Yang Sebenarnya | XXXVII

Start from the beginning
                                    

"Jadi disini Kiya mau ngebahas apa?" Itu Irene yang bertanya, jujur saja dia juga gugup, apalagi saat melihat wajah sang suami yang ikutan gugup akibat ditatap terus oleh Kiya.

Kiya tersenyum manis, dia mengeluarkan satu Stopmap miliknya lalu dia letakkan diatas meja, menarik perhatian seluruh pengisi ruangan.

"Tante, masih ingat tentang kematian suami Tante kan?" Kiya bertanya sedikit tidak sopan, tapi Putri tetap mengangguk untuk menjawab.

Dia kemudian mengeluarkan beberapa kertas yang cukup banyak coretannya, lalu menunjukannya kepada semua orang.

"Surya Narfansyah, tiga puluh tujuh tahun, merupakan mantan pemilik perusahaan PT. Surnia Jaya yang sekarang dipegang oleh Wahyu Nahendra atas kerjasama yang sudah mereka lakukan bertahun-tahun lamanya. Beliau dikabarkan meninggal akibat serangan jantung, dan meninggalkan istri beserta seorang anak lelaki, yang tak lain adalah Fabian sendiri, right?"

Penjelasan panjang Kiya hanya bisa didengar seluruh penghuni ruang tamu itu, terutama Fabian. Dia ingin mendengar kenyataan dan apa yang terjadi sebenarnya.

"Tapi, apakah kalian yakin bahwa Surya kehilangan nyawanya Karna serangan jantung?" Lanjut Kiya dibarengi dengan pertanyaan.

Belum sempat Kiya lanjut, Putri menghentakkan tangannya di meja yang membuat seisi ruangan kaget, apalagi Kiya sendiri.

"Suami saja sudah pergi sejak lama, jadi kamu tidak punya hak apapun untuk mengungkit kejadian ini." Putri terlihat tak niat mengungkit masa lalu, masa dimana dia kehilangan seseorang yang benar-benar dicintainya.

"Mah, tenang ok-

"Saya tau sikap saya tidak sopan Tante." Kiya menyela, jujur saja dia bukan anak yang memiliki sopan santun yang baik, dia mengakuinya.

"Tapi, kasus ini ditutup tanpa alasan yang jelas dan Tante ngebiarin itu semua gitu aja? Saya lulus sarjana hukum di Singapura sana, dan saya yakin ilmu saya sudah cukup untuk mengungkap kembali kasus ini. Apa Tante tidak mau mengungkap siapa dalang sebenarnya dibalik kematian suami Tante?" Menjadi seorang yang percaya diri dan memiliki tingkat keadilan yang tinggi membuat Kiya yakin akan hal ini, dia paling tak suka melihat sebuah kasus yang ditutup tanpa alasan.

Putri menjadi terdiam, apalagi saat Fabian yang ikut menenangkannya. Menatap mata sang anak yang meyakinkan membuat Putri menghela nafas dan menenangkan dirinya.

Kiya berdehem. "Saya izin lanjut. Gavin meminta bantuan saya untuk mencari tau tentang kasus ini, dan berkat bantuan teman-teman saya juga akhirnya saya menemukan kebenaran dibalik kasus ini, dan saya sangat yakin bahwa ini bukanlah replika yang dibuat oleh saya maupun orang-orang yang membantu saya."

Gavin dapat melihat jelas bulir keringat mengalir deras dari kening sang ayah, bahkan kakinya sudah mulai bergoyang-goyang mengatakan bahwa dia benar-benar gugup, apalagi sang mama yang pastinya tak mau mendengar apa yang akan terjadi selanjutnya.

Kiya menarik nafasnya sekali lagi. "Saya mendapatkan kesimpulan bahwa kasus ini bukanlah kasus biasa, melainkan..."

"Pembunuhan."

...

Hujan benar-benar turun, namun di tempat yang cukup sepi ini, disinilah tempat perkumpulan bagi beberapa orang ini. Cafe yang cukup sepi namun tak terlalu ramai, seperti cafe-cafe biasanya.

Ferdi, Matteo, William dan Samy disuruh untuk berkumpul oleh Gavin, entah apa alasannya. Tumben sekali seorang Gavin minta berkumpul bersama.

