Chapter 20 : Selalu salah

Mulai dari awal
                                    

"Temen kamu?"tanya Fajar lagi menatap Fahris dengan tajam

"I-iya pa kakak tingkat Fahris"jawab fahris dengan gugup

"Kenapa harus sebut nama istri saya, biar apa kamu begitu?"gumam Fajar masih menatap Fahris

Fahris terdiam di tempat,ia sama sekali tak berani menjawab pertanyaan yang di berikan Fajar kepadanya.

"Fahris..Fahris.. seperti nya kamu tidak pernah takut dengan apa yang saya bilang sama kamu. Atau...kamu bahagia dengan kematian istri saya ya?"tanya Fajar sambil mengintimidasi Fahris

"Fahris sama sekali nggak bahagia dengan kepergian mama pa, justru Fahris sedih dengan kepergian ma-"kata Fahris terpotong

"KALAU KAMU SEDIH DENGAN KEPERGIAN ISTRI SAYA KENAPA HARUS KAMU BUNUH AZZURA FAHRIS!"teriak Fajar memotong ucapan Fahris

Fahris tersentak kaget dengan teriakan Fajar itu. Dan lebih terkejutnya ketika Fajar melemparkan gelas kaca ke badan Fahris.

Lemparan itu membuat semua orang di ruangan terdiam termasuk Fahris. Bukan hanya terkejut dengan kelakuan yang di lakukan Fajar kepadanya melainkan dia harus menahan rasa sakit pecahan kaca yang menembus kulit nya.

Fahris menatap Fajar dengan tatapan tak percaya. Tak percaya bahwa seorang yang sangat ia sayangi itu kini berubah menjadi monster yang kehilangan arah.

Fajar mengambil sebuah pisau dari saku celananya. Berjalan ke arah Fahris yang sedang berdiam diri sambil menatap Fajar yang berjalan ke arahnya.

Tubuh Fahris mendadak kaku,ia tak bisa menghindar dari Fajar. Raga Fahris memilih dirinya untuk mati, namun jiwanya menolak dirinya untuk mati.

Jarak mereka semakin dekat, teriakan orang orang disana juga semakin terdengar deras. Tidak ada yang berani menghalangi tindakan yang dilakukan oleh Fahris.

Arhan yang awalnya berada di samping Fahris kini mendadak mundur ke belakang.

"Kamu yang seharusnya mati fahris"kata Fajar sambil mengangkat pisau ke hadapan Fahris

Dengan cepat Fahris menggeleng gelengkan kepalanya "bukan Fahris yang membunuh mama pa.."ujar Fahris dengan purau

Fajar tak menggubris perkataan Fahris, ia terus mendekati Fahris sambil membawa pisau yang ia pegang terus menerus.

"Mas jangan mas..."pinta Bianca sambil mendekati Fahris dan juga Fajar

"Berhenti kamu disana"kata Fajar

Bianca terus jalan mendekati suami dan anaknya itu.

"SAYA BILANG BERHENTI BIANCA!!"Teriak Fajar membuat Bianca berhenti ditempat

"Seharusnya kamu yang mati Fahris, bukan istri saya"kata Fajar mengangkat pisaunya

"Pa..."ucap Fahris dengan pelan

Fajar mengangkat benda tajam itu tepat diatas perut Fahris. Fahris melihat wajah Fajar yang terlihat sangat bahagia akan kematian dirinya nanti.

Tatapan Fahris beralih ke semua orang disana. Melihat ke arah Bianca dan juga Arhan dengan penuh harapan supaya bisa menolong dirinya.

Menghembuskan nafasnya kemudian fahris menutup matanya serta menyerahkan diri nya kepada Tuhan. Ia tak bisa melakukan apa apa selain meminta pertolongan kepada sang maha kuasa.

"Papa jangan pa.."pinta Arhan

"Mas aku mohon jangan mas..."

"FAHRISS!!"teriak seseorang dari luar

Seseorang itu berteriak ketika Fajar menusukkan pisau ke perut Fahris. Seseorang itu berlari menuju ke arah Fahris, melemparkan pisau yang di pegang Fajar ke sembarang arah.

"GILA LO YA! INI ANAK LO ANJING"bentak orang itu

"Dia bukan anak saya,dia pembunuh"ujar Fajar sambil menunjuk Fahris yang sudah berlumuran darah

Seseorang itu menarik kerah baju Fajar, ia menghajar wajah Fajar habis habisan.

Sementara Bianca dan Arhan mendatangi Fahris yang terkulai lemah di lantai dengan berlumuran darah di sekitar perutnya.

"Maafin bunda nak.."kata Bianca meminta maaf kepada Fahris

Bianca merasa bersalah karena tidak menolong anak nya itu.

"Bunda nggak perlu minta maaf...bunda sama sekali nggak salah"ujar nya dengan lemas

"Maafin gua ris.."kata Arhan menyesali perbuatannya

"Kalian nggak salah, yang salah Fahris karena udah bunuh mama bang Arhan. Dan seharusnya fahris yang min-"ucap Fahris terpotong

Fahris bersusah payah menarik salivanya. Nafasnya mulai terengah engah, pandangannya sudah diantara sadar dan tak sadar

Fahris memperlihatkan senyuman nya kedua orang yang sangat ia sayangi "Fahris minta maaf karena udah membunuh mama" ujar Fahris lalu memejamkan kedua matanya

"FAHRISS!!FAHRIS BANGUN NAK!!"teriak Bianca sambil menggoncang tubuh Fahris

Seseorang yang dari tadi memukul Fajar kini menghentikan kegiatannya. Ia melihat Fahris yang sudah memejamkan matanya itu pun langsung mendatangi Fahris.

"riss bangun..lo ingatkan janji lo sama gua dan Derren untuk kumpul bareng setelah lo selesai ospek hari pertama"

"Lo ingat kan ris"

"Jawab pertanyaan gua Fahris!!"bentak Dana

Tangisan Dana mulai pecah, ia melihat ke arah sahabatnya itu kemudian beralih melihat Fahris yang sudah babak belur akibat ulah bapaknya sendiri.

"Lo..."tunjuk Dana

"Kalau sampai Fahris kenapa napa, gua jamin lo nggak akan pernah bahagia seumur hidup"ancam Dana kepada Fajar

"Saya rela nggak bahagia seumur hidup, asalkan anak itu mati"

Jantung Untuk Papa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang