30. Pertanyaan Euno

Mulai dari awal
                                    

"Mungkin sepupu nya? Adek tiri nya? Atau jangan-jangan Ibu tiri nya?" Lontar Euno yang mendapat tabokan gratis dari Rayyan.

"Sembarangan, nanti saya coba tanya Arhan deh."

✨️ ✨️ ✨️

"Rayyan, Makasih ya!"

"Untuk?"

"Buku nya, bagus. Udah 3 buah aku baca ludess, mantapp!!" Jawab Azea di iringi senyum kecil yang terbit di wajah nya yang putih bersih.

"Sama-sama."

Hening.

Kedua nya larut dalam aktifitas masing-masing. Rayyan yang tengah asyik fokus membaca materi di buku astronomi, bahkan posisi nya sekarang khidmat duduk di kursi khusus yang tersedia di dalam perpustakaan.

Sedangkan Azea berdiri di samping rak buku perpustakaan, sesekali ia melirik Rayyan yang tak jauh dengan tempat nya berkelana mencari buku latihan soal astronomi.

"Obat nya masih sering di minumkan, Ray?" Azea bertanya dengan hati-hati di sela-sela ia merapikan buku-buku di rak paling samping di dalam perpustakaan setelah ia mendapatkan buku yang ia cari sejak tadi.

Rayyan yang sedari tadi fokus membaca di kursi perpustakaan menoleh ke arah Azea, lalu menangguk pelan. "Iya, masih." Jawab Rayyan dengan santai nya.

Azea yang mendapati jawaban santai dari Rayyan mendadak sedikit heran. "Kok gak kaget?"

"Kenapa harus kaget?"

"Bukan nya--" Azea menggantungkan kalimat nya di udara.

"Kamu udah tau kan? Pasti di kasih tau Kak Alina." Pungkas Rayyan masih tetap dalam keadaan tenang.

Azea tak menduga Rayyan bisa mengambil kesimpulan setepat itu. Bukan mengherankan bagi Rayyan kenapa ia bersikap biasa dan tenang saja ketika Azea sudah mengetahui fakta bahwa diri nya kemarin lalu berobat lagi ke psikolog karena dorongan Alina.

Azea kembali ke tempat di mana Rayyan duduk yang masih asyik membaca setiap penjelasan materi di buku itu. "Kamu keren dan kuat Ray!" Seru Azea tiba-tiba. Ia menarik kursi di samping Rayyan.

Tanpa Azea tahu Rayyan tersenyum kecil. "Kamu juga kuat Za!" Balas Rayyan di sambutan anggukan dari Azea. "Iyaain deh biar cepat, ahaha." Canda Azea kemudian.

"Jadi kak Alina benaran kasih tau ya? Perihal ituu ..."

"Iya, maaf jadi tau." Rayyan menggeleng kecil sambil menyilangkan kedua belah tangan nya. "Gak apa-apa, santai aja Za."

"Ray .." Panggil Azea setelah beberapa saat.

"Hmm?"

"Laper, hehe. Makan yuk!"

Rayyan seketika menggeleng pelan lagi. "Emm ga, makan buku aja." Jawab Rayyan yang membuat wajah Azea cemberut.

Azea mencebik kan wajah nya sambil memilin-milin ujung kerudung putih nya. "Tapi cacing di perut aku minta di kasih makan, Ray." Kata Azea lagi.

"Sejak kapan kamu melihara cacing di perut Za? Ga, bahaya ta?"

"Aish! Ni anak halal ga sih di tampol?" Azea pikir sejak kapan Rayyan menjadi sangat menyebalkan hari ini? Biasa nya juga kalem dan dingin, tidak seperti Rayyan yang dulu. Sungguh Azea merasa terzholimi saat ini.

Rayyan yang mendengar lontarakan Azea lantas terkekeh pelan. "Yaudah ayok, Laper juga nih."

✨️ ✨️ ✨️

"Maaf ya, Han, ngerepotin lo di sini."

"Gak apa-apa, santai sist." Jawab Arhan sambil mengemut permen tusuk rasa mangga.

"Berapa lama kita harus nunggu di sini, Kel?"
Ya, orang yang di tanya dan di hadapan Arhan sekarang adalah Kellyn.

"2 atau 3 jam sih, biasa nya." Arhan ber-oh ria mendengar jawaban dari Kellyn. Lumayan lama menurut nya.

Sejak tadi mereka sudah menunggu sekitar 2 jam lebih di ruang tunggu konseling. Kalian pasti bertanya kenapa Arhan ada di sini bersama Kellyn.

Berawal dari Kellyn yang memaksa-maksa Arhan untuk ikut menemani adik nya–Cena konseling. Bukan tanpa alasan sebab Cena lah yang meminta untuk Arhan juga ikut bersama mereka, jika Arhan tidak ikut ia juga tak akan mau konseling. Secara Cena meanggap Arhan adalah Kakak nya juga. Agak aneh, tapi ya begitulah fakta nya.

Awal nya Arhan juga menolak di ajak menemani mereka. Tapi karena Kellyn memaksa nya. Jadilah ia terpaksa absen sekolah hari ini, begitu juga Kellyn, dan Cena.

Ceklek

Cena akhirnya keluar dari ruangan bernuansa putih tertutup itu bersamaan dengan seorang psikolog perempuan yang berumur paruh baya.

"Kak Kellyn!" Cena lantas mengahambur ke pelukan Kellyn.

Kellyn sudah menduga reaksi ini setiap kali Cena selesai konseling. Ia lantas membalas pelukan erat dari Cena. Setelah cukup lama Cena akhirnya melepaskan pelukan nya pada Kellyn. Lalu sorot netra nya beralih pada seseorang di samping Kellyn.

"Makasih ya, udah jagain Cena kecil, pasti repot banget ya." Kata Cena tiba-tiba ke arah Arhan berdiri.

Arhan yang tak mengerti pembicaraan Cena hanya mengernyitkan kedua alis nya, yaps sedang berpikir. Ia merasa heran, dengan perubahan sikap Cena. Bagaimana ia tak merasa heran, cewek ini tidak lagi menyebutkan diri nya dengan embel-embel 'Kakak' seperti biasa nya.

"Kenapa bengong? Selama ini aku salah ya? Kamu kan yang udah bantuin Cena selama ini?"

"Enggak juga, ehh--" Kellyn menyenggol lengan Arhan sambil melotot ke arah nya.

"Eh, iya Cena. Sama-sama, gak salah kok." Jawab Arhan cepat, entah kenapa ia merasa aneh dengan suasana begini.

"Ini kepribadian Cena yang lain, jadi kamu jangan bingung ya." Tutur seorang psikolog bername tag 'Hanaya' yang tersemat di tengah kerudung panjang milik nya.

Kenapa ga di bilang dari tadi sih! Kan gue kaya orang bego nanggapi nya! Rutuk Arhan merasa sedikit malu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Starlight With You (On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang