"Karna hari senin itu hari vegetarian, tapi salad ini keliatan enak" jawab Kenzo.

"Apa sejak kapan?!" Tanya Ashlan, dia tidak sadar akan hal itu.

Kenzo berdecih sinis. "Sejak pertama kali masuk sekolah bodoh!"

"Ada apa?" Tanya Calfin pada Arkan yang sedari tadi hanya diam menatap makanannya.

"Gue cuma ngga selera makan" jawabnya dengan lemas.

"Kamu harus makan daging, ayo pergi ke minimarket sebentar"

••••

Arkan menelungkup kepalanya di atas lipatan tangannya di meja, dia menatap ke arah jendela menatap langit yang begitu cerah.

"Arkan coba tebak apa yang aku dapat" ucap Calfin.

"Apa?"

"Liat, aku nemuin uban di kepala kamu kayanya kamu makin tua. Hahaha..." ucap Calfin sambil memegangi rambut Arkan

"Yang bener aja, gue masih muda"

"Kamu kenapa sih? Apa karna cuaca yang panas kamu jadi lesu gini?" Tanya Calfin.

Saat Calfin akan mengusap kepala Arkan dengan cepat Arkan menahan tangan Calfin dengan tangannya lalu memiringkan kepalanya ke arah lain.

Seorang siswi masuk kedalam kelas. "Siapa ketua kelas ini? Wali kelas minta untuk dia pergi ke ruang guru"

"Ah... Cal, apa lo keberatan kalo lo yang pergi?" Tanya Arkan.

"Oh, yaudah aku aja" Calfin berdiri dari duduknya lalu pergi ke luar kelas.

"Ada apa dengannya? Apa ada yang terjadi? Dia menjadi murung sejak hari minggu ngga bisa kah dia ngomong ke aku?" Gumamnya.

Setelah berjalan tidak terlalu jauh akhirnya dia sampai di ruang guru, dia menghampiri pak Kinan.

"Apa ada yang perlu di bantu pak Kinan?" Tanya Calfin.

"Oh hai Calfin" sapa pak Kinan.

"Arkan lagi ga enak badan hari ini"

"Oh jadi kamu yang ngegantiin dia? Yaudah, bisakah kamu membagikan ini ke seluruh siswa sebelum kelas di mulai?" Pak Kinan memberikan tumpukan kertas pada Calfin.

"Baik pak"

"Dan juga... Jagalah Arkan untukku" ucap pak Kinan sambil mengusap tengkuknya.

Calfin terkejut dengan ucapan pak Kinan barusan, apa yang terjadi?

Calfin menggenggam kertas yang di pegangnya. "Pak Kinan... Jangan, mempermainkan. Arkan"

••••

"Seperti yang kalian ketahui, banyak dari kalian yang di terima di universitas, sepertinya semua orang mulai sedikit santai, namun kita harus mempertimbangkan teman-teman kita yang masih belajar untuk bisa ujian masuk Universitas, terutama saya tidak ingin melihat siapapun tidur di kelas"

"Dan tidak ada alasan untuk berhenti memakai seragam kalian, saya tidak ingin melihat pakaian jalanan, saya tidak akan membiarkan kalian lolos hanya karna kalian senior"

Arkan hanya diam memperhatikan pak Kinan yang terlihat begitu tegas, dia belum pernah melihat pak Kinan seperti ini sebelumnya.

Setelah cukup lama berada di dalam kelas akhirnya bell pulang berbunyi, setelah pak Kinan keluar dari kelas barulah murid-murid keluar dari kelas.

Calfin keluar dari kelas, dia melihat Arkan yang sudah pergi mendahuluinya, dia segera mengejar Arkan dan menggenggam lengan pria itu.

"Tunggu! Apa kamu mau ninggalin aku gitu aja?"

Arkan sontak berbalik. "Sorry" Arkan menatap tangan Calfin yang menggenggam tangannya lalu dia melihat ke belakangnya lalu melepaskan tangan Calfin.

"Kita masih di sekolah" ucapnya lalu berjalan mendahului Calfin.

"Sejak kapan dia memperdulikan itu?" Gumam Calfin.

Setelah keluar dari gedung sekolah barulah Calfin bertanya. "Apa terjadi sesuatu?"

"Kamu keliatannya lagi bad mood hari ini" tanyanya.

"Ngga terjadi apa-apa"

Saat Arkan kembali berbalik untuk berjalan barulah Calfin kembali berbicara. "Pembohong, apakah itu karna pak Kinan!"

Arkan kembali berbalik menghadap Calfin. "Itu benar bukan?" Tanya Calfin.

"Ngga, itu ga bener" Arkan terlihat kesal atau mungkin... Marah?

"Kenapa menurut lo itu karna dia?" Tanya balik Arkan.

"Aku tahu, aku udah bilang ke kamu terakhir kali, sekarang setelah aku tahu itu terlihat sangat jelas" ucap Calfin dengan tatapan tajamnya.

Arkan membalas tatapan tajam Calfin dengan tatapan tajam yang tidak kalah tajamnya dengan tatapan Calfin. "Lo ga tau apa-apa"

"Terus kenapa kamu jadi kesel saat pak Kinan minta kamu datang ke ruangan dia pas istirahat?"

Kini mereka berdua menjadi pusat perhatian, banyak yang berbisik-bisik.

"Ada apa itu?"

"Apa mereka bertengkar?"

"Apa yang sedang terjadi?"

Arkan menghela nafasnya kasar, dia memegangi keningnya. "Bisa kita berhenti? Gue cape"

"Lihat... Aku harap kamu bisa mengandalkanku ketika kamu sedang kesulitan maksudku, kita pacaran bagaimana denganmu?" Aaaa baby Calfinku kenapa kamu yang ngajak pacaran duluan sih.

Arkan mendengus kasar. "Lo belum ngasih tau gue tentang Jefry, kenapa gue harus ceritain semuanya sedangkan lo ngga?"

"Kenapa kamu mengungkitnya sekarang?"

Arkan kembali melayangkan tatapan tajamnya. "Gue ga suka dia, apa lo liat gimana cara dia natap lo?"

"A-apa?"

Arkan memilih untuk tidak menjawab, dia berbalik lalu melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Calfin yang masih terdiam di tempat.

••••

Kini mereka berdua sedang berada di taman bermain dan sedang duduk di sebuah ayunan.

Arkan hanya diam menundukkan kepalanya, dia tidak tahu harus apa sekarang, dia tidak berniat untuk marah pada Calfin, dia kehilangan kesabaran karna hal apapun, dia mengungkit Jefry lagi padahal dia sudah memutuskan untuk tidak melakukan itu.

Tiba-tiba dia tidak bisa berhenti untuk mengingkari janji-janji yang pernah dia buat sendiri.

"Tentang Jefry... Aku tidak bermaksud untuk merahasiakannya" ucap Calfin yang senantiasa menatap lurus ke depan.

"Hanya saja, itu bukan sesuatu yang ingin aku fikirkan"

-To be continued-

Gimana hari ini? Lancar?

Heart StainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang