Begitu lembut penjelasan dari Salma. Dia tahu pasti jika putrinya itu tidak akan mendengarkan jika dijelaskan dengan kekerasan dan kemarahan, maka dari itu dia memilih untuk menjelaskan dengan cara lembut dan hati-hati untuk anak gadisnya yang akan beranjak dewasa.

"Berdasarkan ayat Al-Qur'ān surah Al-Ahzab ayat 59, kewajiban menutup aurat merupakan keseluruh tubuh, sedangkan berdasarkan hadits, batas aurat perempuan ialah kecuali wajah serta telapak tangan. Tujuannya untuk apa? Tujuannya adalah menjaga kehormatan dan keselamatan diri para wanita saat beraktivitas bersama dengan laki-laki ataupun tidak"

"Coba kamu bayangkan, Satu helai rambut yang nampak, dosanya sama dengan 70 tahun dalam neraka-Nya Allah, manusia rata-rata memiliki 800 ribu helai. Begitu luar biasa dosa yang ditanggung jika kita tidak menutup aurat saat keluar rumah bagi para wanita muslim seperti kita"

Devi diam menyimak apa yang di ucapkan oleh Bundanya.

"Kamu mau tau hikmah dalam menutup aurat Nak?" Devi bergeming, Salma tersenyum melihat putrinya yang terus menundukkan wajahnya.

"Hikmah Menutup aurat bagi wanita, sebagai bukti keimanan kepada enam rukun iman, yakni: iman kepada adanya Allah SWT, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, serta qadha dan qadar. Sebagai cara untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT, sehingga kelak akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat berupa surga-Nya"

"Kamu paham apa yang Bunda jelaskan Devi?" tanya Fatir kepada putrinya tegas.

"Paham Ayah, Bunda"

Salma tersenyum, dia mengelus surai lembut milik putrinya. "Bunda tahu untuk kembali seperti dulu memang susah, lingkungan kamu dan pertemanan kamu sangat tidak mendukung jika kamu kembali seperti dulu lagi kan? Bunda tidak akan memaksa, tetapi akan terus Bunda ingatkan jika kita diwajibkan untuk menutup aurat"

"Ayah akan membuat lingkungan dan pertemanan kamu bisa menerima kamu dengan penampilan seperti dulu"

Salma menatap suaminya lamat-lamat, dia tahu kemana arah pembicaraannya sekarang.

"Maksud Ayah?" tanyanya yang merasa sedikit ambigu dengan ucapan Ayahnya.

"Ayah akan pindahkan kamu ke pesantren milik kakek"

Degh!

Devi menolehkan wajahnya menatap Ayahnya, jantungnya kini berdegup kencang setelah mendengar ucapan yang begitu mencolos hatinya. Apa katanya? Di pindahkan ke pesantren? Yang bener saja, apa kata dunia nanti jika dirinya masuk kedalam pesantren. Meskipun Devi adalah cucu dari Kiyai ternama di Jawa Timur, sangat jarang untuknya menginjakkan kakinya di area pesantren milik kakeknya. Karena menurut Devi, pesantren adalah penjara nomor dua setelah penjara polisi. Disana tidak ada kebebasan dan hanya ada aturan, aturan dan aturan! Bagaimana mungkin dirinya akan tinggal di pesantren? Tidak! Membayangkan saja sudah membuat Devi menggeleng kecil.

"Enggak Ayah! Devi gak mau pindah, apalagi itu ke pesantren" tegas Devi beranjak dari duduknya.

"Ayah sudah memikirkan ini matang-matang dengan Bunda kamu"

Devi menatap nanar Bundanya. "Bunda setuju dengan keputusan Ayah?"

Salma beranjak dari duduknya dan mengelus bahu Devi lembut. "Sayang, ini demi kebaikan kamu"

"Kebaikan apa Bunda!" Devi menepis tangan Salam. "Ini namanya Bunda sama Ayah mau menjarain anaknya sendiri!"

"Bukan begitu Nak, pergaulan diluar sana sangat tidak aman untuk anak gadis seperti kamu. Ayah sama Bunda sangat khawatir jika kamu salah pergaulan dan melanggar perintah Allah"

"Enggak! Devi gak akan mau untuk masuk pesantren!" Devi meninggalkan ruang keluarga dan memilih untuk mengurung dirinya di kamar.

BRAK!

Istri Nakal Gus AfanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang