02. Healing

Mulai dari awal
                                    

"Bun, Aruni bawa bekal apa hari ini?" celetuk gadis itu sembari memeluk sang Bunda.

"Bawa nasi plus ayam kesukaan kamu," jawab Hanin diikuti senyum manis seperti bulan sabit.
"Wah, Bunda lagi masak apa nih?" celetuk Kafa yang tiba-tiba datang dari luar.

"Masak ayam goreng tepung kesukaan anak kita dong, Yah," balas bunda seraya tertawa kecil. Kafa yang tadinya berdiri pun beralih ke kursi makan. Kemudian, mengambil piring lengkap beserta sendok dan garpu. Pria itu makan dengan santai.

"Nak, jadi kamu study-tour ke museum hari ini?"

"Jadi dong, Yah. Masa nggak jadi?”
"Ayah anterin sampai depan sekolah gimana?"

Aruni mengangguk setuju dengan posisi duduk di atas kursi. Di depannya ada meja makan. Jarinya mengambil ayam goreng yang baru saja diletakkan sang bunda di atas piring putih. Melahapnya selepas membaca doa makan. Sungguh luar biasa rasanya masakan bunda.

"Ke sana naik apa?"

"Naik bus."

"Udah minum antimo, Run?"

"Udah. Ayah nggak perlu khawatir Arun muntah," jawab Aruni mencoba menyakinkan sang ayah.

Kafa mengangguk mendengar penuturan dari sang putri. Ia mengambil kunci mobil yang bergelantungan di samping pintu. Membuka pintu rumah miliknya. Berjalan menuju mobil yang terparkir di garasi.

Kafa menyalakan mesin mobil hitamnya. Aruni naik ke mobil sang ayah. Mereka saling bersitatap. Masing-masing dari mereka mengangguk, tanda sudah ready untuk berangkat.

Aruni sangat menunggu momen terbaik ini. Gadis 17 tahun itu terlihat tidak sabaran ingin segera study-tour ke museum.

***

Suasana bus kini terisi penuh penduduk kelas XII MIPA 2. Satu persatu pepohonan di lewati. Awan sedari tadi putih, mulai mendung dan menggelap. Tampaknya cuaca sedang tidak merestui.

Aruni duduk tepat bersampingan dengan Pangeran. Mereka hening. Membungkam suara. Kehabisan topik. Tidak tahu topik yang dibicarakan atau mungkin Aruni masih tersulut api marah?

Perjalanan kali ini menghabiskan waktu sekitar 2,5 jam. Sembari menunggu sampai ke tujuan, Aruni memakan bekal yang sudah disiapkan Hanin. Ia membuka toples berisi ayam goreng beserta nasi. Memakannya dengan lahap.

"Mau, Ran?" tawar Aruni yang membuyarkan keheningan yang menerpa mereka.

Pangeran mengulum senyum tipis dan menggeleng. "Nggak mau.”
Pria 17 tahun itu terdiam sejenak sebelum kembali membuka suara.

"Tapi, kalau Arun yang nyuapin, gue  mau,” bisik Pangeran ke telinga Aruni yang diikuti kekehan kecil. Ia tertawa menatap ekspresi Aruni yang terlihat jijik dan ilfeel.

"Cih, udah gede, kok manja banget!" desis gadis berbaju coklat pramuka itu dengan nada ketus. Ia memalingkan wajahnya. Berhenti menatap Pangeran. Ia hanya mau menatap jendela yang berada di sampingnya. Hatinya kagum menatap pemandangan ciptaan Allah swt.

Pangeran stay memperhatikan gerak-gerik Aruni yang mengagumi langit. Pria berumur 17 tahun itu menyodorkan kepalanya pada bahu Aruni. "Nggak apa-apa, 'kan sama pacar sendiri juga."

Pangeran berusaha mencari perhatian dan bermanja. Tangannya mengarah ke pipi chubby Aruni. Sangat lembut tidak bertekstur sama sekali.

"Memangnya gue nganggap lo pacar?"

***

Aruni tertidur pulas. Hanyut dalam mimpi indahnya selama dalam perjalanan. Menyodorkan kepalanya pada kursi bus dengan memakai bantal leher berwarna biru kesukaannya. Pangeran terus menatap paras gadis ini. Merapikan  anak rambut yang keluar dari jilbabnya.

"Cantik, rasa pengin cium keningnya."

‘Kenapa, nih cewek mau sama gue?’ Pria itu terkekeh usai berbicara di dalam hati. Pipinya memerah. Salah tingkah menatap Aruni. Dengan headphone yang berada di telinganya. Kebetulan lagunya pun juga relate.

Aku selalu salah tingkah ...
Saat di dekatmu ...
Kamu tetap yang terindah ...
Jangan pernah berubah ...

Tidak lama gadis itu terbangun. Dengan mata yang masih merah. Ia mengucek-ucek bola matanya. Tidak lupa juga menguap.

"Apa, sih? Kok natapnya dalam banget gitu?" cibir gadis itu dan terlihat sinis.

"Memangnya boleh natap sedalam ini?"

Stoor Me Niet! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang