"Harry, I wondering, did it hurts?" Renese mencabut topik secara acak. "Apa?" Tanya Harry yang masih belum tau kemana arah topik Renese. "Lukamu." Jawabnya. "Oh, tidak. Tapi ya, luka ini akan terasa sakit jika sesuatu terjadi." Sahut Harry. "Sesuatu?"

"Ya, sesuatu semacam—mmmm, kau ingat di tahun pertama kita tentang voldemort yang menjadi parasit di tubuh Professor Quirrel?" Renese mencoba mengingat kejadian yang Harry tanyakan lalu mengangguk. "Nah, apabila sesuatu yang berkaitan dengan voldemort terjadi atau aku sedang berdekatan dengan voldemort luka ini akan terasa sakit." Jelas Harry. Renese mengangguk - angguk.

"Apa itu artinya, jika kau berada di sekitar Mattheo luka itu akan gatal?" Tanya Renese dengan polos. Harry tertawa kecil, "Tentu saja tidak." Jawabnya. Renese kembali mengangguk - angguk. "Cukup berbicara tentangku, sekarang giliranmu. Did you wanna tell me about all the magic creatures that you have?" Tanya Harry mengingat siapa ayah dari gadis di depannya saat ini. Renese nampak berbinar. "Harry, ku harap kau tak menyesal telah bertanya seperti itu, because it's gonna be a long long story." Renese memperingati. Harry hanya membalasnya dengan senyuman lalu menggelengkan kepalanya.

"Okay, let's start it—" Renese mulai menceritakan makhluk - makhluk magis yang ada di Manor, mulai dari Bowtruckle, Niffler, Ramora, Unicorn, Dragon, Fwooper, Salamander, dan banyak lagi. Renese juga menjelaskan kejadian - kejadian yang dialaminya bersama makhluk - makhluk itu. Renese semakin bersemangat menceritakannya karna mendengar respon Harry yang begitu baik dan sama antusiasnya.

"Hey, seseorang bisa mendengar kita." Harry berujar sambil menempelkan satu jarinya pada bibir Renese. Renese baru tersadar bahwa sedari tadi ia begitu antusias membicarakan semua itu pada Harry. "Sorry." Ucap Renese saat jari Harry sudah menjauh dari bibirnya. "You don't have to. Cukup kecilkan suaramu, okey? I'll genuinely and carefully listen to you, okey?" Renese mengangguk mendengar setelah mendengar apa yang laki - laki itu katakan. "Kau tak mau tidur?" Renese melontarkan pertanyaan sebelum kembali melanjutkan ceritanya. "Ladies first. Besides, I'm not going to sleep while you talking about those amazing and pleasure story. Just lemme know if you tired, okay?" Sahut Harry.

Malam semakin larut, Renese masih belum dihampiri dengan rasa kantuk dengan Harry yang masih setia mendengarkan ceritanya. Tanpa mereka berdua tahu, di seberang sebelah kanan mereka ada mata yang sedari tadi tak melepaskan perhatiannya pada mereka. Mattheo—yang sama masih terjaganya memandang kesal ke arah Renese dan Harry, terlebih lagi saat jari Harry menyentuh bibir gadis itu.

.ೃ*:.ೃ*:

"Harry, if you need help or my magical creatures can help you out, lemme know, okay?"

Mattheo menggelengkan kepalanya saat ingatan tentang Renese dan Harry yang saling berbincang di Great Hall saat sarapan bersama melintasi kepalanya. Kini ia dan teman - teman slytherinnya tengah berjalan melewati danau hitam dan entah kebetulan atau semacamnya, ada Harry disana—duduk bersama Ron dan Harmione di tepi danau.

"I can't hold it anymore." Mattheo berbisik pada dirinya sendiri lantas mempercepat langkahnya menuju Harry.

Sebuah pukulan yang sangat tiba - tiba itu melayang tepat pada bibir Harry. Tak hanya Ron dan Harmione—Pansy, Blasie, Theo, dan Draco pun sama terkejutnya. "What the fuck is he doing?!" Theo berucap, masih dengan ekspresi terkejutnya. "I know right?! I swear to God—" Draco menimpali. "Oh my God.." Blaise kehabisan kata karna masih sama terkejutnya.

"Why don't you just fucking STAY AWAY FROM HER?!" Ucap Mattheo dengan penuh penekanan dan amarah. Harry yang tidak mengetahui akan kedatangan Mattheo tak sempat menghindar ataupun melawan pukulan itu, jadilah sekarang bibir Harry sedikit mengeluarkan bercak darah.

"What the fuck are you doing?!" Ron berseru marah, tak terima temannya dipukul secara tiba - tiba. "I was just fucking punch him, don't you see, weasle-bee?" Sahut Mattheo sambil memutar bola matanya. Jawaban Mattheo membuat para slytherin menahan tawanya. "What's up, mudblood?" Ucap Mattheo saat menyadari Harmione yang sedari tadi menatap tajam ke arahnya.

"What's your problem?!" Tanya Harry penuh penekanan sambil menyapu bercak darah di pinggir bibirnya. "Kurasa kau memiliki otak yang cukup pintar untuk berpikir what's the problem is." Sahut Mattheo yang kemudian berpaling dan beranjak pergi.

"Itu peringatan pertama, Potter! Come on, guys!" Mattheo berujar tanpa memalingkan dan menghentikan langkahnya. "Rasakan itu, Potter." Ucap Draco sebelum pergi meninggalkan ketiga murid Gryffindor itu.

"Matt, if I'm not wrong—you were say 'her' who's her?" Pansy adalah orang pertama yang berani bersuara setelah adegan pukulan tadi. "Shut up, Pans." Sahut Mattheo tanpa menoleh.

"Ayo ke Three Broomstriks, guys! All with my galleon." Draco mencoba mencairkan suasana. "Aku tiga gelas!" Theo berseru.

.ೃ*:.ೃ*:

The Curse of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang