Bricia 11🔮

35.2K 2.9K 58
                                    

H̤̮a̤̮p̤̮p̤̮y̤̮ R̤̮e̤̮a̤̮d̤̮i̤̮n̤̮g̤̮!̤̮

●○●○●○●○















Bricia tak menampik jika sebagian anggota tubuhnya selalu merinding kala mendapatkan sentuhan apapun dari pria Antagonis yang kini tertidur disebelahnya dengan damai.

Gue pengen jauhin mereka semua, tapi gue harus kemana? Gaada sedikitpun chapter yang ceritain asal usul keluarga Bricia si Figuran, Bricia menelan susah payah ludahnya sendiri lalu melirik wajah tampan Romero yang tengah memejam. Gue gamau bernasib malang kaya didalam novel, siapa yang bakal ngira kalau cowok ganteng yang punya sikap polos kaya lo nyatanya punya sisi sadis tersendiri.

Dibawah gelapnya kamar beraroma musk ini, Bricia tidur terlentang dengan mata terbuka menatap kosong langit-langit kamar, ia tak bisa tidur.

Bahkan susu yang kerap kali disajikan Romero ia buang ke dalam wastafel, jangan kira Bricia tidak tau obat yang selalu dimasukkan pria itu kedalam minumannya.

Pria ini, sangat mengerikan dan patut ia jauhi. Tapi seberapa kasar pun Bricia menolak bahkan tak segan memukulnya Romero terus saja mendekatinya tanpa lelah.

"Gue... Gamau dibakar..." gumamnya parau, kenapa Bunga harus menempati raga Figuran bernasib malang ini?

Keringat dingin membasahi poninya padahal AC diruangan ini menyala dengan baik, Bricia kian merinding membayangkan para bawahan yang pria itu suruh untuk menyetubuhi dirinya diruangan gelap.

Disingkirkan nya tangan kekar yang berada di perutnya kemudian Bricia bangkit perlahan dari atas kasur tersebut, sebelum pergi ia sempat menoleh dan bersyukur Romero masih tertidur nyenyak.

Bricia pergi ke kamarnya sendiri lalu mengunci pintu dari dalam, ia mondar mandir menyerka keringat di pelipisnya.
"Gue harus buat rencana baru buat jauhin para pemeran itu, iya."

Bricia berjalan menarik kursi meja belajarnya lalu mengambil pena dan buku yang harusnya ia siapkan untuk masuk sekolah besok.
"Oke, kita mulai dari Romero. Dia fall in love sama Aira cuman satu hari kan waktu gak sengaja Aira ke hantam bola basket punya Arthur? Darisana konflik dimulai. Sikap Romero yang awalnya acuh dan benci sama Bricia tiba-tiba jadi lembut bahkan bales perasaan gadis itu seolah dia juga cinta, apalagi waktu dia tau kalau Bricia sama Aira itu temenan deket."

Bricia menuliskan semuanya yang ia ucap lalu mengetuk ujung pena kebawah dagu seolah berfikir lagi.
"Terus, makin menjadilah tu setan ngehasut Bricia supaya terus bawa Aira ke rumahnya, Diam-diam Romero ngambil semua foto wajah Aira bahkan gue inget banget chapter dimana dia nyebarin foto Aira yang lagi ciuman sama Arthur ke mading sekolah sampai akhirnya Aira dibenci dan si skors selama satu minggu."

Dengan konyolnya Bricia menggambar wajah-wajah mereka asal didalam buku itu, ia tertawa kecil.
"Jadi yang harus gue persiapkan sebelum masuk terlalu jauh ke drama mereka adalah... Jangan berteman sama Aira, jangan satu eskul yang memungkinkan adanya Romero disana, mulai bersikap cuek bebek, jauhin semua pemeran, nyari cogan figuran yang setara sama gue. Pdkt an terus jadian, harus kaya biar bisa kabur dari sini secepatnya, nikah, hidup bahagia!"

"Oh! Atau-atau... Gimana kalau gue bantu aja kubu Aira sama Romero buat bersatu terus bujuk mereka supaya gak bunuh gue? Tapi... Protagonis tetap yang bakal menang, ck. Yaudah lah gue jadiin aja itu rencana kedua kalo rencana pertama gagal."

Senyum Bricia terulas lebar akan idenya, ia cium buku tersebut sebelum menyimpannya kedalam selok lalu beranjak menuju alam tidur.

"Gue udah persiapin semua ini, dan yang terpenting jangan pernah baper atau ke bujuk rayuan pria itu karena gue yakin dia cuman cinta sama Aira, ya setidaknya jaga-jaga dulu. Ah gue ga sabar buat sekolah besok!" Bricia merenggangkan tangannya dan mulai menarik selimut lalu tertidur dengan wajah membaik sekarang, ia tidak perlu takut lagi.

Bricia's world Where stories live. Discover now