Coretan 2 (Seni)

146 65 26
                                    

Halo?
Gimana tetesan pertama langit?
Seru? Apa sebaliknya?
-
Kali ini kita akan melanjutkan coretan selanjutnya. Agar canvas kosong milik langit secepatnya berwarna!
-
Enjoy!

 Agar canvas kosong milik langit secepatnya berwarna!-Enjoy!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia duduk di-kursi kayu yang terlihat sedikit rapuh. Tepat di-bawah sebuah pohon rimbun area taman. Suasanany sejuk. Sejuk sekali, angin yang meniup syahdu, membuat rangsangan segar yang luar biasa. Dengan dedaunan yang menggugurkan dirinya, berterbangan ke berbagai sudut tempat. Hal itu tentu membuat situasi ternyaman bagi setiap khalayak yang datang di-tempat terbaik itu.

Hampir satu jam, ia masih saja menemani kursi dibawah pohon yang kesepian itu, dengan mendudukinya. Seraya melihat beberapa insan yang berlalu lalang. Berkeliling menikmati area taman di depan gedung pameran seni. Banyak dari mereka yang bercengkrama. membicarakan ke-indahan alam pada hari itu. Karena beruntungnya, cuaca saat ini cukup berseri. Ditambah dengan pepohonan yang berbaris lurus seperti barisan paskibra.

Ia benar-benar tak ingin mengalihkan pandangannya. Terus menerus menatap fokus siapapun yang melintas dihadapannya. Sepertinya, ia sedang mencari seseorang? Atau ingin mencari sesuatu yang lain? Karena kalo dilihat-lihat, dompet berwarna merah jambu dengan sketsbook itu, di-genggam erat oleh kedua telapak tangan beruratnya. Di tambah dengan gerak-geriknya yang sesekali melihat benda pegangannya dengan mimik yang terlihat tak biasa.

Hampir saja dua jam. Kini pandangannya berhasil dialihkan oleh gadis cantik berambut curly. Yang seketika melintas di tatapan tajamnya. Gadis itu mulai meduduki kursi di seberang jalan. Sembari bercengkrama dengan seseorang yang mungkin kerabat dekatnya. Tampaknya Cowok itu sedikit memiliki ketertarikan dengan gadis yang ia lihat. Iya, untuk ia lukis.

Karena, tanpa ragu dirinya membuka beberapa lembaran buku sketsbook itu. Juga mengambil beberapa pensil dan pemadam didalam tas ransel yang tepat disamping sepatu pantofel tua.

Benar saja, pandangannya dibuat fokus pada objek. Ia mulai menimpa beberapa sketsa pada sketsbook yang ada dipangkuannya. Banyak sekali coretan yang berhasil ia buat. Mulai dari kepala, hingga lesung pipi yang begitu detail milik gadis diseberang jalan. Hanya tinggal beberapa detail saja. Gadis itu merubah posisinya pada posisi berdiri ke-arah depan. Tentu hal itu akan menambah kesulitan untuk menyelesaikan sebuah seni yang berbeda.

****

Kembali pada Ziva, yang sedang membicarakan sesuatu. Dengan mengulas kembali kejadian lucu yang di-alami temannya itu saat di-dalam gedung pameran tadi. Sesering itu ia terkekeh kecil, saat mengingat kelakuan konyol temannya. Mencoba memperagakan beberapa lekuk tangan temannya itu saat terkejut dan tersipu malu didepan umum.

"Aku masih ngebayangin, waktu kamu angkat tangan kaya mau ditembak tadi, hahaha," Cletahnya.

"Udahlah Ziv, ngapain harus diinget terus sih?," Nadanya kini mulai memalas. Mungkin karena emosinya yang kini sudah terkuras habis oleh Yoga.

Lukisan AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang