43. Tragedi Pernikahan Aika

Start from the beginning
                                    

"Tentu saja, tenanglah, jangan panik."

Aika menutup matanya, bulir bening mengalir membasahi pipi. Dia berpaling untuk mengusap air matanya.

"Jangan mati! kau harus mengganti popk Angkasa." Akhirnya, wanita cantik itu pun terisak juga.

Mereka pun sampai di depan IGD. Pintu mobil dibuka lebar, Arbie pun ditarik dan dikeluarkan utuk segera di tangani. Aika masih memegangi jilbabnya yang bersimbah darah. Tangannya gemetaran, dia tak kuat melangkah keluar dari mobilnya.

"Aika? Apa itu kau?" Aika mengangkat wajahnya, dia menatap laki-laki yang berdiri di pintu mobil.

"Tetaplah di situ," katanya. Dia menarik orang yang ada di depan kemudi dan memarkirkan mobil itu ke tempat yang aman. "Apa kau terluka?"

Aika menggeleng, rambutnya tergerai dengan sedikit darah yang menempel di ujungnya. Aika mengusap air matanya dengan tangan yang penuh darah dari suaminya.

"Apa Arbie baik-baik saja?" tanyanya dengan suara parau.

"Dia akan baik-baik saja, kita tiba tepat waktu, kau tak perlu khawatir."

Edward keluar dari mobil itu dan meminta Aika tetap ada di sana. Tak berapa lama, dia pun kembali dengan sebuah pelastik hitam. Wajah Aik terangkat, dia menatap Edward lekat-lekat.

"Pakailah, kau membutuhkan itu kan?" katanya pelan.

Aika keluar dari mobil setelah merapikan dirinya. Dia berjalan di belakang Edward. Di depan IGD, ada banyak orang yang berkerumun. Mereka awak media yang ingin meliput kejadian yang baru saja terjadi.

Edward memilih jalur lain agar Aika tidak terkena sorot media.

"Kita cari jalan lain, Ka. Di depan banyak wartawan."

"Aku istri sahnya, aku akan masuk ke sana dari depan."

"Kau jangan bodoh, Aika. Darah yang ada di bajumu ini akan menjadi perbincangan hangat, mereka akan menggiring opini untuk menjatuhkan kamu. Bagi mereka, darah ini bukan bukti kau melindungi dan menyelamatkannya. Ini bukti, kalau kau mungkin saja yang melukai suamimu karena dia berselingkuh."

Edward menarik tangan Aika menuju sebuah lift. Aika menoleh ke arah pintu IGD. Ada seseorang yang menyadari keberadaannya. Mereka pun mulai mengejar Aika dan Edward.

Tepat sebelum pintu lift tertutup, seseorang berhasil mengambil gambar Aika. Aika bersembunyi di belakang Edward, dia melepas pegangan tangan laki-laki yang pernah mengisi hatinya itu.

"Kau baik-baik saja 'kan? Apa perutmu tak apa-apa?" tanya Edward perhatian.

Aika hanya menunduk sambil sesekali mengusap air matanya yang meleleh. DIa masih memegang hijabnya yang penuh darah Arbie. Pikirannya mengawang, segala prasangka dan dugaan memasuki kepalanya dengan brutal.

Pintu lift akhirnya terbuka juga, mereka segera menghampiri Arbie di ruang operasi. Arbie dipindahkan segera ke sana untuk mendapatkan pertolongan. Dia sudah kehilangan banyak darah.

Kalut pun akhirnya merasuki Aika saat seorang perawat berkata, stock darah mereka sudah habis. Edward berdiri, dia pun berjalan mengikuti perawat itu untuk mendonorkan darahnya.

"Ed?"

"Kebetulan, golongan darah kami sama. Mertuamu memang hebat, dia memang mencari orang-orang seperti kami, yang akan sangat berguna di saat seperti ini," kata Edward sebelum pergi.

Aika meremas pashminanya kuat-kuat, dia mencoba untuk tetap tegar dan menerima takdirnya kali ini.

Ratna pun datang, dia berlari tergopoh-gopoh ke rumah sakit. Matanya mendelik saat melihat Aika berdiri dengan blazer yang berlumuran darah.

"Maaaa ...."

Bukannya kasihan atau mendengar ucapan Aika, wanita paruh baya itu malah menamparnya. Hati Aika remuk, dia memegangi pipinya yang merah.

"Apa kau yang menusuk anakku?" pekik Ratna.

Surya yang datang kemudian langsung mencoba menenangkan istrinya. Dia menarik Ratna ke sisi ruangan. "Mama apa-apaan! Itu Aika yang nulungin anak kita. Bisa-bisanya Mamah ma;ah nuduh dia melukai anak kita."

Ratna tak lantas percaya, dia malah mendorong suaminya dan masih berusaha menarik pashmina Aika. Wanita yang sedang mengandung cucu Ratna itu hanya diam.

Tangannya mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Dia melemparkan lembaran foto itu ke wajah Ratna. Di sana, semua bukti tentang kedekatan Arbie dengan wanita laknat yang menusuk suaminya ada di sana.

Ratna tercengang, dia memunguti foto itu.

"Wanita itu, ingin memeras anakmu, dia mengaku hamil agar bisa masuk ke dalam keluargamu. Kalau memang Mama inginkan dia menggeser posisiku, silahkan."

Pengantin Cadangan 2Where stories live. Discover now