Jika dalam tiga hari Ayden tak lagi menghubungi dirinya Delisha menganggap hubungan mereka selesai! Bahkan dia sudah bertekad untuk mengurus Cheryl sendirian, biarkan mereka hidup masing-masing.
"Nanti kita telpon Papa, ya."
Cheryl mengangguk. Delisha mencium pucuk kepala putrinya dengan sayang.
Delisha menyeruput smoothies tersebut dan melihat banyak orang di taman dengan urusan masing-masing, tapi banyak yang membawa anak atau sekedar berpasangan. Delisha menunduk lagi melihat Cheryl. Apa dia bisa bertahan dengan putrinya?
"Makan yang banyak ya, Sayang." Cheryl mengangguk. Delisha mengecup lagi kepala Cheryl.
Ponsel miliknya berbunyi. Hatinya berdegup kencang, merasa senang, semoga Ayden.
Entah kenapa Delisha begitu merindukan laki-laki itu. Tapi jika batasan toleransi itu tidak Ayden lakukan, maka, goodbye buat semua yang telah mereka lewati bersama.
Delisha membuka ponsel itu. Ternyata penjaga Oma.
"Iya, Kak."
"Apa?"
"Y-ya."
Ponsel itu terjatuh, mengenai kakinya walau terasa perih tapi hatinya terasa lebih perih. Tuhan selalu menguji dirinya yang lemah ini, seolah dia tak pernah diizinkan untuk bahagia sejenak atau bernapas dengan lega.
Siang itu, Delisha memandangi orang-orang di sekitarnya tapi dia merasa dunia berputar, dunia itu kejam. Jika sudah begini masih ada alasan untuk dirinya bertahan hidup? Delisha meragukan hal itu!
Oma meninggal!
Oma pergi meninggalkan dirinya, begitu juga Ayden yang pergi. Semua orang yang disayang pergi. Mereka seperti tidak menyayangi Delisha dan membiarkan gadis itu berkabung sendirian.
Kepergian Oma memukul telak Delisha. Begitu juga dengan hidupnya yang berubah. Semuanya berubah. Begitu juga dengan hatinya untuk Ayden. Mati!
Delisha tidak akan pernah memberi kesempatan pada Ayden!
💰💰💰💰💰💰
Semester tua kuliah sangat identik dengan kesibukan. Banyak tugas dan laporan yang harus dibuat.
Ayden tak pernah melupakan Delisha, hanya saja dia begitu hectic, dia ingin membereskan semua tugas kuliah baru punya waktu yang banyak yang bisa ia habiskan bersama Delisha dan Cheryl.
Cowok itu mengusap rambutnya, dia baru tahu jika kuliah begitu berat perjuangan seperti ini. Tidak segampang yang dia lihat di TV, di drama-drama percintaan anak muda.
Sebenarnya Ayden sudah sadar jika dia kehilangan ponsel, tapi malas untuk mencari kembali. Jadi berencana untuk membeli yang baru. Tapi masih ada hitungan yang tidak selesai hingga kini. Dia rindu keluarga kecilnya. Ini juga alasan Ayden belajar sebaik mungkin agar lulus tepat waktu, bekerja dan melamar Delisha. Atau setidaknya biar dia yang menanggung semua biaya kebutuhan Cheryl dan Delisha.
"Ah anjing!" umpat Ayden saat dia tidak fokus berkahir salah hitung dan harus memulai dari awal.
Kesal, Ayden mengambil kertas itu meremukkan dan membuang ke tong sampah. Cowok itu beranjak dari kamarnya membuka pintu menuju balkon kamar. Ayden mengeluarkan rokok dan menyulutnya, dia rindu Delisha. Gadis bodoh itu. Sehari saja tak jumpa dengan wajah cantik Delisha membuat dia sangat tersiksa.
Asap-asap yang mengandung nikotin itu melayang di udara saat sang empu mengembuskan sekalian dengan beban hidup yang dia rasakan.
Ayden menutupi matanya, setelah ini dia akan membeli ponsel dan menjelaskan pada Delisha jika dia sibuk dan ponselnya hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELISHA (END+LENGKAP)
Teen Fiction"Lo hamil!" ucap Ayden, kekasih Delisha. "A-apa?" tanya Delisha polos. "Lo hamil!" tegas Ayden lagi. "T-tapi." "Kita sering melakukannya, dan kita main tanpa pengaman." "J-jadi?" "Gue mau putus! Terserah mau diapakan anak itu, umur gue masih 1...
CH. 38
Mulai dari awal