Tok!
Tok!
Tok!
Ceklek.
Pintu besar itu terbuka dari dalam, Bella tersenyum pada Jingga "Hey Jingga? ada apa?" tanya wanita itu ramah.
"Eh, Hallo Nek. Jingga ingin menemui Herlin sebentar." sahut Jingga dengan senyum manisnya.
"Jangan panggil aku Nenek, apa aku terlihat setua itu? panggil aku Mommy saja, sama seperti Herlin." ujar Bella, ia masih kurang terbiasa jika di panggil nenek karna Herlin selalu memanggilnya Mommy. "Kamu ingin menemui Herlin?" Tanya wanita itu memastikan, dan Jingga hanya mengangguk menanggapi.
"Herlin belum pulang dari sekolah, Mommy kira dia ada kelas tambahan."
Ucapan Bella barusan membuat Jingga terkejut, apa Herlin berbohong pada neneknya? dan, berarti gadis itu membolos?
Jingga tersenyum kecil sebari menggaruk lehernya yang tak gatal "Eh! iya! maaf ya, Mom. Jingga lupa kalau Herlin ada kelas tambahan." bohongnya, ia tidak ingin Herlin terkena masalah.
Bella terkekeh melihat tingkah laku remaja satu ini "Yasudah ayo masuk dulu sebentar!" ajak Bella.
"Enggak, eh maksudnya Jingga buru-buru Mom. Harus pulang cepat!"
***
Herlin mengendarai motor matic nya dengan kecepatan sedang, ia ingin menikmati suasana jalanan di sore hari.
"Gimana kalau gue ketauan bolos?" gumamnya menatap keramaian orang di tepi jalan. Seperti nya ada sebuah kecelakaan.
Herlin awalnya tidak peduli kala mendengar teriakan-teriakan orang-orang yang berkerumun itu.
Namun saat mendengar seorang bapak-bapak berbicara dengan cukup keras "Seperti nya anak ini remaja SMA, lihat saja seragamnya."
Sontak Herlin menolehkan kepalanya sekilas, dan benar saja seragamnya dan seragam laki-laki yang tergeletak lemas bersimbah darah itu sama seperti seragamnya.
Herlin menepikan motornya lalu menghampiri kerumunan tersebut, mata gadis itu menbulat sempurna kala melihat wajah laki-laki yang berlumuran darah itu adalah Arga.
"A-arga?" gumamnya kaget bukan main.
"Apa kamu teman dari remaja ini?" tanya seorang wanita yang berdiri di sebelah Herlin, Herlin yang di tanya seperti itu mengangguk "Iya buk. Dia teman saya." ujarnya.
Dengan cepat Herlin menelfonkan ambulans.
Di dalam mobil ambulans Herlin duduk di sebelah Arga yang terbaring lemas dengan darah yang mengalir dari kepalanya.
Namun saat gadis itu menatap wajah Arga, ia bisa melihat jelas kelopak mata laki-laki itu bergerak-gerak gelisah.
Samar-samar Arga berucap lirih "Herlin?"
Sebelum akhirnya laki-laki itu kembali kehilangan kesadaran nya.
Di rumah sakit Herlin duduk di kursi panjang yang ada di depan ruang ICU. Ia menjadi gelisah sendiri akibat melihat kondisi Arga saat ini, ada sedikit rasa khawatir di dalam hatinya.
Sudah 2 jam lamanya ia duduk di depan ruang ICU namun belum ada tanda-tanda dokter akan keluar dari dalam ruang ICU tersebut.
Namun setelah beberapa menit berlalu akhirnya pintu besar itu terbuka membuat Herlin reflek berdiri, Ia bisa melihat bagaimana kondisi Arga sekarang. Kepala laki-laki itu di perban dan di tangannya terdapat beberapa jarum infus.
Laki-laki itu terbaring lemas di atas brankar.
"Sus, teman saya mau di bawa ke mana?" tanya Herlin pada para suster yang mendorong brankar. "Pasien akan di pindahkan ke ruang inap, untuk beristirahat." sahut salah satu suster lalu kembali melanjutkan langkahnya mendorong brankar itu.
