Lily mengangguk "ibu kamu ga marah?" Bintang tersenyum "engga"

"Serius?" Tangan Lily meraih menerima pemberian Bintang, lelaki itu sudah nyaman duduk di bingkai jendela.

Bintang mengangkat bahunya "kalo ga tau, ya ga marah" ucapnya asal, ia memakan snack yang ada di kantongnya, lagi sekali menatap Lily.

"Makan tuh, aku tungguin" Lily menggeleng "ga nafsu Bintang, aku khawatir kalo ibu kamu marah, nanti kamu di hukum"

Manik mereka bertubrukan, namun Bintang hanya tersenyum setelah mendengar itu, tangannya terulur mengelus puncak kepala Lily "ga bakal marah, aku janji" tangan Bintang turun ke pipi Lily.

"Muka kamu pucet Ly, ga sakit kan?"

"Engga, badan aku emang agak pegel. Terutama punggung, tapi gapapa. Semalem aku baca sambil duduk sampe tengah malem" Lily menjelaskan, ia tampak merapikan mejanya. Menyusun buku-buku yang baginya kurang rapi.

"Makanya kamu jangan kebanyakan baca" ucap Bintang, keduanya tertawa.

"BINTANG! MANA KAMU! WAKTUNYA MAKAN SIANG!"

Bintang langsung tersentak, ia bahkan kehilangan keseimbangannya saat mendengar teriakan ibunya, tangannya yang tadi berpegang di jendela terlepas.

"BINTANG!!" Lily hendak meraih tangan Bintang, namun terlambat, semuanya sudah terjadi.

Cepat sekali kejadian itu, Bintang jatuh terperosok ke halaman depan, badannya menghantam tanah dengan keras, membuat semua anak panti asuhan berlari mengerumuni Bintang yang sudah tak sadarkan diri.

Ibu Astri melihat itu dengan jelas, Bintang jatuh dari jendela loteng kamar Lily, bisa di tebak selanjutnya Lily yang akan kena imbasnya.

Di saat semua orang mengerumuni Bintang, Lily hanya melihat dari atas kejadian itu. Melihat semuanya tanpa bisa berbuat apapun.

***

"Ayo, satu suap aja Samudra, aaaa" Samudra menepis tangan Naura, gadis itu menghela nafas kesal "aku cape Samudra, kamu nolak terus setiep aku kasi makan"

Samudra menggeleng, ia membuang wajahnya ke sembarang arah "kamu masih pikirin Lily?" Tanya Naura hati-hati.

"Lily? Siapa?"

Nauraa tersenyum lalu menggeleng "bukan siapa-siapa" ia tersenyum miring, akhirnya lelaki itu melupakan gadis bernama Lily itu hari ini.

"Ayolah, kamu makan ya... Aaaa"

Terpotong sampai sana, suara ricuh beberapa orang, dengan roda ranjang pasien yang berderit, Naura berdiri melihat kejadian itu. Ia mendekat dan bertanya, jiwa kepo nya menggebu-gebu.

Beberapa menit, Naura kembali dan duduk di dekat Samudra "ada apa?" Samudra bertanya.

"Oh... Itu?" Naura menunjuk kerumunan orang yang kini berdiri di depan IGD, Samudra mengangguk.

"Anak panti sebelah, katanya sih jatuh dari loteng" Naura menjelaskan singkat, ia kembali menyuapi Samudra, untung saja kali ini lelaki itu tidak menolak.

Samudra menatap kerumunan orang itu, entahlah ia berharap ada sosok yang entah siapa ada di sana. Otaknya lupa, namun perasaannya tidak.

***

"Aku harus bisa keluar... Tapi gimana caranya..." Lily bolak balik di kamarnya, ia menggigit kuku. Panti asuhan sepi, kecuali anak-anak panti. Semuanya pergi termasuk Bu Astri. Tidak mungkin dia bisa tenang jika hanya diam saja di sini, Bintang, sahabatnya sedang tidak baik-baik saja.

Lily hendak memanjat jendela, namun tulang punggungnya terasa nyeri. Gadis itu memilih duduk, menunggu malam. Berharap Bu Astri akan datang membawa kabar Bintang.

Namun ternyata, tidak perlu menunggu malam. Pintu itu terbuka, menampilkan sosok anak kecil dengan boneka di tangannya. "Clara?"

"Kak Lily, temenin aku ke rumah sakit ketemu kak Bintang, gaada yang mau anterin aku" gadis itu meminta, matanya berbinar lebar, berharap sebuah 'iya' dari Lily.

Lily segera mengangguk, ini masih siang. Semoga saja di luar tidak terlalu panas untuk Clara. Lily mendekat, berjongkok lalu memluk Clara.

"Kenapa kamu bisa tau kunci kamar kakak?"

"Kakak di kunciin ibu kan? Aku sering liat ibu taruh kunci kakak di laci, yaudah aku ambil" Lily mengangguk.

"Oke, kita buat kesepakatan. Kakak anter kamu sampe rumah sakit, tapi bilang aja nanti sampe rumah sakit kamu di anter Bi inem ya" Lily mengangguk patuh, Bi Inem adalah ibu-ibu baik hati yang mempunyai rumah di sebelah panti asuhan, biasanya dia sering kemari, mrmbagi masakannya.

Lily tersenyum senang "oke, ayo kita ke rumah sakit"

"Let's go!"

***

"Yeayy habis" tiga puluh menit untuk satu piring cukup membuat Naura kesal, menyuapi Samudra cukup melelahkan"Sekarang makan buah ya, biar kamu sehat."

Samudra mendengus kesal, bisakah Naura berhenti menyuruhnya makan? Kini ia memilih  menatap sekitar, masih mencari sesosok yang ia bahkan tidak tau siapa.

"Samudra? Kamu cari siapa?"

Mata Samudra terus berkeliling, ia menatap sekitar, mencari sosok itu. Hingga ia menangkap sosok itu, gadis yang amat ia kenal matanya meski hanya sekali pandang.

Otaknya lupa, tapi perasannya ingat. Gadis itu siapa.

"Itu... Dia?"

"Siapa?"

Mata Samudra belum lepas, ia melihat gadis itu berhenti sepuluh meter dari IGD, sedikit bersembunyi dan melihat sekitar.

"Lily"

"Lily"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Canvas Tanpa WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang