10. Semangat Hidup Baru

Mulai dari awal
                                    

"Oh... Ahh...." Desah Anto berulang kali.

Erni merasakan Anto bergerak semakin liar serta kontol bocah itu terasa berkedut di dalam rongga mulutnya seperti menahan sesuatu. Maka Erni mengeluarkan jurus kenyotan maut untuk semakin memanjakan keponakannya. Sambil menaik turunkan kepalanya, Erni menyedot-nyedot kejantanan Anto yang ada di dalam mulutnya.

Anto merasakan kontolnya seperti diremas-remas oleh mulut Budhenya yang hangat. Membuat dia tidak mampu menahan pejuhnya untuk keluar. Untungnya dia ingat perkataan Budhenya semalam, bahwa kalau Anto mau orgasme, dia harus bilang dulu, agar Budhenya tidak kaget dan merasa jijik.

"Oh... Sayang. Aku... Pejuhku mau keluar." Anto meremas pantat Budhenya dengan erat.

"Hu'um," Erni mengangguk dikala mulutnya masih tersumpal batang kejantanan Anto.

Crot! Crot! Crot! Crot!
Anto pun mencapai klimaks. Empat pancutan sperma keluar dengan kencang, disusul beberapa kali semprotan yang lebih pelan.

Erni bukannya mengeluarkan kontolnya Anto dari dalam mulutnya, namun malah menyedotnya sekuat tenaga, seolah dia tidak ingin ada setetes sperma pun yang tertinggal di dalam kantung zakar milik kekasih mudanya itu. Wanita paruh baya itu menelan semua sperma Anto yang ada di dalam mulutnya sampai tandas.

Pelan-pelan juniornya Anto mulai mengecil di dalam mulut Budhenya. Dia tidak menduga Budhenya akan menelan pejuhnya sampai habis. Bahkan sampai kontolnya mulai melemas pun, tidak kunjung dikeluarkan dari dalam mulutnya. Terus saja, kontolnya dikenyotin oleh budhenya.

Ketika kejantanannya Anto benar-benar sudah mengecil dan lemas, baru mulut Erni mau melepaskannya. Lalu Budhenya Anto itu menegakkan badannya menghadap keponakannya.

"Gimana Yang? Enak ngak?" Tanya Erni sambil mengusap bibirnya dengan jari telunjuk tangan kanannya.

"Enak banget. Pejuhnya ditelan semua?" tanya Anto pura-pura gak tahu.

"Iya." jawab Erni sambil tersenyum. "Lumayan buat sarapan."

"Sini gantian, kamu tak bikin enak." Anto bergerak untuk mendekati pacar pertamanya itu.

"Ogah ah." Erni langsung beranjak dari ranjang. "Udah siang. mau kerja dulu cari nafkah. Kamu juga harus kerja biar jadi orang kaya. Buruan mandi ah. Terus sarapan. Lagian, nanti kalau Ranti tahu aku di sini malah jadi repot. Kayaknya dia juga udah selesai mandinya."

Anto ikut beranjak dari tempat tidurnya. Lalu duduk di tepi ranjang, berusaha memakai celananya sambil menghadap Budhenya yang berdiri "Mosok aku aja yang enak. Kamu ngak."

"Wes gak papa. Sing pasti kamu ada hutang enak sama aku dan harus kamu lunasi malam nanti. Oke? Dah ya, aku tunggu di dapur. Jangan lama-lama. Gak enak sama Ranti, kelamaan nunggu." Erni mencium pipi kirinya anto.

"Tunggu." Anto berdiri lalu mencium kedua pipinya Erni. "Makasih ya semalam."

"Iya. Sama-sama. Dah dulu ya."

"Eh." Anto tersentak karena merasakan Budhenya meremas kantung zakarnya yang sudah tertutup celana. Setelah itu Budhenya membalikkan badan dan berlalu.

Anto tidak mau kalah. Dengan cepat dia meraih pantat Budhenya lalu meremas bongkahan daging itu dengan kuat.

"Aw!" Pekik Erni.

*

Pagi ini Anto seperti menemukan kehidupan yang baru. Setelah semalam dia menyerahkan perjakanya kepada Erni yang telah resmi menjadi pacar pertamanya.

Sinar matahari pagi yang menerpa kulit tubuhnya terasa berbeda dari hari-hari sebelumnya. Hangatnya terasa menentramkan jiwa. Udara yang dia hirup juga terasa lebih sejuk.

Gairah Si Anto (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang