Bab XLVII

39.8K 2.2K 69
                                    

Justru aku takut, terlalu bahagia bikin aku lupa kalau semesta bekerja dengan cara yang tak terduga

...

Jujur saja Qila sangat gugup saat ini.

Bagaimana tidak? Hari ini adalah kali pertama Qila tampil dan berusaha atas keinginannya sendiri setelah sekian lama.

"Gugup banget?" Saka menggenggam jemari Qila yang mendingin. "Bukan sakit, kan?"

"Hm, gugup." Qila menampilkan deretan giginya yang rapi. "Cantik gak aku hari ini."

"Cantik," jawab Saka sambil menepikan sebagian rambut Qila yang berantakan. "Gue nemenin lo disini aja ya?"

Entah sudah permintaan yang ke berapa kali, Saka selalu mengulang pertanyaan yang sama dan tentu saja mendapat jawaban konsisten dari saudari kembarnya.

"Aku tampil belakangan, Ka." Qila menatap Saka dalam. "Atau kamu mau aku gak usah tampil aja biar kita bisa lihat persidangan abang sama-sama?"

Saka langsung menggeleng tak setuju. Dia sangat tahu seberapa banyak antusias yang telah Qila curahkan dan effort yang ia keluarkan untuk penampilan hari ini.

Daniel melirik dari kaca spion, nampak tak mau interupsi karena ia mogok bicara sejak semalam pada Qila, tentu saja alasan yang sama seperti Saka sebelumnya.

"Qila kalau ada apa-apa langsung panggil Om Edgar."

"Iya, Ayah."

Rencananya pagi ini mereka akan mengantarkan Qila lebih dulu ke sekolah baru kemudian pergi untuk menemani persidangan Dirga.

"Ayah belum kasih tahu abang ya kalau hari ini mau datang?"

Akbar tersenyum tipis. "Belum." Biarkan ini menjadi kejutan.

"Ka, surat yang aku tulis buat Bang Dirga mana?"

"Di saku." Saka menunjuk saku tempat ia menyimpan surat titipan Qila.

"Jangan kamu buang ya, dikasih lho!" ancam Qila setengah bercanda. "Denger gak Saka!?"

"Iya Kakak."

Qila terkikik saat Saka menatap jengah pada Qila. Oh jangan lupakan panggilan Saka yang akhir-akhir ini berubah menjadi lebih sering memanggilnya dengan kata 'Kakak'.

"Aku takut banget diketawain kalau buat salah nanti."

"Catet ae namanya, biar gue bikin bonyok kalau sampe ada yang berani ngatain lo."

Qila mengulas senyum geli ke arah Daniel. "Udah berhenti nih mogok ngomongnya?" ledek Qila. "Kok cepet banget, katanya mau marah lama."

"Brisik." Daniel mendengus kembali menatap jalan raya.

Namun Qila tak berhenti meledek Daniel sampai disitu saja. Sepanjang jalan diwarnai celoteh Qila dan gerutu Daniel yang tak ada habisnya.

"Tom and Jerry," gumam Saka sambil memijat pelipisnya.

"Udah-udah sebentar lagi mau nyampe nih," Akbar menengahi percekcokan antara putra dan putrinya. "Udah besar masih aja berantem."

Paradise (Segera Terbit)Where stories live. Discover now