Jujur saja jantung Bitna berdegup sangat kencang, belum apa-apa saja ia sudah sangat takut, bahkan kakinya sampai gemetar. Apalagi nanti. Tapi sebisa mungkin Bitna menahannya dan tak membicarakannya dengan Raden.

"Lo takut?" Tanya Raden saat tangannya sudah memegang handle pintu. Ia melihat Bitna yang terlihat cemas dengan tubuh gemetaran. Raden harus memastikan karena setelah mereka keluar akan ada banyak rintangan yang menghadang, dan jika mereka takut bahkan sebelum melakukan, sudah dipastikan mereka akan gagal. Malah-malah berakhir menjadi santapan Zombie-zombie itu.

"Na." Ucap Raden lagi sebab Bitna tak kunjung menjawab.

"Shh, sedikit, Den. Serius cuma dikit." Bitna tak mau jujur kalau sebenarnya ia sangat-sangat takut.

"Na, lo tau setelah kita keluar, nggak akan ada jalan kembali kecuali kita maju terus. Jadi lo harus putusin sekarang, karena jelas di luar sangat berbahaya." Raden tak habis pikir, padahal tadi Bitna yang menggebu-gebu ingin keluar dan pulang ke rumah, tapi dia sendiri yang sangat ketakutan.

Bitna menghembuskan nafasnya berat, "Enggak Den, gue yakin. Gue harus ketemu Mama dan Bayu." Ya Bitna harus melawan rasa takutnya ini.

"Hm, okay." Tak ada pilihan lain, meski takut, Bitna sudah memutuskan.

Cklekkk..

Pintu unit apartemen Raden terbuka pelan, hawa dingin nan mencekam mulai melingkupi tubuh mereka.

Kepala Raden ia majukan untuk melihat keadaan sekitar.

Sepi, lorong di depan unit apartemen nya sangat sepi. Saking sepinya malah membuat Bitna makin merinding ngeri.

Raden memberi instruksi pada Bitna, dan mereka pun berjalan pelan menyusuri lorong, hendak menuju lift.

Bitna tiba-tiba tersentak kaget. Hanya karena Raden yang menggandeng tangannya itu sudah membuatnya panik, mungkin karena ia sangat ketakutan sehingga sentuhan kecil membuatnya terkejut. Padahal Raden menggandeng karena hendak meyakinkan gadis itu kalau dia akan aman.

Srett..

Bersamaan dengan Raden yang membulatkan mata, ia langsung menarik tubuh Bitna untuk bersembunyi di balik dinding lorong kecil _yang terhubung pada pusat listrik_ bersamanya.

Mereka terkejut melihat adanya seseorang dengan langkah pincang muncul dari tikungan 5 meter di depan sana. Dan untung saja Raden ber gerak cepat bersembunyi, kalau tidak Zombie itu pasti sudah menyerang.

Raden mengintrupsi kan Bitna untuk segera menahan nafas, Karena Zombie tadi sudah berjalan semakin dekat ke arah mereka.

"Grhh, arrrh."

Suara geraman dari Zombie itu benar-benar mengerikan.

1 detik

2 detik

3 detik

Hingga berlanjut sampai di detik ke 10, Bitna mulai tidak kuat menahan nafasnya.

Dan syukurnya, Zombie sudah berjalan melewati mereka. Bitna bernafas lega seraya mengangguk pelan pada Raden, memberi tahu kalau ia baik-baik saja.

"Graa."

Si*l. Tanpa di sangka-sangka ternyata Zombie itu kembali dan melihat Raden dan Bitna lapar.

Menyeramkan, dengan mulut penuh darah, mata putih, dan kulit ber-ruam hitam, sungguh lebih menyeramkan dari pada yang pernah Bitna mimpikan.

"Graa..."

'Dor'

Tembakan itu berbunyi setelah Bitna menarik pelatuk pistolnya tanpa sadar. Zombie perempuan itu langsung terjatuh. Tapi hal itu malah membuat Raden melotot lebar, panik bukan main.

"Na." Raden tidak percaya dengan apa yang dilakukan Bitna. Karena jelas tembakan itu menimbulkan suara nyaring, yang pasti malah akan memancing zombie lain datang.

Bitna meringis merasa bersalah, sebelum menarik tangan Raden untuk pergi dari sana. Jika mereka tidak cepat pergi, Zombie akan mengepungnya.

"Mampus, Den. Di belakang."

Dan benar saja, Zombie sudah mulai berlari berdatangan dari kejauhan. Bitna dan Raden pun segera menambah kecepatan larinya.

"Lift Na, masuk Lift." Teriak Raden makin panik.

Berhasil. Mereka berlari sampai kedalam lift. Meski panik, Raden masih memiliki kesadaran untuk segera menekan tombol lift, agar tertutup.

Mata Bitna membulat, salah satu Zombie berlari kencang ke arah mereka, sudah dipastikan jika Zombie itu menahan lift tertutup, mereka berdua tidak akan selamat dari gigitan banyak Zombie di sana.

'Dor'

'Dor'

Raden menembak kan dua peluru, di kepala juga dada Zombie hingga sang empu terjatuh ke lantai.

Ting..

Dan lift pun berhasil tertutup.

Bitna dan Raden menghembuskan nafas lega bersama-sama. Tidak di sangka baru permulaan ternyata sudah menegangkan serta melelahkan seperti ini.

"Huft, gilak sih Den jantung gue."

"Ini belom apa-apa Na. Bakal ada yang jauh lebih__"

Ting..

"Berbahaya." Suara Raden melemah.

"Den!!"

Karena saat lift terbuka, bertepatan dengan Bitna yang ikut berteriak, telah menampakkan sosok-sosok zombie yang kelaparan. Si*l, ternyata di Basement banyak sekali Zombie.

"Graa."

Dan salah satu Zombie yang dekat dengan lift berhasil masuk ke dalam, sedangkan yang lain mulai berbondong-bondong berlari menuju dalam lift.

"Graaa..."

"RADEN!!"

*****

Tbc

.

.

.

Kim Taeya

Zombies: Run Away [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang