pemuda itu langsung terduduk sila di atas kasur dan berteriak kesal, "Lagian gua ngapa kudu jadi cebol sih? harga diri gua ini terinjak injak."
Yohan menoleh ke arah meja belajar, ia turun dari kasur dan berjalan perlahan menuju rak dimana buku buku pelajaran tersusun rapih. Salah satu tangannya mengambil buku dengan sampul polos dan membaca tulisan yang tertera di depan.
"Gak mungkin ini, bre."
ia menaruh buku itu dan mengambil buku yang lainnya, kembali meracau dan bersikukuh bahwa yang tertulis itu adalah sebuah kebohongan, namun setelah semua buku ia lihat, pemuda itu langsung menjedotkan kepalanya ke tembok dan menghela nafas pasrah.
"Ini serius gua bocil smp?"
[ Yohan ]
Pintu kamarnya terbuka saat Yohan sedang duduk di atas jendela sambil termenung, menatap pada taman belakang rumah yang terdapat kandang berisi harimau putih yang sedang tertidur.
"Makanan sudah siap, dek."
suara seorang wanita itu tak membuat Yohan menoleh, justru pemuda itu semakin menghela nafas seolah ia adalah manusia yang paling memiliki beban berat di dunia.
"Dek johan?"
Yohan kali ini menoleh saat merasakan usapan lembut di bahunya dan menemukan seorang wanita tua dengan senyuman khas seorang nenek nenek pembawa kue kering, membuat Yohan ikut tersenyum.
"Nenek, ada apa nih?"
"Makanan sudah siap di bawah, dek."
Yohan turun dari jendela dan terbelalak, "Nenek gak mungkin pembantu di sini, kan?"
wanita itu menyerngit bingung dan menjawab dengan lembut, "Saya pembantu, yang ngurus keperluan kamu di sini. Kata pak Ernes kamu hilang ingatan?"
Yohan mundur selangkah dan mengerutkan keningnya, "Siapa si Ernes?"
"Berarti bener kamu hilang ingatan, itu kepala keluarga dan ayah kamu."
"Hah? bapak gua yang mana anjir? yang punya luka atau yang mata biru atau jangan jangan bapak gua yang cuek itu?"
wanita itu tertawa, salah satu lengannya memukul pelan bahu Yohan dan membuat pemuda itu tersenyum masam, kenapa nenek ini sama seperti perempuan di kelasnya jika tertawa harus memukul?
"Yang punya luka, kamu biasa memanggil beliau dengan ayah."
"Ayah?" Yohan sedikit bergumam, dirinya tak pernah tau bagaimana rasanya memiliki seorang ayah di hidupnya. Dulu ia hanya hidup dengan mama dan seorang pria yang terkadang datang ke rumahnya, yang ia tau adalah itu pacar sang mama. Yang menghidupi mereka. Tak pernah ada ayah dalam keluarganya.
"Iya, sekarang dek Johan buruan ke bawah, mereka udah pada nunggu di meja makan."
Yohan mengangguk dan meninggalkan wanita tua itu di kamarnya yang langsung menutup jendela dan dirinya keluar dari kamar, ia melihat kanan dan kiri. Sepertinya tadi ia melewati sebuah meja dengan bunga ungu juga patung serigala yang sedang mengaum.
namun kini dirinya berhenti di depan sebuah pintu pintar yang membuatnya penasaran, ia mencoba mengutak atik tapi tak terjadi apapun hingga percobaan ke sepuluh ia menyerah.
kembali berjalan lurus dan memasuki lift, dirinya terduduk di atas lantai lift yang dingin.
"Ngapa kagak gerak dah?"
Yohan menidurkan tubuhnya di lantai lift, menikmati rasa sejuk yang masuk melewati jasnya hingga ke kulit. Ia belum berganti baju bahkan celana.
dirinya masih menunggu lift bergerak dengan sendirinya namun tak kunjung terjadi, ia mendesah kesal karena tidak mengerti harus apa lalu berguling keluar dari lift dan berguling guling di lorong.
ia berhenti di ujung tangga yang tinggi dan menemukan pemuda bermata biru itu sepertinya baru saja ingin melangkahkan kaki menaiki tangga.
Yohan terkekeh, "Tangkep gua, bre."
dengan bodohnya ia berseluncur di pegangan tangga dan naasnya ia terjatuh ke lantai karena pemuda mata biru itu hanya diam saja, tak bergerak.
"Gua kira lu baik, bang. jadi cukup sampe sini aja hubungan kita."
Yohan menepuk nepuk hidungnya yang sedikit sakit karena terbentur dengan lantai, ia berdiri lalu berjalan menuju salah satu ruangan yang menjadi asal bau harum makanan yang menyerbak.
ia tak sadar bahwa pemuda tadi malah berbalik dan mengikutinya di belakang.
"Buset, ini dapur apa restoran, banyak amat menunya kayak mau hajatan."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Yohan
Teen FictionYohan itu selalu bangga sama tubuh bongsor tingginya, bahkan teman temannya selalu memanfaatkan dia untuk memimpin jalanan agar membuat lawan ketar ketir seolah melihat titan. tapi takdir tidak pernah ada yang tau, Yohan harus bertemu psikopat gila...
Chapter 04
Mulai dari awal