. "Mohon ampun Yang Mulia, sekarang apa rencana Anda?"

Maximus mencebikkan bibir. "Rencanaku?" beonya. "Tentu saja aku harus berhadapan langsung dengan Jenderal Yulan dari Timur di medan perang."

Di waktu yang sama, Baojia melempar selembar selimut ke dada Yu Wen yang langsung menangkapnya tanpa kesulitan berarti. "Paman Hong tersayang pasti tengah kalang kabut saat ini." Dia mendudukkan diri di depan perapian. Satu tangannya yang bebas sibuk mengeluarkan makanan dari dalam kantung. "Kau mau?" tawarnya. Baojia menyodorkan bakpao sayur ke depan wajah Yu Wen, tapi adiknya menggelengkan kepala.

"Syukurlah," ucap Baojia. Dia mengigit bakpaonya dalam satu gigitan besar. "Aku hanya berpura-pura menawarimu saja."

Yu Wen hanya bisa memutar kedua bola matanya saat menghadapi sifat antik sang kakak. "Berita apa yang kau bawa?"

Baojia memasukkan suapan terakhir bakpao sayurnya ke dalam mulut lalu mengunyahnya cepat sebelum menjawab. "Seharusnya saat ini Maximus sudah menerima lukisan dirimu."

"Lalu?"

Baojia menggertakkan gigi. "Tentu saja kau harus bersiap untuk menggodanya." Baojia menggerutu saat Yu Wen melemparnya dengan salimut. "Cepat atau lambat dia pasti akan datang menemuimu. Saat itu kau harus siap dan bisa menahan diri. Akan sangat bagus jika dia bersedia berada di pihak kita dengan sukarela."

"Kenapa aku merasa jika kau sedang menjualku?"

Dengan ringan Baojia menggendikkan bahunya. "Ada banyak orang yang menunggu kita, Feng Yu Wen. Selir Mei Hwa masih berada di Benteng Hantu. Ada banyak keluarga yang merindukan sanak saudara mereka dan ada banyak anak yang merindukan orang tua mereka."

Ia terdiam beberapa saat. "Sudah saatnya kita mengakhiri perang dan mengembalikan takhta kepadamu."

"Kak—"

"Aku tahu," potong Baojia. "Kita akan pikirkan lagi nanti. Sekarang yang terpenting kau harus menyiapkan rencana untuk menggoda Pangeran Maximus." Baojia tidak bisa menahan tawanya. Pria itu tertawa sangat lepas, terlihat puas.

Perjalanan mereka baru saja dimulai. Perang yang sesunggunya sudah menanti di depan mata. Di dalam Benteng Hantu, seorang wanita cantik masih setia menunggu. Mulutnya terus merapalkan doa untuk keselamatan orang-orang terkasihnya sementara di Kota Kell, muncul sebuah harapan baru. Maximus duduk di depan perapian, tangan pria itu memutar tusuk konde berbandul giok bunga magnolia.

"Kita akan segera bertemu kembali, Feng Yu Wen." Maximus berbisik lembut. "Kita pasti akan segera bertemu kembali, tapi ada satu hal yang harus kupastikan terlebih dahulu."

.

.

.

THE END

Hallo2 ... terima kasih ya kalian bersedia membaca cerita ini hingga akhir.

Untuk versi Wattpad dan Twitter, kisah Maximus & Yu Wen berakhir di sini.

Versi lengkap dapat kalian baca pada pdf/ebook berbayar.

Untuk pembelian pdf, kalian bisa DM Wattpad saya ya.

Sedangkan untuk pembelian ebook, bisa kalian beli di google play/book dengan keyword nama penulis : Fuyustuki Hikari.

Sekali lagi terima kasih sudah mencintai Yu Wen dan Maximus.

Semoga cerita ini bisa menghibur dan tidak membuat kalian bosan selama membaca.

Sampai bertemu di cerita BrightWin Fanfiction yang lain ya. Saat ini saya sedang mengerjakan Destined With You yang juga bisa kalian baca di akun saya ini.

Terima kasih. Bahagia selalu! ^^

TAMAT - FATED (BRIGHTWIN (BxB))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang