"Hei kau!" Seorang pelayan menunjuk Denada dengan tidak sopan saat Denada baru menuruni tangga.
Benar, di mansion ini dirinya tidak diperlakukan layaknya nyonya. Pelayan di mansion ini semua tau jika Denada adalah istri sah tuan mereka, namun mereka lebih bersikap sopan pada Leah. Itu sudah perintah dari King sendiri, Denada hanya mampu mengelus dada sabar setiap kali pelayan disini merendahkan bahkan tidak mempedulikannya. Mereka semua hanya bersikap normal saat orang tua Denada maupun King datang berkunjung, mereka semua jahat. Tidak semua sih, karena ada seorang pelayan yang hampir seumuran dengannya yang masih peduli dan bersikap sopan pada Denada, dia Eloisa.
"Ada apa?" Tanya Denada lembut.
"Aku sangat lelah. Enak sekali kamu hanya tiduran di kamar, jangan kamu kira bisa hidup enak cuma karena istri tuan King. Nyonya Leah lebih pantas. Sekarang kamu masak sana, aku mau tidur." Pelayan tadi mendorong Danada menuju dapur.
Denada menghembuskan nafas kasar kemudian mulai menjalankan perintah dari pelayan itu. Ia meringis pedih mengingat perlakuan mereka dalam mansion suaminya ini, bahkan di kediamannya dulu Denada tidak pernah merasa direndahkan. Walaupun kedua orang tuanya kadang tidak adil tapi Denada tidak pernah direndahkan dan dikucilkan seperti ini.
"Nona, apa yang kau lakukan? Ingatlah kau sedang hamil." Seru Eloisa buru-buru menghampiri Denada.
"Benar-benar kurang ajar. Mereka masih saja bersikap tidak sopan padamu nona?" Tanya Eloisa kesal. Kentara sekali wajahnya memerah karena marah saat mengetahui pelayan lain berlaku tidak sopan pada Denada.
"Sudah tidak apa-apa, El." Denada tersenyum manis, dia terus memasak dengan ditemani oleh Eloisa.
"El." Panggil Denada disela-sela kegiatan mereka.
Denada menatap gadis yang setahun lebih tua darinya itu. "Boleh aku meminta tolong?"
Eloise mengangguk cepat, gadis itu senang jika Denada ingin meminta tolong padanya.
"Iya, nona ingin meminta tolong apa?" Tanya Eloisa antusias.
Denada menghembuskan nafas kemudian menatap sayuran yang saat ini tengah dia potong-potong.
"Semuanya begitu rumit, El. Aku ingin meminta bantuanmu untuk mencari bukti tentang pembunuhan." Ujar Denada.
Eloisa terkejut. "Pembunuhan? Siapa yang dibunuh?" Tanya gadis itu kaget.
"Adik King. Aku tidak mengetahui apapun tentangnya, bahkan namanya saja aku tidak tau. Ta tapi aku terlibat masalah di dalamnya sehingga King sangat ingin aku menderita. Aku dituduh sebagai pembunuh adik King, semua bukti itu mengarah padaku." Kata Denada dengan sorot mata sedih.
Eloisa kembali terkejut, kenyataan macam apa ini?
"Kenapa bisa begitu?" Gadis itu bertanya-tanya.
Denada menggeleng lesu. "Aku pikir ada orang yang ingin mengkambing hitamkan keluargaku dengan keluarga King."
"Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencari tau tentang masalah ini, nona!"
***
Denada menghembuskan nafas lega saat mengetahui jika orang tuanya dan King akan datang berkunjung hari ini. Ia senang mengetahui jika mereka berempat telah pulang dari liburan yang lumayan lama.
Denada menyambut mereka dengan senyum merekah, ia seolah melupakan semua rasa sakit dan sedihnya setelah melihat mereka berempat datang.
"Oh sayang, aku sangat merindukanmu." Ujar Grace memeluk Denada dengan sayang.
"Nada juga rindu dengan mommy." Balas Denada dalam pelukan Grace.
"Ck, kau hanya merindukan mertuamu itu saja?" Di belakang Grace, Olivia berdecih kesal.
"Tidak, aku juga merindukan mommy-ku ini." Denada tersenyum kecil kemudian memeluk Olivia.
"Kau baik-baik saja nak?" Tanya Silas saat tiba di samping anak dan istrinya.
"Tentu saja. Oh iya, ayo kita masuk." Ajak Denada dengan ekspresi berseri-seri.
"Nada, King dimana?" Tanya Asher saat menyadari tidak adanya King disekitar sini.
"Ah, King dia sedang bekerja dad." Jawab Denada sambil tersenyum kaku. Tidak mungkin dia mengatakan jika King saat ini tengah berkencan dengan Leah.
"Bekerja? Di hari libur?" Grace menatap Denada menyelidik.
"I iya mom. Ada sedikit masalah di kantor sehingga King harus pergi tadi." Jawab Denada.
"Aku bahkan tidak mengetahui ada masalah di kantor." Balas Asher.
"Ah sudahlah, mungkin King tidak sempat mengabari mu Ash. Kau tau putramu itu sangat pekerja keras. Apalagi saat ini ia mengurus dua perusahaan." Kata Silas.
"Ya mungkin saja. Aku harap tidak ada masalah yang berat." Balas Asher.
"Oh iya sayang, kami membawakan hadiah untukmu." Seru Grace dan Olivia nyaris berbarengan. Denada pun terkekeh dengan tingkah para orang tuanya itu.
"Wah gaun, Nada sangat menyukainya. Terima kasih." Seru Denada saat melihat gaun yang diberikan oleh para orang tuanya.
"Tentu saja, itu rancangan salah satu perancang busana terbaik. Khusus untukmu." Kata Grace yang diangguki Olivia.
"Terima kasih." Ujar tulus Denada.
"Oh iya mom, apa kak Nia menghubungi mommy dan daddy?" Tanya Denada menatap kearah kedua orang tuanya.
"Ah iya mommy lupa bilang kalau kakakmu akan kembali dua bulan lagi. Mommy sudah tidak sabar." Seru Olivia.
"Tapi kak Nia tidak pernah menghubungi aku." Denada mendadak lesu.
"Mungkin kakakmu ingin memberikan kejutan." Balas Olivia saat menangkap raut sedih dari putri bungsunya.
"Siapa itu? Apa Denada memiliki saudara?" Tanya Asher.
"Iya, sebenarnya Nada memiliki kakak kembar namanya Denia. Saat ini dia tengah berlibur ke Jepang." Jawab Silas.
"Benarkah? Bahkan kami tidak tau hal itu." Sahut Grace.
"Semua orang tidak tau. Kami sengaja menyembunyikan salah satu putri kami, Nia meminta itu sendiri dia tidak suka diketahui publik. Lagipula Nia tidak mau meneruskan perusahaan sehingga Nada lah yang diketahui publik." Jelas Silas.
"Wah, aku juga ingin bertemu dengan putrimu yang lain." Seru Grace.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears of King's Wife
RomanceDenada tidak pernah tau apa yang membuat King sangat mendendam padanya. Rasanya ia tidak pernah sekalipun mencari masalah dengan raja bisnis itu. Tapi kenapa? Kenapa King begitu berambisi membuatnya menderita. King menjerat Denada dan mengikatnya d...
Start to Find Out
Mulai dari awal