Bisik Angin

Ketika Cinta

Ketika cinta tak dijunjung tinggi dalam janji,
semua bergerak bebas bagai hewan.
Keperluan nafsu dibilang cinta.
Dijanjikan sebuah cita dalam harta padahal di dalamnya tanpa cinta.
Dijanjikan pelaminan tanpa realisasi.
Terjadi pernikahan dingin tanpa arti.
Menjadikan gadis suci budak nafsu.
Perselingkuhan menjadi hal yang tak tabu.
Pada akhir menemui tangis dan sesal belaka.

Ketika cinta pada anak dan orang tua tak terikat dalam hati.
Sarapan pagi sendiri-sendiri.
Makan siang ditemani pengasuh.
Orang tua sibuk sendiri-sendiri.
Rumah hanya tempat peristirahatan dingin.
Tapi tidak dinikmati lagi oleh bapak ibu lansia yang sudah pikun, mereka meringkuk di kasur panti jompo.
Keluarganya tak mau urusi lagi yang hampir tinggal nama.
Menangisi kala sudah mati, hanya semenit paling lama satu jam.
Lalu ditinggal dalam pesta.
Dunia malam yang gemerlap, minuman alkohol menemani hangat raga tapi tak merubah keadaan sebenarnya.

Ketika cinta tak berada dalam negara dan bangsa.
Perundang-undangan hukum mencekik dompet dan menghabiskan umur tahanan yang hanya mekakukan kesalahan kecil.
Perundang-undangan hukum jadi air mineral segar yang bisa dibeli tempatnya oleh para penyelundup uang dan narkotika.
Kepala negara digontai partai-partai.
Kericuhan rapat besar sudah mirip antri sembako raskin, ontok-ontokan.
Rakyat berdemo ria sampai lupa adat keramahan Nusantara.
Kenaikan upah, penurunan bbm, penyopotan jabatan sudah membaur dalam gaya hidup buruh,mahasiswa dan ibu tumah tangga.
Budaya asli dibeli dipatenkan orang luar.
Pembangunan daerah lebih menunggu susuan dari negeri lain.
Cinta Nusantara sudah lama tak diperjuangkan, lama dilupakan.

Ketika cinta tak menyentuh para pecinta Tuhan.
Semua agama yang sudah terkotaki membuat kotak-kotak lain.
Perdebatan ilmu saling mengungguli.
Yang diam mendoakan.
Yang merasa menang sudah merasa bau surga dekat.
Merasa yang kalah sudah akan jatuh ke neraka.
Padahal Tuhan memang menghendaki demikian.
Perdebatan terjadi agar kita saling berlomba dalam kebaikan.
...