Tepat saat ia menemukan sosok Jongin yang sedang menduduki meja disebelah Sehun dan tidak ada siapapun dikelas itu selain mereka berdua, Kyungsoo menghambur ke pelukan Jongin membuat Jongin sedikit tertolak ke belakang, untungnya dengan sigap Jongin menahan bobotnya dan memegang Kyungsoo.
Sehun terbelalak saat melihat Jongin yang tertawa akibat perlakuan Kyungsoo. Jongin menepuk-nepuk punggung Kyungsoo saat anak itu mulai menangis dibahunya. Sehun menyusut menjauh dan berfikir sebaiknya ia meninggalkan dua kakak beradik itu sendirian.
"Tolong putar kursi kalian berhadapan dengan teman sebangku kalian, dan tanyakan beberapa hal mengenai dirinya lalu susun sebagai biodata." Mr. Song selaku guru mengumumkan dan kembali terfokus pada berkas-berkasnya. Dengan patuh semua murid memutar kursinya termasuk Baekhyun dan Chanyeol.
"Kau-"
"Kau-"
Baekhyun dan Chanyeol memulai kalimat mereka bersamaan lalu tersenyum kaku. "Kau saja duluan." Kata Chanyeol sambil menyingkirkan kertas dan pulpennya.
"Em, baiklah," Baekhyun membenarkan posisi duduknya. "Kapan tanggal lahirmu?"
"27 November 1992."
"Golongan darahmu?"
"A."
"Hobimu?"
"Basket, bermain gitar, dan hobi baruku... tulis saja 'menatap seseorang'."
Baekhyun menatap Chanyeol, "Siapa?"
"Kau." Jawab Chanyeol singkat, "Kau boleh menulisnya jika kau mau."
"Dan mendapat lemparan telur dari segerombolan siswi? Tidak terima kasih."
"Aku akan melindungimu." Chanyeol tersenyum kecil.
Keduanya bertatapan untuk beberapa saat dan perasaan aneh itu mulai mengerumuni keduanya. Baekhyun tiba-tiba sadar bahwa lelaki didepannya ini memiliki wajah yang sangat tampan, dengan mata bulat dan teduhnya, bibir tebalnya dan rahang yang sempurna membalut tulangnya membuat sosok Park Chanyeol kini tampak sempurna dimatanya.
Baekhyun berdeham, "Lupakan saja. Sekarang giliranmu."
Chanyeol tidak dapat menahannya dan tertawa kecil, menyadari bahwa Baekhyun merasa sangat gugup. "Tanggal lahirmu?"
"6 Mei 1992."
"Golongan darahmu?"
"O."
"Orang yang kau suka?"
Baekhyun mendelik, "Kenapa pertanyaanmu seperti itu?"
"Guru tidak melarangnya, kan? Cepat jawab."
"Tidak ada." Baekhyun mendesah malas.
Chanyeol menatap Baekhyun, "Bohong," Baekhyun menatap balik Chanyeol, "Aku akan menulis Sehun disini jika kau mau. Atau aku akan menulis namaku." Chanyeol tersenyum miring sedangkan Baekhyun mengumpat dalam hati sambil berusaha menormalkan warna pipinya yang memerah.
"Kau ini kenapa sih, cepat ganti pertanyaanmu." Baekhyun bersungut sedangkan Chanyeol tertawa lepas, "Kau sangat lucu jika menahan malu seperti itu. Baiklah, kalau begitu, apa hal memalukan yang pernah kau lakukan selama hidupmu?"
Baekhyun memutar bola matanya, "Apa aku harus mengatakan itu padamu? Kenapa kau tidak bertanya 'apa hobimu' dan semacamnya?"
Chanyeol memberi jeda, "Aku sudah tahu hobimu."
"Dan apa itu?"
"Membuat jantung seseorang berdebar-debar." Chanyeol menjawab dengan simple dan singkat. Chanyeol menutup bukunya lalu mendekatkan wajahnya pada Baekhyun, "Kau pikir kau bisa berhenti menyukaiku, Baek? Tidak. Kau hanya akan terus menyukaiku." Bisik Chanyeol tepat didepan wajah Baekhyun.
Baekhyun menahan nafas saat bisikan itu terdengar sangat menegangkan baginya. Sementara Chanyeol memasang senyum kemenangannya dan memutar kursinya kembali menghadap papan. Baekhyun tidak pernah merasa ter-hipnotis sebelumnya, namun ia merasa ia telah terhipnotis beberapa detik yang lalu.
"Chanyeol," Baekhyun memanggil nama lelaki tinggi itu dengan pelan dan dijawab dengan dehaman oleh si pemilik nama. "Kupikir berjalan-jalan sepulang sekolah tidaklah buruk." Kata Baekhyun lalu tersenyum. "Aku lelah jika harus menghindarimu setiap saat, jadi temani aku berjalan-jalan sepulang sekolah."
