Beautiful Stranger

1. Beautiful Stranger

"aku yakin aku membaca map dengan benar, tapi kenapa aku merasa seperti melewati jalan yang sama beberapa kali?"

"kau siapa?" pertanyaan mengintrogasi dari belakangnya membuatnya terlonjak.

Lee Jieun menatap wajah asing dua orang di depannya, mereka mengenakan baju yang terlihat elegan namun itu juga terlihat aneh, jika dikenakan pada tahun sekarang. namun dia bisa bernafas lega karena mereka terlihat juga berwajah asia, dan berbicara bahasa yang sama dengannya.

"maaf..." dia menjeda ucapanya saat sebuah jawaban muncul di kepalanya. "oh, apa sedang ada syuting!" lalu tersenyum lebar. "maaf sepertinya saya tersesat dan syukurlah..."

Dan Syuuuuttt sebuah pedang tajam terayun dan kini tepat berada di depan wajahnya, wanita itu makin terkejut hingga melangkah mundur dengan kedua mata melotot.

"kau siapa, dan apa yang kau lakukan di border kerajaan Arendelle? apa kau penyusup?!"

Lee Jieun semakin tak habis fikir dengan situasi saat ini, andai saja tidak ada pedang tajam berada dekat dengan nadi lehernya, tentu ia akan tertawa terpingkal-pingkal dengan situasi konyol ini. otak cerdasnya seakan bekerja dengan cermat dan cepat, barangkali dua orang di depannya ini adalah pasien rumah sakit jiwa yang mempunyai obsesi ingin menjadi aktor, meski ya, wajah mereka cukup menjual, tapi, cukup! bukan saatnya untuk melantur kemana-mana, dia harus berpikir dengan cepat.

Dengan setenang mungkin dia menjawab, "Bukan, saya bukan seorang penyusup. Saya hanya sedang berjalan-jalan menikmati pemandangan... lalu, tanpa saya sadari telah terlalu jauh berjalan dan sampai di tempat ini." dia mengedipkan matanya membuat ekspresi setulus mungkin agar dua orang gila ini mau percaya, "Akh..." tapi yang ada pedang itu justru semakin mendekati kulit lehernya.

"itu berarti kau dari Calestia..." Ucap salah satu diantara keduanya yang sedari tadi hanya diam mengamati. Jieun menatap balik orang yang bertanya, pria itu mempunyai tatapan yang tajam dengan kedua mata indah berwarna biru. apa mungkin dia menggunakan kontak lens?

"Jawab jika tuan muda sedang bertanya!" bisakah setiap kali orang ini bertanya tak mengancamnya dengan pedang! ingin sekali Jieun berteriak.

"bu..bukan... saya bahkan tidak tahu apa itu Calestia. Saya dari Seoul."

Kedua orang di depannya tampak mengernyitkan alis mereka mendengar jawaban darinya. Ah, mungkin mereka bukan orang korea? Dan mereka tidak tahu dimana itu Seoul? Tapi bagaimana mungkin mereka bukan orang korea jika mereka sedari tadi berkomunikasi dengan bahasa yang sama seperti dirinya? Tuhan tolong jadikan ini semua hanya mimpi. Doanya dalam hati.

"Kau mau menipu kami dengan menyebut nama kerajaan yang tidak pernah kami dengar bukan?!" Lagi lelaki dengan pedang ditangannya itu mengintrogasinya dengan raut wajah penuh rasa tidak percaya.

Lee Jieun sekuat tenaga untuk menahan tawanya, tidak tahu harus tertawa atau menangis. "Ehem, maksudku Seoul, ibukota Korea." Dan kedua lelaki itu pun masih tetap memandangnya dengan aneh, dan sekarang keduanya terlihat tengah mengamati penampilannya.

"Kau bukan dari kerajaan Calestia, dan pastinya kau juga bukan dari kerajaan Arendelle. Dan apa yang kau kenakan juga tidak seperti apa yang biasa para kaum wanita bangsawan kenakan. Kau juga tidak seperti pelayan ataupun rakyat biasa." Lelaki yang sedari tadi diam mulai menimang-nimang asal-usul darinya, dan Jieun sedikit terkesima, untuk seukuran orang yang terganggu jiwanya pria ini pintar juga. Bisakah mereka berhenti bermain drama-dramaan seperti ini, karena sungguh dia sudah sangat lelah berjalan-jalan berputar-putar sedari tadi dan justru tersesat dengan bertemu dua orang sakit jiwa.

"Ya, saya bukan dari semua yang anda sebutkan tadi, jadi bisakah anda singkirkan pedang ini dan biarkan saya pergi ke hotel saya kembali?" Mohonnya pada kedua pria tersebut dengan memasang wajah memelas.