Happy reading...
***
Ceklek
Suara pintu terbuka terdengar. Seorang pria paruh baya yang datang bersama 3 pemuda di belakangnya.
Tadinya Mezya tertidur, tapi ia terbangun karena mendengar suara pintu yang terbuka. Mezya membuka matanya sedikit mencoba untuk mengintip, menatap mereka dengan intens.
"Mereka siapa, apa itu keluarganya Giren" Batin Mezya menebak.
Salah satu pemuda itu berbalik menatap Mezya, karena sadar Mezya buru buru menutup matanya kembali.
Pemuda itu terus menatap Mezya dengan tatapan yang sulit di artikan. "Devan ayo duduk, ada yang mau bunda bicarakan" Ucap Fana pada Devan yang masih setia berdiri sembari menatap Mezya.
Devan berbalik menatap Fana lalu duduk di sofa, menuruti permintaan Fana. Kini semuanya sudah berkumpul. Mereka semua duduk dengan wajah yang serius.
"Sebenarnya ada apa sih bund, kok kayak serius gitu" Tanya Yezril.
"Iya ada apa. Semuanya baik baik aja kan" Sahut Riberto.
Fana menghela nafas lalu menatap mereka satu persatu. "Semuanya gak baik baik aja"
"Gak baik baik aja gimana sih bund" Ucap Yezran memotong.
"Yezran bunda belum selesai ngomong, diam dulu"
"Iya maaf bund"
"Giren amnesia, dia gak ingat sama kita semua" Fana tertunduk menahan tangis. Semuanya terkejut. Mereka mencoba mencerna apa yang di katanya Fana barusan.
"Giren amnesia?" Tanya Riberto memastikan. Fana hanya mengangguk sembari menangis dalam diam.
Melihat istrinya menangis Riberto pun memeluk Fana dengan erat mencoba menguatkan masing masing. Sedangkan ketiga pemuda itu berbalik menatap Mezya yang sedang tertidur, Ralat pura pura tidur.
Perlu kalian ketahui Yezril dan Yezran tidak begitu menyukai Giren karena gadis itu selalu membully siswi di sekolahnya terutama Miranda.
Sedangkan Devan, entah lah pria itu minim bicara, jadi tak ada yang tau apakah ia tetap menyayangi Giren atau sebaliknya.
Dengan langkah gontai Riberto menghampiri ranjang Mezya. Riberto menatap Mezya dengan penuh kasih. Perlahan tangannya mengelus puncak kepala Mezya.
Mezya membuka matanya, menatap Riberto yang sedang menitihkan air mata. "Om, om kenapa nangis" Tanya Mezya kebingungan.
Riberto tersenyum manis kearahnya, "jangan panggil om, panggilnya ayah ya" Ucap Riberto yang masih setia mengelus kepala Mezya.
"Iya a-ayah" Tak kuasa menahan, Riberto mencium kening Mezya meluapkan semua perasaan sayangnya.
Hati Mezya terasa hangat, tanpa sadar mata Mezya mengeluarkan air mata. Mezya teringat pada ayahnya dulu. Kini Mezya sangat merindukan Pasutio, ayahnya.
"Hei anak ayah kok nangis sih" Riberto mengusap air mata Mezya dengan lembut. Mezya hanya menggelengkan kepala.
"Anak ayah mau apa hm. Mau jalan jalan ke Paris? Mau shopping? Atau mau mobil baru?" Mezya tampak diam mendengar Riberto.
"Engga kok yah, Mez- eh Giren gak mau apa apa kok" Hampir saja Mezya keceplosan.
(Oke sekarang kita panggil Mezya dengan nama Giren)
"Kalau princessnya ayah butuh sesuatu, bilang aja sama ayah. Nanti ayah akan kabulkan semua permintaan kamu, asalkan anak ayah ini cepet sembuh" Riberto mencubit hidung Giren dengan gemas.
"Makasih yah" Ucap Giren tersenyum.
"Halah paling pura pura amnesia doang" Celetuk Yezran memainkan Hpnya.
Riberto berbalik menatap tajam Yezran. Sang empuh yang melihat itu pun hanya mendecak kesal.
"Jangan dengerin kata abang kamu yah, sekarang princessnya ayah istirahat biar cepet sembuh" Giren menganggu kecil sebagai jawaban.
"Devan, Yezril, Yezran ikut ayah keluar." Ucap Riberto tegas.
Mereka bertiga pun beranjak dari duduknya mengekori Riberto keluar.
"Kenapa ayah nyuruh kita keluar sih" Tanya Yezran mendudukkan bokongnya di kursi tunggu.
"Ayah mau kalian jagain Giren dengan baik" Ucap Riberto to the poin.
"Kita? Jagain Giren? Hhhh gak deh yah makasih" Yezril menolak perintah Riberto mentah mentah.
"Apa maksud mu tidak, dia adik mu dan sekarang dia sedang sakit Yezril" Tegur Robert.
"Halah paling juga dia sakit boongan biar kita perhatian sama dia. Dia tuh emang haus kasih sayang, harusnya ayah sadar" Ucap Yezran santai.
"Diam kamu Yezran, berani kamu bantah ayah" Bentak Riberto.
Yezran berdecak sebal, ia selalu berfikir kenapa ayah dan bundanya begitu menyayangi gadis murahan itu. Jelas jelas sifatnya sangat buruk.
"Sialan, gara gara dia gue jadi dibentak sama ayah" Batin Yezran.
Sedangkan Devan hanya diam dan melihat interaksi mereka. Devan memang tipikal orang yang cuek. Tapi yang pasti Devan adalah anak yang penurut. Devan juga orang yang sangat sayang keluarga, jika ada yang berani mengusik keluarga Devan akan maju paling depan sebagai tameng untuk keluarganya.
"Ayah gak mau tau, kalian harus menjaga adik kalian dengan baik. Kalau ayah dengar kabar adikmu terluka lagi, kalian akan mendapat hukuman dari ayah, PAHAM."
Jika Riberto sudah memutuskan sesuatu, semuanya akan berjalan sesuai yang dia mau. Siapapun tidak bisa mengubah keputusannya.
Riberto meninggalkan ketiga putranya di luar. Ia kembali masuk ke dalam ruangan VIP itu. Sedangkan Yezril dan Yezran kini sudah mengacak acak rambutnya frustasi. Lain dengan Devan yang masih tampak tenang.
"Sialan, nyusahin banget sih tuh cabe" Gerutuh Yezril.
"Gue yakin pasti dia cuman pura pura amnesia biar dapet perhatian kita" Sahut Yezran.
Devan yang melihat respon kedua adiknya itu hanya acuh. Malahan ia memilih pergi begitu saja meninggalkan mereka.
"Bang Devan mau kemana" Tanya Yezril saat melihat Devan pergi. Namun sang empuh tak merespon apapun, ia tetap berjalan seakan tak mendengar apapun.
"Dasar kulkas" Cibir Yezril.
"Sabar sabar" Yezran menepuk nepuk punggung Yezril.
Yezril menepis tangan Yezran lalu memutar bola matanya malas "Ck diam lo"
Sejauh ini Devan memang tidak terlalu dekat dengan saudara dan saudarinya. Ia lebih suka dengan buku, berkas, dan kantor. Dan salah satu pemicu sifat Devan yang cuek adalah terlalu sibuk dengan urusan kuliah dan kantornya.
Bersambung...
YOU ARE READING
MEZOREN [Tamat]
Teen Fiction[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK MASUK AKAL] Seorang gadis desa yang tidak sengaja jiwanya singgah pada satu tubuh yang mengalami kece...