"Tom, kenapa diem aja? Emang kamu percaya sama kata-kata Alika? Kalo aku sama Calvin sih ndak bakalan percaya sih," timbal Yasha menyadarkan Tomi.

"Aku... percaya" cicit Tomi membuat tawa semua orang di ruangan meledak. 

"Hahahhahaha, kamu selama ini jadi bule di Paris juga percaya sama begituan? Ck,ck, ck isin aku jadi saudaramu" ujar Yasha menabok bahu adiknya. 

"Emang ngga boleh bule percaya sama yang begituan? Kan gue lahirnya di Indonesia juga sama kaya lo Jamilah,"  jawab Tomi balas menabok Yasha tak kalah keras. 

"Dih, udah berani yo kamu nabok kakakmu sendiri. Anak bau kencur aja songong" tantang Yasha tak terima. 

"Ya iyalah, berani. Kamu aja kok takut" saut Tomi menatap Yasha sinis. 

"Oke! Sini, maju kalo berani!" ujar Yasha menarik leher Tomi berlagak seakan-akan hendak  menghajarnya. 

"Kalian berdua kalau mau bertengkar, keluar saja dari ruangan saya" ujar Calvin cuek berhasil menghentikan perdebatan Yasha dan Tomi. 

"Ngga, Bos. Ngga jadi berantem, kita berdua mau ngadem disini aja" jawab Yasha kembali merapikan kerah baju adiknya. 

"Hahahahahhahaha..... kaya anak kecil dimarahin sama induknya" tawa Alika sampai kehabisan nafas. 

"Shuttttt, ngga usah ikut-ikut" pinta Yasha merajuk pada Alika. 

"Lah, emang bener dia" jawab Tomi mencibir Yasha hingga memancing perkelahian kedua kalinya. 

"Udah, udah jangan mulai lagi. Mending beli makan aja, yuukk. Siapa mau ikut aku?" tanya Alika semangat mengacungkan tangannya ke udara. 

Sebelum Tomi dan Yasha mengangkat tangan mereka, Calvin langsung berdehem. Ia tidak ingin Tomi dan Yasha ikut membeli makanan. Karena, dia ingin menghabiskan waktu bersama Alika. Dan hanya dirinyalah yang boleh mendampingi Alika pergi.

"Emmm... maaf ya, Al. Kita berdua kelihatannya ngga bisa ikut soalnya ada beberapa pekerjaan yang perlu kita bicarain" jawab Yasha sembari menatap Calvin seakan-akan memahami apa yang diinginkan Calvin. 

"Kalian mending berdua aja, biar nge-date sekalian. Buat ngerayain kalo kalian udah resmi balikan" tambah Yasha sembari mendorong Tomi untuk ikut menyetujuinya. 

"Iya, Al. Betul kata Yasha, kamu sama Calvin aja. We're gonna wait you here" jawab Tomi memaksakan senyumnya, meskipun ada yang mengganjal pikirannya. 

"Oooh gitu, ya?" tanya Alika sedikit murung. Padahal, dia tadinya ingin makan ramai-ramai dengan banyak orang. 

"Saya ambil mobil dulu" ujar Calvin langsung mengambil jas dan kunci mobilnya. 

"Eh... ikuttt" ujar Alika mengikuti Calvin dari belakang. 

Saat, Alika dan Calvin pergi dari ruangan. Yasha langsung menggeret Tomi untuk masuk ke ruangannya. 

"Kamu ikut sama aku ke ruangan ku" ujar Yasha menggandeng Tomi seperti anak kecil. 

"Ngga, gue gamau. Ngapain coba? Mending di waiting room main PS" tolak Tomi tak ingin berjalan. 

"Kamu mana tau aku punya ruangan gede selama ini. Ikut sekarang! Aku mau pamer!" timbal Yasha tak terbantahkan sembari menggeret adiknya itu keluar dari ruangan Calvin. Padahal, dia sebenarnya bukan ingin pamer ruangan, tapi pamer pacar barunya. Yang fotonya, terpampang nyata di ruangannya.

"CIH, alay" sinis Tomi sarkas tapi masih mengikuti tarikan Yasha. 

Setibanya di ruangan Yasha, Tomi langsung disuguhkan dengan begitu banyak pajangan foto Yasha dengan seorang wanita yang asing baginya. Tomi lantas langsung melirik Yasha tajam, apakah dia bermain wanita, pikirnya asal. 

My Untouchable CEO [Sedang REVISI]Where stories live. Discover now