Feyra 38 : senja dan sendu

Mulai dari awal
                                    

"Fey, pamit ya mah... mama harus sembuh! Buat kak Amel, kak aurel dan juga Fay! Harus sehat terus ya mah... jangan sakit lagi! Fey, gak suka liat mama sakit!"

Ranty mengangguk lembut.

"Dan... untuk Feyra! Mama akan sembuh demi Feyra!" Ia tersenyum menatap lembut ke arah Fey yang sudah berdiri.

"Bahagia terus ya mah...Fey sayang sama mama!" Fey merunduk dan meraih tangan pucat Ranty lalu menciumnya, ciuman Lamat bersama air mata yang jatuh membasahi tangan sang ibu.
Hati Ranty tiba-tiba terasa sakit sekali melihat sang anak kembali menangis.

"Jangan Nangis sayang! Jangan!" Tangan yang tadinya di genggam Fey ia tarik pelan, lalu berganti dengan ia usap lembut wajah basah Fey.

"Fey, juga harus bahagia!" Pinta Ranty. Tangannya mengusap air mata Feyra.

"Fey, bahkan sangat bahagia mah! Ini hal yang paling membahagiakan bagi Fey... sepanjang hidup Fey, ini adalah kali pertama Fey tersenyum tanpa ada luka yang harus Fey tutupi! Fey ngerasa udah bebas mah! Gak ada lagi beban kebencian mama.... rasanya ringan, dada Fey udah gak Sesak lagi. Makasih mah... makasih udah hapus kebencian mama untuk Fey...." Ujar Fey dengan senyum hangat tapi masih dengan air mata berderai.

"Fey, pergi dulu mah... jaga kesehatan mama!" Fey menjauh dengan tangan melambai bersama senyuman manis yang terukir di wajah cantiknya.

Ranty sebenarnya tidak rela, karena rasanya ia masih ingin memeluk erat tubuh gadis itu. Selama apapun itu sepertinya masih tidak bisa menghilangkan kerinduan Ranty. Terlalu banyak waktu yang ia sia siakan dengan kebencian.

"Setidaknya...aku sudah memeluk erat tubuh putri, yang selama ini aku abaikan!" Gumamnya menatap pintu yang tertutup rapat.

*****

Feyra berjalan tertatih di koridor rumah sakit, matanya masih terus berair. Kini  tubuhnya terasa semakin lemah bersama dengan pasokan oksigen yang kian menipis.
Gadis itu bersandar sejenak di tembok, memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri.

Ia tertunduk dan di saat itupula cairan merah menetes dari hidungnya.

"Aaaaah..." Raungnya memegangi kepala yang seakan dihantam oleh sesuatu.
Perlahan pandangan nya mengabur dan tak lama kemudian...

Bruk

Gadis itu terjatuh tak sadarkan diri. Para suster yang melihatnya pingsan langsung mengangkat nya ke brankar dan membawanya segera mungkin Kembali ke ruang rawatnya.

***

Mata feyra terbuka di saat hari sudah mulai sore, jam di nakas sudah menunjuk angka 15.00.
Gadis itu mengerjapkan matanya dan saat semua terlihat jelas, ia bisa melihat wajah cemas sang kakak yang tengah berdiri di samping brankar nya.

Fey tersenyum manis. Tangannya terulur...

"Kak...peluk Fey...Fey, pengen di peluk kak amel." Pintanya dengan suara lemah.

Amelia mendekat dan memeluk adiknya dengan sangat erat.

"Kamu kemana aja sih Fey? Kakak cariin Fey kemana mana! Tolong jangan bikin kakak khawatir dek! Kakak benar benar takut tadi..." Cecar Amelia. Kecemasan di wajahnya tergambar jelas.

"Fey, janji gak akan ngulangin itu lagi kak!"

Fey terdiam sejenak lalu kembali bersuara saat matanya menatap jendela rumah sakit.

"Kak...Fey boleh minta sesuatu gak?"

"Apa? Ngomong aja dek! Apapun akan kakak kasih buat Fey!" Ujar amel dengan tangan mencubit pelan pipi Feyra.

Feyra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang