Additional Part 2

34.1K 1.7K 42
                                    

I'm still holdin' on to everything that's dead and gone
I don't wanna say goodbye, 'cause this one means forever
And now you're in the stars and six-feet's never felt so far
Here I am alone between the heavens and the embers

In the stars by Benson Boone

....

"Sakaaaa! Bangun! Nanti kesiangan berangkat ke sekolahnya."

"Sakaa! Hari ini kamu belum ketemu aku, jangan lupa bawain bunga ya."

"Saka bangun, aku kangen."

"Iya, Qi."

Saka mengusap air mata yang jatuh sambil meregangkan badan. Dadanya sakit karena suara manis kembarannya masih terngiang meskipun ia sudah bangun dari mimpinya.

"Morning, Qi." Ia mengelus figura foto Qila yang tersenyum lebar. "Nanti siang aku mampir, bawain kamu bunga."

Sudah setahun sejak kepergian Qila. Rumah menjadi lebih sepi, lebih dingin, lebih kelabu dari biasanya. Tidak ada lagi suara khas Qila yang membangunkan Saka, tidak ada lagi Qila yang sibuk menyiapkan bekal makan siang untuk Saka bawa ke sekolah.

Tidak ada Qila.

Tidak ada lagi kebahagiaan di rumah.

Meskipun begitu Akbar tetap berusaha membuat suasana rumah menjadi tak sekaku dulu. Sejak Qila pergi, mereka berempat selalu sarapan bersama dan menyempatkan makan malam sambil membahas kegiatan-kegiatan yang telah dijalani sepanjang hari.

Persis seperti keinginan Qila.

Saka turun dengan seragam lengkap sekolahnya. Ia mengintip sedikit ke arah kamar Qila yang selalu terbuka lebar, sengaja tak pernah Akbar tutup.

Harum strawberry kesukaan Qila menguar dari seisi kamar.

"Mau bawa bekal lagi, Ka?"

"Iya." Saka mengangguk sekilas menanggapi pertanyaan Akbar. "Malem nanti aku pulang telat, ada latihan basket."

"Jangan terlalu diporsir."

"Hm."

"Daniel gimana? Udah tau mau lanjut kuliah dimana?"

Daniel tersentak saat Akbar menyerahkan sepiring nasi goreng yang baru saja diambil. Ia menipiskan bibir, nampak ragu menyuarakan isi hatinya.

"Gak apa-apa, ngomong aja." Akbar tersenyum kecil. "Ayah gak pernah maksa kamu untuk pilih kuliah. Kalaupun gak kuliah, Ayah gak masalah."

"Belum kepikiran." Daniel memainkan sendok di atas meja. "Ayah beneran gak masalah kalau aku gak lanjut kuliah?"

"Yang penting kamu bahagia."

Saka tersenyum tipis.

"Oke..." Bisa Saka lihat ada segaris rasa lega yang Daniel lepaskan begitu mendengar Akbar bicara. "Daniel mau buka usaha aja."

"Bang Dirga dimana?" tanya Saka memotong pembicaraan Daniel dan Akbar karena tak menemukan abang pertamanya itu. "Gak ikut sarapan lagi?"

"Tadi keluar duluan, udah izin sama Ayah."

"Ke makam lagi?" Daniel bergumam tapi masih bisa di dengar oleh semua.

"Mungkin." Mata Akbar terlihat sedih. "Udah ayo cepat habiskan sarapannya, nanti biar Ayah yang susul Dirga."

Sekilas mereka tampak menjalani hidup dengan normal.

Namun semua tahu jauh dari lubuk hati mereka yang paling dalam, ada luka yang coba mereka pendam diam-diam.

Paradise (Segera Terbit)Where stories live. Discover now