"As you wish." Chanyeol tersenyum dan kembali berfokus pada bukunya. Baekhyun tidak dapat menahan senyumnya lalu mengikuti Chanyeol untuk memusatkan pikirannya pada buku.
Sehun menyenderkan punggungnya di dinding koridor, menunggu pintu kelas didepannya terbuka dan mengeluarkan sosok Baekhyun yang ditunggunya. Tangannya menggenggam sesuatu didalam kotak dan semakin ia memandanginya, ia semakin tak sabar untuk memberikannya.
Ia menghitung menit demi menit dan merasa waktu sangat lambat berjalan. Ia sudah memutuskan untuk menyatakan perasaannya pada Baekhyun sebelum semuanya terlambat. Meskipun ia merasa kalau presentase ditolak oleh Baekhyun lebih besar dibandingkan dengan presentase diterima, Sehun tak lagi takut untuk mengambil resiko.
Ia menunggu berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun untuk momen ini, ia sudah merencanakannya dengan sangat sempurna. Ia berharap Baekhyun akan segera mengakhiri kelasnya dengan cepat.
Bel yang ditunggu semua murid akhirnya berdenting, membuat Sehun menegakkan tubuhnya dengan sigap. Semua murid tiba-tiba terasa berlalu lalang dengan cepat sambil berlomba-lomba untuk menuruni tangga, namun mata Sehun hanya tertuju pada satu pintu, pintu kelas Baekhyun.
Pada akhirnya saat sosok Baekhyun muncul dari dalam kelas, Sehun membuka mulutnya untuk memanggil namanya. Namun seketika senyuman Sehun luntur ketika melihat tangan Baekhyun yang terpaut dengan tangan seseorang. Sehun menyadari kalau orang itu adalah Chanyeol, semakin mempererat pegangnnya pada kotak ditangannya.
Sehun melihat Baekhyun tersenyum dari kejauhan dan terlihat bersemangat berjalan disisi Chanyeol. Hatinya terasa sakit dan ia merasa sangat familiar dengan perasaan itu. Ia melihat Chanyeol tersenyum kearah Baekhyun dan menyeret lelaki pendek itu untuk berjalan lebih cepat.
Terdiam beberapa menit ditempat, Sehun menyadari betapa cepatnya koridor gedung senior berubah menjadi kosong. Ia tersenyum miris pada dirinya sendiri ketika mengingat janji Baekhyun padanya, yaitu untuk tidak jatuh hati pada Chanyeol.
Tentu saja ia akan menyukai Chanyeol, apa yang kau harapkan, Oh Sehun? Bukankah memang selalu begitu? Chanyeol mendapatkan semua yang kau inginkan, merebut perhatian semua orang bahkan setelah kau lahir. Tidak ada yang menyayangimu.
Sehun tahu bertapa konyolnya jika ia membandingkan dirinya dengan Chanyeol, kakaknya sendiri. Jika saja ia lahir lebih awal dari Chanyeol, apa dia akan mendapat segala sesuatu yang ia inginkan? Sama seperti Chanyeol yang selalu didengarkan dan dipenuhi segala keinginannya, ia juga akan tinggal bersama ayahnya meskipun berat rasanya jika harus meninggalkan ibunya.
Sehun menggerakkan kakinya menjauhi gedung senior dan memasukkan kotak kecil yang digenggamnya ke dalam saku celananya. Ia melangkah dengan pelan sambil berfikir banyak hal, setidaknya sampai ia mendengar keributan kecil di lorong loker.
Sehun berhenti disudut lorong, lalu berusaha mendengar keributan yang terjadi tepat beberapa meter dari tempatnya berdiri. Mengapa ada keributan di lorong loker gedung senior pada jam ini?
Sehun bisa mendengar seseorang yang dipukul, dan ia yakin bahwa yang terjadi adalah keributan antar laki-laki. Ia mendengar suara mengaduh dari seseorang dan kembali mendengar suara pukulan yang sepertinya cukup keras. Tak dapat menahan rasa penasarannya, ia menoleh ke segala arah untuk memastikan tak ada orang disekitarnya, lalu menengokkan kepalanya dan melihat segerombolan orang sedang memukuli satu namja, Sehun terbelalak menyadari siapa orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ChanBaek] Troublemaker
Fanfiction"Berjanjilah satu hal padaku." "Apa itu?" "Jangan jatuh hati pada Chanyeol." [YAOI, 15+] [Beberapa dari chapter akan di privat. Untuk membaca, follow me first, akan bisa automatis terbaca jika sudah.]
Chapter 11
Mulai dari awal