Chapter 21.

23.2K 3K 188
                                    

"A-apa?" Alera benar-benar terkejut mendengar perkataan suaminya. Tidak pernah ia sangka jika pria yang ada di sebelahnya ini ternyata adalah orang yang berasal dari dunia yang sama dengannya.

Lantas, jika memang Lendra telah mengalami perpindahan jiwa, bagaimana dia bisa menyukai Alera? Atau mungkin... Dia telah mengalami perpindahan jiwa jauh sebelum mereka menikah?

Keterkejutan dan kebingungan bergerilya di benak Alera, bahkan hal tersebut juga turut tercermin di wajah cantiknya. Lendra hanya tersenyum melihat kebingungan yang terlibat jelas itu.

Lendra sama sekali tidak marah saat mengetahui bahwa tubuh istrinya telah ditempati oleh jiwa orang kain.
Karena sejujurnya, meski terkesan jahat, Lendra harus mengakui bahwa ia tidak pernah benar-benar mencintai. Apalagi sebelum tubuh Alera Aleondra ditempati oleh jiwa asing, sifat wanita itu sangat buruk. Bahkan benar-benar buruk.

Tetapi sekarang, tampaknya ia sudah mulai jatuh cinta. Jatuh cinta terhadap sifat jiwa asing yang memasuki tubuh istrinya.

"Hm, aku mengerti tentang kebingunganmu. Mau tahu beberapa hal tentang diriku?" tawar Lendra.

"Bolehkah?" tanya Alera.

"Boleh, tapi kamu juga harus memberitahukan tentang dirimu."

Alera terdiam sejenak, memikirkan tawaran sang suami. Keraguan sempat menyeruak namun ini adalah kesempatan yang sangat bagus untuk saling terbuka satu sama lain. Akhirnya, Alera mengangguk menyetujui.

"Baiklah, pertama-tama, mari berkenalan terlebih dahulu. Namaku Evandra Felix, salam kenal, Nona."

Alera diam, matanya menatap dalam wajah Lendra saat mendengar nama yang sangat familier di benaknya. Nama orang terdekatnya saat masih menjadi Alera Ananta. Namun, orang yang memiliki nama itu telah menghilang saat mereka lulus kuliah.

"Mungkin hanya Kebetulan saja," batinnya mencoba berpikir rasional.

"Aku telah di dunia ini sekitar enam sampai tujuh tahun yang lalu. Entah apa yang menyebabkan aku bisa mengalami kejadian yang diluar akal sehat seperti ini, aku sama sekali tidak mengingatnya," lanjut Lendra bercerita.

Batin Alera semakin resah. Bahkan pria yang ada di depannya ini sudah berada di sini kurang lebih selama tujuh tahun, dan hal tersebut sama dengan rentang waktu Evandra-nya yang menghilang kurang lebih tujuh tahun yang lalu tepatnya ketika mereka baru menginjak semester lima di bangku perkuliahan.

Satu lagi yang tak kalah membuat Alera resah adalah, tentang hubungan sang suami dengan Alera asli. Jika pria itu telah di sini kurang lebih tujuh tahun, berarti cinta di antara mereka telah bersemi bukan. Ah, tidak, cinta Lendralah yang telah bersemi, karena menurut ingatan asli Alera Aleondra, Lendra menikah dengannya atas dasar cinta sedangkan Alera sendiri tidak.

Mengetahui kekhawatiran sang istri, Lendra terkekeh pelan. "Kamu pasti berpikir aku menikahi Alera karena cinta 'kan?"

"Bukannya memang begitu?" tanya Alera balik.

Lendra menggeleng pelan seraya mengalihkan pandangannya ke arah danau. "Tidak. Mungkin ini terdengar jahat, tapi aku tidak pernah mencintai Alera. Dulu ketika masih menjadi Evandra, aku mempunyai seseorang yang aku cintai. Sahabat yang menemaniku dari kecil hingga di bangku perkuliahan. Semua itu aku lihat ada di dalam diri Alera kecuali sifat tentunya."

Alera mulai mengerti, menurut ucapan Lendra, ia berarti menjadikan Alera Aleondra sebagai pelarian bukan? Atau pelampiasan?

"Kalau boleh tahu, siapa nama sahabatmu itu?" tanyanya. Sejujurnya ia merasa sedikit cemburu karena sang suami ternyata mencintai wanita lain, tapi beruntungnya wanita itu sudah berbeda dimensi dengan mereka.

Siapapun orang yang dicintai Lendra, Alera harap, orang itu tidak turut masuk ke dunia ini. Tapi sebentar... Kenapa ini terasa aneh? Lendra mempunyai asli yang sama dengan sahabat kecilnya, ia juga masuk ke sini bertepatan dengan Evandra yang menghilang, selanjutnya Lendra juga mempunyai sahabat kecil ketika menjadi Evandra.

"Sebenarnya hal ini cukup unik, di mana nama sahabat kecilku sama dengan namamu, hanya saja berbeda nama belakang," ucap Lendra membuat jantung Alera berdebar kencang. "Namanya Alera..."

"Ananta," ucap mereka secara bersamaan.

Seketika mata Alera berkaca-kaca. Ia hanya asal menebak, namun siapa sangka tebakannya benar. Sedangkan Lendra sendiri tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejut di wajahnya.

"Kamu... tahu?" tanya Lendra.

Alera mengangguk cepat. "Ya, aku tahu semuanya. Kita tinggal di panti asuhan pelita, dan diurus oleh Bunda Marella, benar 'kan?"

"Kita? Apa maksudmu?"

"Kamu masih tidak mengerti, Tuan Felix? Aku adalah Alera Ananta," ucap  Alera dengan air mata yang sudah mengalir membasahi pipinya.

Lagi-lagi serangan kejut selalu menghampiri mereka. Lendra rasanya tidak punya wajah lagi di depan Alera. Ia tadi telah mengucapkan secara gamblang mencintai sahabat masa kecilnya yang tak lain adalah jiwa yang menempati tubuh Alera Aleondra.

Tetapi tak dapat dipungkiri, Lendra senang bahkan sangat senang. "Alera? Benarkah itu kamu?"

Alera tanpa ragu mengangguk. "Benar, Evan."

Rasanya Lendra ingin mendekap Alera, namun seorang anak yang sedang berada di pangkuannya ini sedang tertidur pulas sehingga ia tidak bisa meminta anak ini untuk menyingkir. Ya, sedari awal, Enzi telah terlelap, mengabaikan semua percakapan kedua orang tuanya.

"Aku ingin memelukmu, bolehkan aku membuangnya?" ucap Lendra enteng seraya menunjuk sang anak dengan bibirnya.

TBC.

Maaf baru update, aku belakangan ini lagi ga enak badan. Mual-mual sama sakit tenggorokan.

Do'ain aku cepat sembuh, ya...

Follow ig @habibalfaqhri

Farmer's Wife (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang