Aku membuang napas kecil setelah mendengarkan lanjutan kalimatnya. Tidak bisa menahan diri, aku tertawa kecil. Pikiranku nampaknya tidak beres saat mendengarkan kata 'menghangatkan' itu. "Maaf." Kututup mulut dengan telapak tangan, bertukar tatapan dengan pria di ambang pintu itu. "Kupikir kau akan benar-benar menghukumku, Tuan Weston. Kalau hanya begitu hukumannya, itu perkara mudah." Aku menurunkan tangan dan memberikannya senyum.
"Akan ada masanya. Sebentar lagi. Tenang saja, Sienna."
Senyumku hilang, aku agak terkesiap mendengar ucapannya dengan suara dalam dan tertahan itu. Aku juga meragukan diri jika memang itu yang ia ucapkan, karena suaranya terdengar kecil. Aku bisa jadi salah.
Aku membuka mulut, ingin bertanya lebih jauh selagi tatapanku menangkap jemari tangannya mengepal, sehingga terlihat urat-urat di punggung tangannya. Sedetik senyum itu ditunjukkan untukku. "Aku berpakaian terlebih dulu, Sienna." Tuan Weston kemudian berlalu setelah menutup pintu kamar ini. Membuatku gagal untuk menanyakan maksud dari hukumannya itu.
Selepas kepergiannya, kuhembuskan napas panjang. Aku menggeleng tipis akan ketegangan kecil yang kurasa. Senyum terpaksakan dari Tuan Weston membuat wajahnya terlihat seperti pria kaku, terlalu serius. Aku tidak bisa bersikap santai dengannya. Berbeda saat aku menghadapi ibu dan ayah tiri Lexie, mereka ramah serta terbuka untuk menyambutku. Sementara pria matang itu, memang bisa dilihat ia juga terbuka-tubuh atasnya yang terbuka, maksudku. Ia memang mempersilakanku masuk, namun aku merasa ia juga seperti menahan sesuatu dan terganggu akan kehadiranku. Mungkin ia bersikap ramah hanya karena aku adalah sahabat dari anaknya.
Aku terpikirkan untuk mengabari Lexie, memberitahunya jika aku bertemu ayah kandungnya. Aku menepuk-nepuk kantung celana, merabanya dan kemudian mendesah lelah. "Sial. Ponselku tertinggal di garasi." Walau begitu aku agak bersyukur, nasib buruk akan menimpa ponsel satu-satunya yang kumiliki. Aku tidak bisa membayangkan jika benda itu rusak akibat kehujanan. Hanya itulah benda yang bisa kuandalkan untuk menjalankan bisnis kecilku.
Aku berjalan ke sudut lain kamar, melihat perabot dan isinya, aku menduga ini adalah kamar tamu. Tidak banyak benda-benda yang mengindikasikan jika ruangan ini dimiliki seseorang. Tidak ada baju atau jaket yang menggantung. Kulihat hair dryer di samping meja rias. Aku mendekatinya, duduk di depan cermin dan mengurai rambut dengan kesepuluh jemariku. Aku ditakdirkan dengan rambut hitam lebat, panjang, tebal, dan keriting. Sisir yang kutemukan di atas meja rias memiliki gerigi tipis. Aku sudah sering menghancurkan benda itu hanya karena rambut kusutku. Aku tidak ingin melakukan hal sama pada sisir milik orang lain. Setidaknya aku hanya ingin rambutku tidak terlalu basah.
Kuraih hair dryer dan menekan tombol pengaturan suhunya. Benda ini menimbulkan bunyi halus. Aku perlahan bekerja pada rambutku, tidak mengeringkannya secara sempurna. Hanya membiarkannya setengah basah. Beberapa menit selesai pada bagian atas rambut, aku kemudian berpindah ke sisi kanannya. Saat kepalaku menoleh ke arah kiri, bersamaan dengan itu pintu kamar dibuka oleh sosok pria berkaus ketat hitam. Ia memakai celana panjang santai berwarna senada. Rambutnya masih lembap tetapi telah tersisir rapi ke belakang. Di tangannya ia membawa tumpukan lipatan bahan.
Aku berdiri. Tuan Weston menutup pintu dan berjalan mendekat, ia berhenti di belakangku hingga kami sama-sama menghadap cermin. Pria itu menjatuhkan tangannya di bahu kiriku, selagi ia meletakkan barang bawaannya di meja rias. Setelah itu kini kedua tangannya meremas bahuku, aku menggigit bibir dan menahan napas. Aku tidak suka sensasi aneh di mana ada kegelisahan menelusup ke setiap sudut tubuhku. Aku berusaha menciptakan jarak darinya, menggeser tubuh menjauh, tetapi pria itu mencegahku. "Kembalilah duduk. Rambutmu panjang sekali. Aku bisa membantumu mengeringkannya."
Jemari kakiku mengetat, kedua tanganku terkepal. Aku akhirnya kembali terduduk, sesuai keinginannya. Tubuh Tuan Weston yang sedang berdiri di belakangku, membuat punggungku terasa tegang. Hal sama juga kurasakan pada bahu dan leherku. Ada yang salah dengan reaksi tubuhku. Tetapi apa itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
DADDY WESTON
Romance"Ia menawarkan neraka dengan rasa surga." . . . Pertama kali terbit: 03 Maret 2024 Ditulis oleh: xVLeonx (Veranna Leonand)
2 (A)
Mulai dari awal