5. Kelakuan si kembar

Mulai dari awal
                                    

Jovita yang mendengar teriakan sang anak langsung mencari sekeliling, "mana lagi mereka."

"HUAAAA... MAMA, AWAS MAH. REM BLONG." Putri berusaha untuk menghentikan trolinya tapi tidak bisa karena ia berada di lantai jadi sepatunya agak licin. Maura pun langsung menjatuhkan trolinya ke kiri agar Mamanya tidak tertabrak.

'AAAAA'

BRAKKK!

Gadis itu terjatuh ke lantai beserta dengan makanan yang berada di troli. Beruntungnya kepala ia tidak terkena besi yang berada didekatnya, "awsssss, badan gue remuk sialan!" Gerutunya sedangkan Putri terduduk lemas di lantai dan Jovita yang masih mematung ditempat karena shock.

Tidak lama kemudian, satpam supermarket datang lalu membawa mereka ke ruang keamanan. "Kalian tau, tindakan tadi sangat berbahaya! Untung kepala kamu tidak terkena besi dan untungnya lagi tidak ada pengunjung lain yang terluka akibat sifat kalian!" Omel satpam itu.

Jovita merasa sangat bersalah atas kejadian ini, "saya selaku Mamanya, memohon maaf yang sebesar-besarnya, Pak. Saya janji kejadian ini tidak akan terulang lagi dan saya akan ganti rugi, tapi tolong maafkan anak saya, Pak."

Kedua gadis itu hanya menunduk, bukan karena takut dengan satpam itu, tapi lebih takut dengan ocehan ibu negara mereka yang bisa mengomel sampai 24 jam. Ini sih auto kebas kuping gue - batin Maura.

Gak lagi-lagi gue bertingkah pas ada Bunda, apa gue kabur aja kali, ya? Gapapa lah sekali-kali berkhianat sama Maura - batin Putri.

"Baik, Bu. Tolong kedua anaknya di ajarin ya Bu, sudah gede tapi kelakuan bener-bener melebihi anak kecil," sindir Pak satpam membuat keduanya langsung menatap tajam satpam tersebut. Pak satpam yang ditatap seperti itu hanya kikuk.

"Baik, Pak. Kalau begitu, boleh kita pergi? Dan untuk ganti ruginya." Jovita mengeluarkan sebuah kartu nama dari dompetnya, "suruh manager supermarket hubungi nomor yang tertera ya."

Satpam itu membaca kartu nama tersebut, "Jovita Bra--"

"Bravaska?" Ucapnya dengan wajah kaget sedangkan Jovita hanya tersenyum lalu menyeret kedua anak Bangor-nya untuk keluar. Dia sangat malu untuk menginjakkan kaki disupermarket ini!

Setelah sampai parkiran, Jovita mulai mengoceh, "kalian ini bikin malu saja! Tadi itu sangat berbahaya Maura Vellishia Bravaska! Kamu mau masuk rumah sakit lagi, hah!"

Ah... Bahkan ini belom sampe rumah tapi udah ngomel. HUAAAA siapapun tolong bantu gue - batin Maura.

Saat hendak memasuki mobil, Maura dan Putri saling bertatapan, mereka seperti sedang melakukan telepati. Tak lama setelah itu keduanya tersenyum miring, lalu...

"KABURRRR." Mereka lari terbirit-birit, entah mau kemana yang penting tidak mendapatkan ocehan sang Mama yang akan membuat kupingnya kebas.

"HEH!! MAU KEMANA KALIAN!"

Maura dan Putri tidak menjawab, mereka lebih memilih untuk lari sekencang mungkin. "Pak Junet, kejar kedua gadis bangor itu, Pak! Cepet!!"

Pak Junet mengangguk takut lalu menjalankan mobilnya untuk mengejar kedua anak majikan-nya, tapi na'as nya mereka malah belok kesebuah gang kecil yang membuat Pak Junet tidak bisa mengejar lagi.

"Nyonya, mereka masuk gang dan mobil ini tidak muat," ucap Pak Junet dengan sedikit takut.

"Anak-anak itu selalu bikin pusing! Yaudah, Pak. Kita pulang aja, nanti juga mereka pulang." Pak Junet kembali melanjutkan mobilnya menuju rumah.

Melihat mobil Jovita pergi, Maura dan Putri pun keluar dari persembunyiannya, "huft... Akhirnya pergi juga."

"Ca-pek anjir," ujar Putri.

ZAYRA | PERJODOHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang