「 twenty two 」

Mulai dari awal
                                    

"Ji, kamu sak-"

Bruk

"Aku, aku takut banget kehilangan kamu yosh. Aku ngga mau kehilangan kamu" isak tangis Jihoon membuat Yoshi terkejut.

Yoshi baru kali ini melihat Jihoon menangis, dia tidak pernah menangis sejak dulu, padahal mereka saudara.

"Jangan takut, aku ngga kemana-mana. Aku disini Jihoon" bisikan Yoshi rupanya sedikit menenangkan isak tangis Jihoon.

Yoshi membawa tubuh keduanya berbaring dengan membiarkan Jihoon yang masih betah menenggelamkan wajahnya di belahan dadanya.

Sepertinya manusia serigala itu tertidur, Yoshi terkekeh.

"Selamat tidur, mate. Love you"

Cup

Yoshi mengecup bibir Jihoon dan ikut terlelap bersama matenya.

---

"Ini bukan jalannya, kita masih bisa cari jalan lain kak. Jangan gegabah"

"Ngga, kalian bakal semakin tersiksa kalo ada gue. Lebih baik, gue yang akhirin ini semua kan?"

"Kak, jangan-"

Crashss

"YOSHI" Jihoon terbangun dan berteriak, Yoshi yang semalam tidur bersamanya jadi ikut terbangun.

Nafas Jihoon terdengar memburu, air matanya lolos dari pupil bobanya.

Yoshi menatap Jihoon khawatir, "kenapa? Kamu mimpi buruk?"

Jihoon menoleh ke kanan, dan langsung saja menubrukkan badannya ke Yoshi. Untung Yoshi udah ngumpulin nyawa, jadi ngga terjungkal.

Isakan tangis Jihoon semakin terdengar, membuat Yoshi semakin panik. Pintu kamarnya pun juga diketuk berulangkali.

(Aku mau nulis 'hiks' tapi kayak... Canggung banget huhu ㅠ__ㅠ)

"Ssttt kak ji, tenang. Yoshi disini, ngga bakal kemana-mana" Yoshi memberikan kata penenang untuk Jihoon, dan mengelus lembut rambut belakang milik kekasihnya.

"Tapi kamu-"

"Sssttt jangan dipikirin mimpi kakak ya, itu cuma bunga tidur"

"Semoga"

Jihoo berhenti menangis dan malah mengeratkan pelukannya pada pinggang si manis.

Pintu terbuka, Hyunsuk membukanya dengan kunci cadangan.

"Ada apa? Jihoon kenapa? Gue tadi denger suara teriakan" Hyunsuk berjalan cepat mendekati ranjang Yoshi.

"Nggapapa kak, kak ji cuma mimpi buruk aja tadi" Yoshi melepaskan pelukannya, Jihoon tidur lagi untuk menenangkan pikirannya.

"Lo mimpi hal itu lagi?" Tanya Hyunsuk dan mendapatkan anggukan dari Jihoon.

Hyunsuk yang mendapatkan jawaban seperti itu menjadi sangat takut. Takut, kejadian yang di mimpi Jihoon benar-benar terjadi. Meski, dia tidak tahu kapan waktu itu akan tiba.

Dia menoleh ke arah Yoshi yang sibuk menenangkan Jihoon. Pikirannya berkelana kesana kemari, mencari jalan agar tak ada yang meninggalkan keluarga ini.

"Kak hyun"

"Y-ya?"

"Udah sarapan?"

"U-ugh, udah. Tadi mashi masak banyak, kalian berdua keluar aja buat sarapan"

Yoshi mengangguk, kemudian bersama Jihoon melangkah pergi meninggalkan kamar, juga meninggalkan Hyunsuk yang masih sibuk dengan pikirannya.

Dia mendudukkan diri di ranjang milik Yoshi. "Mau jalan keluar gimana pun, kalau keputusannya dia udah bulat, gue ngga bisa apa-apa. Tapi, disisi lain gue ngga mau kehilangan. Udah cukup gue kehilangan ayah, bunda sama kakek. Jangan lagi, Moon Goddess. Saya mohon"

Hyunsuk menyatukan kedua tangannya dan mengepal kuat, berharap Moon Goddes mengubah takdirnya. Air mata keluar membasahi pipinya, Hyunsuk memang sering menyendiri dan menangis seperti ini. Tidak ingin membuat khawatir saudaranya yang lain, terlebih Yoshi dan Jihoon. Hyunsuk tidak ingin dipandang lemah.

"Menangis bukan buat orang lemah. Tapi, ketika lo capek, lo bisa nangis sepuasnya. Nangis ngga bisa nentuin lo kuat atau lemah"

"Jae?"

"Lo nangis aja, gue temenin. Nangis sepuas lo, gue tau lo takut"

Jaehyuk tersenyum, Hyunsuk kembali menangis. Jaehyuk berinisiatif memeluk tubuh saudara tertuanya, memberikan beberapa kalimat penenang yang mungkin bisa sedikit menenangkan kakaknya.

"Gue takut, takut banget. Kalo dia ngga ada, otomatis kan-"

"Ssttt, jangan bilang gitu. Dia ngga bakal gitu, kita berdoa aja. Semoga mimpi Jihoon itu benar-benar cuma bunga tidur"

"Gue ngga mau kehilangan lagi, jae"

"Gue tau, kita semua juga ngga mau kehilangan lagi"

Dan pagi itu dihabiskan dengan Jaehyuk yang menenangkan kakak tertuanya. Hingga tak menyadari, ada yang sedikit mengintip dan menguping pembicaraan mereka.

"Sebenernya, kita ini penting ngga sih buat kalian? Kenapa kalian selalu nyembunyiin sesuatu yang segitu pentingnya?"

Gumamnya, lalu pergi dari sana menuju ke tujuan utamanya.

"Bukan karena kalian ngga penting, maaf. Situasi ini juga sulit bagi kita buat jelasin ke kalian" — Someone's mind.

To be continue~

HARTA「 LENGKAP✔ 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang