"Saya juga sempet kaget sih pas Kila dirumah sakit waktu itu. Bukannya ia juga nyebut nama Raka? Padahal jelas-jelas yang menabraknya itu namanya Tian" Jono mengingat kejadian dirumah sakit hati itu. Semenjak itu putrinya jadi agak murung.

"Kalau mau lebih jelas mending nanti malam kamu ke rumah saya aja Man. Ngobrol aja sama dia... Biar atimu lega" Jono menyarankan hak tersebut kepada Rahman.

Malamnya Rahman benar-benar pergi ke rumah Jono. Ia sudah tidak tahan dengan rasa penasarannya. Ia tak rela kalau Kila mencintai orang lain. Apalagi orang itu sudah meninggal.

"Kila mana Jon?" Tanya Rahman kepada Jono yang sibuk dengan hpnya.

"Tuh di ruang tengah lagi main game sama Raden" kata Jono menunjuk Kila diruang tengah yang terlihat dari ruang tamu.

Jono berjalan menuju ruang tengah di ikuti Rahman dan duduk bersama Kila dan Raden yang sibuk dengan game mereka. Suara game juga begitu menggema di ruang tengah.

Enemy killing spree

"Duh Raden... Kan udah kakak bilang jangan kesana sendirian. Bahaya kalau ada Eudora kang PLN.... Kesetrum kan kamu... Mana auto turu" Kila mengomeli adiknya tanpa mengalihkan perhatiannya dari permainannya.

"Kakak sih ga mau ngikutin Raden... Kan Raden jadi di keroyok" anak laki-laki yang sudah berusia sepuluh tahun itu cemberut saat diomeli kakaknya.

TRIPLE KILL

"Mantap... Selamat turu Eudora elf dodol" Kila mengejek player yang baru saja dibunuhnya di dalam game.

"Ekhem!" Rahman mencoba mengalihkan perhatian mereka. Lebih tepatnya Kila, namun salah satu dari mereka tak ada yang menanggapinya.

"Sini dek... Jangan sendirian lagi" Kila menyuruh Raden mengikutinya di dalam game.

"Iya kak" Raden terus mengarahkan joystick mengikuti kakaknya.

"Ayo bantu kakak push turret" Kila mulai menghancurkan turret musuh dengan Raden. Mereka berhasil menghancurkan tiga turret terakhir milik lawan.

Mereka terus bermain tanpa mempedulikan Rahman dan Jono yang menggelengkan kepala melihat kelakuan anak-anak jaman sekarang. Jika sudah bermian game tidak akan memperdulikan sekitar. Mereka cenderung lebih cuek.

VICTORY

"YESSS MENANG!!!" Pekik mereka berdua merasa sangat senang memenangkan match game mereka. Mereka bertos ria untuk merayakan kemenangan mereka.

"Kila, Raden... Cukup main gamenya" tegur Jono. Anak-anaknya cenderung lebih cuek kepada sekitar saat bermain game.

Kila dan Raden saling pandang dengan ekspresi kesalnya. Ada apa sih mereka berdua mengganggu saja. Memangnya mereka tidak tau apa kalau mereka sedang asik bermain...

"Kenapa si Yah... Raden sama kakak masih pengin main" rengek Raden

"Nggak, sudah cukup. Besok lagi" Jono kekeuh dengan perintahnya.

"Sana Raden ajarin Hila belajar dulu" perintah Jono langsung dituruti Raden walaupun sedikit kesal.

"Ekhem! Kila... Ayah sama Rahman mau tanya" Jono mulai basa-basi. Kila mengangkat satu alisnya tanda bertanya apa.

"Siapa Raka?" Tanya Jono singkat

Mendengar nama itu seketika pikiran Kila kembali melayang di mana ia menghabiskan waktu bersama orang yang sangat spesial dihati Kila. Mengingatnya membuat rasa sesak akan rindu itu datang. Kila menghela nafas untuk menetralisir rasa rindu yang begitu menggebu-gebu.

"Dia Kakanda ku... Dia seperti bulan untukku. Menerangi jiwa gelap dan sepiku di saat tak ada seorangpun yang mampu menjadi bulanku. Satu-satunya orang yang paling mengertiku selain bang Rayzan" Kila menerawang seakan ia kembali berada pada masa itu

Jalani Saja [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang