chapter 10

266 56 26
                                    

{ sebelum membaca harap follow akun wattpad gue, dan tinggalkan jejak berupa vote ataupun komen di setiap chapternya }

happy reading...

***

canggung yang dirasakan oleh zaidan, karena yudha benar benar mengantarkannya sampai rumah bahkan saat dijalan tadi adiknya minta ini itu langsung dituruti oleh yudha

"makasih ya kak emm maaf juga adek gue minta ini itu ke lo, nanti uangnya gue ganti ya? atau lo masuk dulu ke dalem biar gue ambil dompet"

yudha menatap malas pemuda didepannya ini, padahal gak sampai seratus ribu adiknya jajan mengapa tidak enakan seperti itu, "gak usah, gue pamit masih banyak kerjaan" ya kerjaan benar bukan? tas di punggungnya ini lumayan berat

"bener nih? kalau gitu hati hati ya kak"

tanpa membalas yudha pun langsung menyalakan motornya lalu meninggalkan zaidan yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan

"abang kak yudha baik yah sama kaya bunda" celetuk adiknya tiba tiba, zaidan langsung berfikir adiknya ini sangat tidak mau berdekatan dengan orang asing tapi saat dengan yudha mengapa dia sangat menempel sekali? bahkan tadi terlihat seperti adik kakak sungguhan. tak mau ambil pusing zaidan pun segera menggendong adiknya untuk masuk kedalam karena kemungkinan dia akan diintrogasi oleh orangtuanya karena pulang telat, mana ada orang yang beli cilok sampai dua jam lamanya?.

***

sementara disisi lain tepatnya diruang tamu terdapat satu keluarga yang tengah mengeluarkan aura permusuhan masing masing, aura yang paling melekat ada di kepala keluarganya

"dari mana saja kamu hah! pulang sekolah sampai jam segini, kakakmu saja jam tiga sudah pulang sementara kamu? papah gak tau lagi caranya mendidik anak berandalan seperti kamu, tidak bisakah kamu menjadi seperti kakakmu? ikuti jejak dia!"

kini yang diomeli malah tengah asik memainkan kukunya tanpa menatap sang papah, dia dengar namun hanya malas menanggapi toh yang papahnya bilang bukan sekali dua kali jadi untuk apa didengarkan? bahkan pemuda itu sudah hafal saat papahnya ini marah maka perkataan yang tertuju membandingkan sudah sangat hafal diluar kepalanya

pemuda itu, jemmy segera menunjuk kearah azriel, "ngikutin jejak dia? jadi banci dong? cih gak sudi"

plakkk

bukan, bukan azriel ataupun papahnya yang menampar, namun yang menamparnya adalah wanita paruh baya yang saat ini tengah menatapnya dengan wajah yang merah padam, "mamah kecewa sama kamu jemmy, pergaulan mana yang membuat kamu berubah jadi brandalan seperti ini hah? mamah diam karena mamah gak mau nyakitin kalian tapi kali ini perkataan kamu sudah keterlaluan"

jemmy tertawa terbahak bahak mendengarnya, hei mengapa mamahnya berkata seperti seorang ibu yang baik?

"aduh perut gue sakit dengernya, apa kata mamah tadi? pergaulan mana yang bikin jemmy kaya gini? JUSTRU KALIAN YANG BIKIN JEMMY JADI URAKAN SEPERTI SEKARANG, andai kalian adil membagi kasih sayang kalian untuk jemmy pasti gak ada tuh jemmy yang sekarang, yang kalian utamain selalu azriel azriel azriel gak ada tuh kalian ngasih kasih sayang ke jemmy, iya jemmy tau azriel anak pertama akan menjadi penerus makannya kalian selalu ngutamain dia tapi gak ada kah kasih sayang untuk jemmy? dari kecil jemmy selalu sendiri mah, bahkan gak ada satupun keluarga besar yang baik sama jemmy, jemmy anak kalian loh bukan anak pungut. gak ada kah secuil pun rasa sayang kalian untuk jemmy?" ujarnya panjang lebar, bahkan dikalimat terakhir jemmy melemahkan suaranya

semua mematung mendengar itu bahkan seorang gadis kecil sudah mengeluarkan air matanya begitu mendengar keluh kesah sang abang

"jangan merasa sakit hati gitu, karena omongan gue barusan mau gue sampein saat gue masih smp, masih butuh butuhnya perhatian dari orang tua, kalo sekarang mah udah ogah, gak peduli gue"

lanjutnya dengan tatapan yang sangat menjengkelkan, karena tidak ada urusan lagi jemmy pun langsung berlalu dari sana, tepat saat disamping azriel, jemmy membisikan sesuatu hingga tubuh azriel menegang sempurna, "gue benci sama lo, liat aja orang yang lo cinta akan gue rebut gimanapun caranya"

huh melelahkan juga berbicara panjang lebar, jemmy jadi menyesal. saat sampai kamar dengar buru buru dia meneguk air yang berada di nekas samping tempat tidurnya.

dibenaknya timbul berbagai macam pertanyaan, bukan tentang keluarga justru malah tentang kakak kelasnya itu, apakah jemmy tadi sudah keterlaluan berbicara seperti itu kepada yudha? tapi tak salah bukan? dia sudah besar masa iya makan aja harus ditemani? bukankah itu tandanya manja?

"anjing kepala gue rasanya mau pecah mikirin tuh orang satu, padahal yang gue ucapin gak keterlaluan tapi kenapa hati gue merasa bersalah ya? bodo lah besok gue bawain bekal aja itung itung minta maaf sekalian mulai deketin dia"

"eh tapi gimana kalau dia kegeeran terus temen temennya mandang gue murahan karna deketin dia? ah bodo amat lah masalah itu bisa dipikirin nanti".

****

jika banyak typo harap maklum

Jemmy : complicated story ( REVISI TOTAL)Where stories live. Discover now