"Lama bener datangnya si Gavin, kesemutan gue duduk disini terus!" Kesal Samy, dia sudah menghabiskan tiga gelas kopi dan sepiring roti tawar untuk penambah.

"Sabar Napa? Dikit-dikit emosi Lo." Ujar Matteo disebrangnya, jujur aja Matteo sendiri juga udah muak nungguin Gavin disini.

Ferdi yang udah bosen juga cuman bisa liatin mobil lalu lalang disampingnya, kebetulan mereka duduk di sudut dan dinding cafe terbuat dari kaca tembus pandang. Sesekali dia melirik William yang memang gak banyak omong, kok bisa yak ada orang kayak William ini?

Hingga akhirnya netra Ferdi menangkap sebuah mobil familiar baginya. "Weh! Itu mobil Gavin kan?"

"Hah?? Mana??" Samy yang paling heboh, dia sampe geser muka William yang halangin pandangannya.

Yang digituin mah udah biasa, toh dia lanjut mainin papji di hp Samy.

Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang, Gavin terburu-buru keluar dari mobil, disusul dua orang dibelakangnya.

"Sapa tuh?" Ini Matteo yang bertanya.

"Bang... Patra sama bang Pasha gak seih?? Mirip soalnya." Jawab Samy.

Sibuk ngeliatin keadaan di luar, mereka bertiga gak sadar Gavin udah ada di samping mereka.

"Liatin apa?"

"ANJING! Bangsat Vin!!" Matteo kaget, pasalnya tiba-tiba Gavin sudah duduk disampingnya.

Disusul oleh Patra dan Pasha yang duduk bersebelahan, mereka datang setelah memesan minuman tadi.

"Lama banget Lo bertiga datang, ngapain aja bang?" Tanya Samy kepada Patra disampingnya.

"Hmm? Gak tau gue. Tiba-tiba si Gavin datang ke rumah Pasha, trus gedor-gedor pintu gue! Kan gak ada akhlak, padahal gue lagi cuddle sama ayang beb." Mendengar hal itu, Patra langsung mendapat tatapan sinis dari Pasha.

"Kagak, boong itu, gausah percaya." Bantah Pasha dengan nada datarnya.

"Heh udah! Gausah membucin, ini masalah serius." Gavin menghentikan obrolan tak jelas itu. Patra langsung diam gandeng lengan sang kekasih.

Gavin menghela nafasnya lelah. "Gue udah kasih tau sama orang tua gue dan Fabian kalau kami pacaran. Dan mereka setuju"

Pernyataan tiba-tiba Gavin itu membuat seluruh meja kaget tak karuan, selain William, dia anteng sambil nyimak.

"Cepet bener dah! Kebelet nikah Lo berdua?" Tanya Matteo

"Bukannya makin cepat malah makin bagus ya?" Sahut Ferdi yang disetujui semua pihak.

"Trus masalahnya apa? Lo cuman mau ngasih kabar kalau hubungan Lo sama Fabian udah lancar jaya sampe ke pelaminan?" Patra hanya ingin bertanya, lagipula ngapain Gavin manggil mereka mendadak di tengah-tengah hujan gini cuman buat ngasih tau tentang hubungannya.

Pasti ada yg gak beres.

"Masalahnya, hubungan gue ke keluarga Fabian yang gak lancar jaya." Ungkap Gavin jujur.

Mendengar hal itu, satu meja turut prihatin memasang wajah sendu, apalagi hujan diluar yang menambah kesan kesedihan Gavin.

"Emang masalah apa lagi?" Ini Samy yang bertanya

Gavin menarik dan membuang nafasnya panjang, dia akan menceritakan semuanya.

Dan memberitahu tujuan mereka dipanggil yang sebenarnya.

...











Wohallow, I'm back hehe😁👍🏻

Saya lupa bilang izin libur buat tahun baru, makanya telat up, maapkeun saya😔🙏

Oh iya, selamat buat kedua bayiku yang udah menang SMA kemarin🥳. Bangga loh saya🥺

Btw, stay tune for the next chapter wiii~~~

Btw, stay tune for the next chapter wiii~~~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
𝓞𝓾𝓻 𝓟𝓻𝓸𝓶𝓲𝓼𝓮 | GeminiFourth AU Where stories live. Discover now