Lalu saat Herlin hendak mengikuti para suster itu tiba-tiba ada seorang dokter menghampiri nya. "Apa kamu keluarga pasien?" tanyanya.
Herlin tersenyum "Saya temannya, Dok."
"Bagaimana keadaan teman saya?" tanya gadis itu.
"Awalnya kondisi pasien sangat keritis, bahkan sempat kekurangan darah. Namun untungnya setelah masa-masa keritis itu berlalu kondisi nya membaik. Tapi.." Jelas dokter itu menggantung membuat Herlin semakin penasaran.
"Tapi apa, Dok?"
"Kedua kaki pasien mengalami lumpuh sementara."
***
Bella berdiri khawatir di ambang pintu rumahnya, kenapa Herlin belum pulang? jam sudah menunjukkan pukul 6 sore, kenapa cucunya itu belum pulang ke rumah?
Gadis itu juga sangat sulit untuk di hubungi.
"Tenanglah, aku yakin Herlin baik-baik saja. Sebaiknya kita tunggu di dalam saja." Zergan berusaha menenangkan istrinya itu, agar tidak terlalu cemas. Ia yakin cucunya pasti baik-baik saja.
Cllara yang mendengar hal itu juga menjadi sangat khawatir, ia kira Herlin sudah pulang sekolah dan berdiam di kamarnya. "Bagaimana ini? kenapa Herlin belum pulang?" gumamnya menatap pintu gelisah.
Kemana gadis itu?
Cllara bergegas menghampiri Bella dan juga Zergan, ia ingin menanyakan hal itu langsung. Benarkah putrinya tidak ada di rumah.
"Emm, Bella? apa Herlin belum pulang?" tanyanya yang sontak membuat Bella maupun Zergan menoleh ke arah wanita itu.
"Apa peduli mu?" ketus Zergan menatap tak suka ke arah Cllara.
Wanita itu hanya bisa diam menunduk mendengar jawaban ketua dari Zergan "Kamu telfon Varen sana! suruh dia agar cepat pulang." usir Bella secara halus.
Mood nya sedang tidak baik-baik saja, melihat wajah Cllara membuatnya sedikit merasa terganggu.
"I-iya."
***
Herlin berdiri tepat di samping brankar yang di tiduri Arga, laki-laki itu masih belum sadarkan diri.
Ceklek.
Tiba-tiba pintu ruang inap itu terbuka, baru saja Herlin hendak menoleh tiba-tiba ada tangan yang menariknya kasar hingga hampir terjatuh ke lantai.
"Kamu lagi!? kamu kan yang bikin anak saya jadi begini?!" Kinan menatap marah Herlin, kenapa gadis itu selalu mengganggu ketenangan putranya?
Bahkan Arga sampai terluka parah seperti ini, gadis itu benar-benar harus di beri pelajaran.
"Arga kecelakan, Tan. Saya gak tau gimana kronologi nya." Elak Herlin "Ini bukan salah saya, saya hanya menolongnya."
Mata wanita itu menajam "Bullshit!! Kamu kan yang buat anak saya jadi kecelakaan? dasar pembawa sial." sinis Kinan tanpa perasaan.
Herlin benar-benar tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Kinan tetap menyalahkan kodisi Arga yang seperti ini karna ulah Herlin, padahal gadis itu yang membawa Arga ke rumah sakit.
Kinan beralih menatap putranya, ia sangat sedih melihat kondisi Arga. "Apa yang terjadi pada putraku?" tanyanya tetap dengan nada sinis.
"Tadi Arga sempat kritis lalu beberapa menit kemudian kondisi nya kembali membaik setelah mendapat donor darah. Tapi.. Arga mengalami lumpuh sementara."
Mata Kinan melotot mendengar penjelasan Herlin barusan, ia tidak terima jika putranya harus lumpuh.
"APA?! LUMPUH? JANGAN BOHONG KAMU?!!" Wanita itu terkejut bukan main mendengar penjelasan Herlin.
"I-iya, Tan."
PLAK!
[Typo Bertebaran]
Revisi setelah end, Jangan lupa vote dan comentnya!!!
follow ig : @wattpadrhe1
@herlinvlt_NEXT!?