🖇️ 2. Tersungkur Menyebalkan

Mulai dari awal
                                    

Tak sengaja Salsha terdorong ke depan. Dirinya gelagapan menyeimbangkan tubuh. Rasanya seperti terpental. Kejadian itu berlangsung cepat hanya beberapa detik saja.

Letak yang kurang strategis membuatnya tersungkur dan jatuh ke tanah. Begitu pula dengan orang yang menabraknya.

Salsha kehilangan fokus semenjak dirinya jatuh ia tak mengetahui keberadaan Ziya.

Ketika hendak bangun terasa punggung lebih berat. Ternyata di balik semua itu persis di belakangnya terdapat tubuh besar Ziya miring dan tangan yang memegangi punggung bagian perut.

Suara gelagak tawa terdengar dari Oliv dan Ica. Mereka menjadi saksi atas apa yang barusna dialami. Beberapa murid yang sedang berlari juga melihat ke arah mereka.

Suara tawa menarik perhatian dan menimbulkan penasaran orang di sekitar. Melihat lebih dari enam pasang sorot mata memperhatikan, Oliv dan Ica membungkam mulutnya masing-masing. Tetapi mereka masih saja tertawa.

"Woy bangun! Berat tau!" seru Salsha berusaha mengalihkan tangan Ziya. Ia menepis tangan temannya beberapa kali.

Tak ada jawaban dari Ziya. Sudah beberapa kali Salsha melontarkan perintah yang sama, lama-lama ia gema dan berakhir langsung menyebutkan namanya saja.

"Alvita Ziyana!"

Dari kejauhan seorang laki-laki terus memperhatikan siswa-siswinya. Menyadari ada beberapa yang berhenti bahkan ketawa, ia kemudian bertindak.

Printt!

"LARI!"

Suara keras itu berhasil membuat semuanya kembali lari dengan cepat. Mereka saling kebut-kebutan.

Mendengar suara peluit, Ziya bangun tanpa diperintahkan lagi. Lalau membantu Salsha berdiri.

Salsha menepuk bajunya yang kotor terkena tanah. Sorot mata tajam Salsha menghadap orang persis di depannya.

"Kalian ... bukanya bantuin malah ketawa?" ucapnya menyipitkan sebelah mata.

Mendengar ucapan Salsha yang begitu serius, seketika Oliv dan Ica berhenti.
Mereka sudah tak lagi membungkam mulut.

Salsha benar-benar tak tau dengan ketiga temannya itu. Bukannya langsung membantunya berdiri, eh malahan ketawa seenaknya. Kan begini jadi dia yang malu.

"Ziya, juga Zi. Kenapa tadi lo langsung tabrak aja enggak berhenti dulu?"

"Loh-loh kok jadi gue sih? Bukanya lo yang salah duluan ya?" protes Ziya tak terima.

"TAMBAH SATU LAGI!"

Pak Kian kembali berteriak hal itu membuat perdebatan Salsha dan Ziya berakhir tanpa mengetahui siapa yang benar dan salah.

Mereka melanjutkan lari yang sempat terhambat beberapa menit.

Walaupun Salsha dan Ziya sempat berdebat sesaat, mereka kini di posisi bersebelahan. Tadi awalnya emang
Salsha dan Ica yang di depan. Dilanjut Oliv di belakang Ica dan Ziya di belakang Salsha. Tetapi kini telah berubah.

Tatapan kode mata dari mereka yang di belakang melihat keduanya acuh dan saling menepi.

***

"Sudah selesai semua, Pak," lapor Alex kepada Pak Kian sembari hormat.

"Siapkan," jawab Pak Kian singkat.
Alex kembali berjalan ke arah di mana pasukannya berada.

"Woy, berdiri!" tegas Alex sebelum memberi aba-aba.

"Baru aja mau duduk udah di suruh berdiri lagi," umpat seseorang di belakang sana.

"Capek? Atau masih kurang?" tanya Pak Kian tersenyum sinis sekaligus bahagia.
Menurutnya ini belum seberapa apa lagi enggak ada durasi time. Dan pasti enggak semuanya full 10, pasti ada yang berkurang.

"Langsung aja, olahraga hari ini adalah bola besar yaitu bola basket. Tolong salah dua orang ambil bola di sana,'' perintah Pak kian. Tangannya menunjuk pada sebuah ruangan usang di dekat toilet.

Setelah ada dua orang yang bersedia mengambilkan bola basket, kini Pak Kian sedang mencontohkan yang berkaitan dengan bola itu.

Mulai dari teknik dasar, hingga variasi dan kombinasi teknik dasar.

"Paham?" tanyanya ketika penjelasannya sudah berakhir.

Tak ada jawaban dari mereka. Yang semua guru kira mereka sudah paham tetapi entahlah, bisa jadi kebalikannya juga.

"Aksa, berikan bola itu ke depanmu."
Aksa yang merasa tak memegang bola pun bersuara. "Pak, coba lihat, enggak ada bola, kan di tanganku?"

Mendengar itu Pak Kian menyadari perkataannya tadi. Ternyata ia salah menyebutkan nama.

"Ya itulah maksudnya kembaranmu."

Aska saudara kembar dari Aksa lebih tepat adiknya. Mereka terlahir kembar identik. Perbedaannya hanya terletak dibentuk kaki. Selebihnya genotipe-nya sama.

Namanya juga anak kembar, mereka juga namanya sehuruf saja yang tertukar.

Lima belas menit berlatih basket, mereka kura hati ini akan diadakan penilaian harian.

Namun, nihil Pak Kian pergi begitu saja ia mengatakan jika dirinya ada rapat dadakan bersama guru lain. Penilaian harian ditunda sampai pertemuan depan.

***

Suara sepeti menjelma kelas yang sebelumnya hening. Empat siswa kelas X MIPA satu tengah berlari mengejar waktu yang sebentar lagi akan berganti.

Semenjak olahraga tadi mereka mencari udara segar di rooftop sembari melihat siswa-siswi yang berlalu-lalang. Tak terasa waktu begitu cepat berputar atau mereka terlalu asyik mengobrol?

Suasana yang sepi menjadikan mereka lebih nyaman dan kelusa berada di sana.
Waktu aja terlupakan apalagi yang lain?

Lima menit lagi bel berbunyi bertnda sebagai pergantian mapel. Mapel selanjutnya ialah matematika.


***

Ada yang bisa tebak itu apa? Komen aja ya jangan sungkan-sungkan.

Papay readers Sha(⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧.

A True Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang