Gus hafiz ganteng banget sihh!!

Seperti itulah teriakan beberapa remaja yang berada disana, mentari yang mendengar itu merinding!, karena banyak yang menyukai suaminya, beruntung sekali dia bisa mendapatkan gus hafiz, seorang lelaki sholeh, yang membuat nya menjadi lebih baik dari sebelum nya.

Dari sini mentari belajar, jika seseorang benar benar mencintai ia tidak akan membawa kejalan yang salah!

Mentari menatap kagum sang suami yang berada diatas mimbar, dengan sarung berwarna hitam bermotif batik memakai baju koko berwarna hijau army serta peci hitam yang melekat dikepalanya .

"Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!" gus hafiz mengucap salam

"WA'ALAIKUMSALAM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH" ucap semua jama'ah yang berada di mesjid tersebut

"Perkenalkan nama saya muhammad hafiz adnan luqman, saya disini menggantikan ustadz zikri yang tidak bisa berhadir karena ada sedikit kendala!"

"Materi kita pada hari ini adalah
JIKA SUATU SAAT NANTI KAU JADI IBU"

Jadilah seperti Nuwair binti Malik (Radhiyallahu 'Anha) yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya..

Saat itu sang anak masih remaja. Usianya baru 13 tahun..
Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar.

Rasulullah (Shalallahu 'Alaihi wa-Sallam) tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih.

Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah (Shalallahu 'Alaihi wa-Sallam) dengan potensinya yang lain..

Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah (Shalallahu 'Alaihi wa-Sallam) karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an..

Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris pencatat wahyu..

Karena ibu, namanya akrab di telinga kita hingga kini:
Zaid bin Tsabit (Radhiyallahu 'Anhu)..

··· ··· ···

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..

jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah (Rahimahallah) yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah..

Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu..

Kelak, ia tumbuh menjadi jajaran Ulama Hadits dan Imam Madzhab.
Ia tidak lain adalah
Imam Ahmad bin Hanbal (Rahimahullah)..

··· ··· ···

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu..

Jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya .
Seperti Ummu Habibah (Rahimahallah)..
Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya..

Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya,
“Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaan-Mu..
Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu.. Oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah urusannya..
Peliharalah keselamatannya, panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, aamiin!”..

Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tumbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya, tapi kita pasti mengenal nama besarnya:
Imam Syafi’i (Rahimahullah)..

Matahari BaskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang