"Ohh ... sebentar ya,'' guru itu mencari sosok yang dimaksud dan Hap, ketemu!

Ternyata anak itu tengah mengobrol bersama para temannya untuk berdiskusi gambar pilihan mereka.

"Nah, itu dia!'' tunjuk bapak guru.

Atensi Mahesa-pun sepenuhnya beralih pada sosok yang di tunjuk Bapak guru. Jidan terlihat sibuk, sebaiknya Esa nggak terlalu mengganggunya. Pikir Esa tanggap menatap sang guru dengan perasaan ragu.

Gurunya yang merasa peka segera tanggap menoleh ke arah Mahesa yang tertunduk. ''Ada apa, Nak. Kau tidak jadi mememberikan obatnya?'' tanya sang Guru.

"Eumm ... Maaf pak Hanaf, apa saya bisa titipkan obat ini untuk Jidan?'' pinta-Nya dengan santun.

''Baiklah, bapak akan memberikannya pada Jidan nanti.''

Obat itu di terima dengan senang hati oleh Sang guru, kemudian Mahesa berpamitan untuk pergi dari sana. Tanpa disadari, ternyata Jidan mengetahui kedatangan.

Terlihat mata anak itu memanas, terkesan berapi dan marah, kakaknya itu selalu saja memperhatikannya seakan dirinya adalah anak kecil.

Sungguh memalukan!

¥ • ¥

Di posisi Mahesa yang kembali menuju ke dalam kelas. Rupanya temannya yang lain membuntuti-Nya dari belakang, sejak Mahesa sampai di lorong yang menuju ke kelas Xll - MIPA 4 terlihat seringaian jahil dari mereka.

Mahesa hanya bisa pasrah, dalam batin ia sudah berpasrahkan diri untuk menerima tindakan yang dilakukan oleh ke empat teman karibnya.

Dug! Brukk! Gedebuk! Benar saja, dalam satu tarikan nafas yang di ambil oleh Mahesa, keempat printilannya itu langsung berlari dan mendorong tubuh Mahesa.

Berlomba memeluk tubuh ramping yang membuat mahesa tampak sedikit atau lebih memperihatinkan.

"Jangan main kabur kaya tadi, kami jadi kaget tau!'' keluh Eden yang berada di paling depan untuk memeluk Esa.

''Bang Esa kebiasaan banget bikin orang khawatir ih! Gimana kalau nanti kita bisa jantungan?!'' tambah Alan yang ikut geram.

''Gue kaga ikutan sumpah.'' Arjuna mengangkat tinggi kedua Tangan ya saat melihat Mahesa yang kesulitan akan dua orang yang memeluknya itu.

Sementara Mahesa sendiri kembali hanya dapat memasrahkan dirinya untuk di peluk.

Biasanya dua orang itu selalu bertingkah cool, tapi kenapa sekarang mereka malah bersikap manja layaknya panda dengan pengurusnya. Pikir Mahesa.

Dia jadi heran sendiri akan tingkah laku dua oknum yang masih setia memeluk dirinya.

Pletak! ''Aduh!'' keduanya meringis kala mendapat jitakan kasih sayang dari Arjuna.

''Jangan sok manja! Mana image yang kalian banggain itu? Masa cuma sama Esa kalian kaya gitu!'' sarkas Arjuna membuat dua orang itu langsung melotot ke arah oknum tang berucap.

Buset enak bener tuh mulut ngomong kaya begitu. Jemin menatap horor Arjuna yang memarahi dua personil lainnya tanpa jeda. Sesekali meringis kala ucapan pedas Arjuna keluar begiru saja ranpa di sensor.

Kemudian saat melihat Mahesa yang aman tanpa di peluk seorangpun, Akhirnya Jemin mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Dia menyempil melalui belakang lalu dengan semangat memeluk Mahesa. Tanpa memikirkan pertengkaran ketiga temannya yang lain, Mahesa dan Jaemin meneruskan acara peluk memeluk Mereka.

SulungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang