32. The Truth

Mulai dari awal
                                    

'Bukankah itu istri Sunghoon Park?'

'Itu Jungwon kan? Istri CEO Park? Kenapa dia kesini bersama pria lain?'

'Mereka kekasih? Jadi, Jungwon selingkuh? Astaga padahal dia sedang mengandung'

'Apa menurutmu bayi yang dikandung Jungwon adalah bayi pria itu?'

'Jika memang begitu, maka aku yang akan menjadi pendukung mereka'

'Dasar gila. Tentu bayi itu bayi Sunghoon'

Sedikit bisikan yang Jungwon dengar. Meski begitu ia tahu ia salah. Tidak seharusnya ia pergi bersama pria yang bukan suaminya. Sibuk dengan memperhatikan bisikan itu, ia sampai tidak sadar bahwa Haruto ada disampingnya.

"Lo ngelamun?"

"Hm?" Sedikit tersentak sembari menoleh.

"Gapapa. Eh menurut lo bagusan yang rainbow apa putih?"

"Terserah kakak saja," Jungwon kembali melihat-lihat.

"Kalo gitu.. dua duanya. Lo udah nemuin celananya?"

Jungwon mengambil celana ukurannya, "Sudah."

"Oke. Waktunya membayar," semangat Haruto kemudian mereka berjalan bersama ke kasir.

***

Seseorang menunggu waktu yang tepat untuk melakukan tugasnya dan sekarang.

"Kenapa?" Pria itu segera bersikap biasa kemudian menggeleng.

Berdecak kesal ketika ternyata mereka sudah sampai di lantai dasar.

***

Mereka sampai di rumah Jungwon. Haruto membukakan pintu untuk Jungwon kemudian memberikan 4 paper bag berukuran besar untuk si manis.

"Terima kasih untuk semuanya. Sebenarnya, seharusnya aku yang membayar ini semua kak."

"Sans ae. Kapan-kapan kita belanja lagi oke? Byee Jungwonie."

Setelahnya Haruto mengendarai mobilnya menjauh. Meninggalkan Jungwon yang langsung memasuki mansion itu. Terlalu fokus pada bawaannya sehingga ia tidak melihat bahwa ternyata seseorang menunggunya di ruang tamu.

"Kenapa pintu utama terbuka?" Gumamnya tanpa jawaban.

Ia memasuki manisonnya, "Sunoo?"

Yang memiliki nama mendongak dengan senyuman khasnya, "Kak Jungwon. Sini. Sunoo mau ngomong sesuatu."

***

Haruto menghentikan mobilnya di sebuah perusahaan. Turun dari sana dan memasuki gedung itu. Ia menaiki lift untuk menuju ke sebuah ruangan. Baru saja membuka pintu, namun sebuah pukulan membuatnya terjatuh begitu saja. Ia memandang tajam pria itu. Sedangkan pria itu menutup pintu yang sempat terbuka tadi.

"Kenapa kau tidak bisa melakukannya?" Tanyanya dingin.

"Asal lo tau aja. Gak semudah itu bikin istri lo celaka, Sunghoon."

Sunghoon berdecak kesal dan membantu Haruto berdiri. Kemudian dengan sedikit kasar ia menyuruhnya duduk. Haruto menghela nafas panjang, "Gue gak tau kenapa Tuhan ngelindungin mereka berdua sebegitu ketatnya."

"Bukan Tuhan yang pintar melindungi mereka. Tapi kau yang tidak pecus Harut," Sunghoon berbicara dengan membelakangi Haruto.

"Maksud lo? Lo tau kan kejadian di Cafe? Sumpah gue udah nyuruh tuh Cafe buat masukin obat ke makanan Jungwon. Tapi apa? Justru mereka salah ngasih. Terus lo tau kan? Tadi di museum gue nyuruh penjaga buat ngunciin istri lo di ruangan pengap. Tapi istri lo keburu sadar dan gagal."

Sunghoon menghela nafas kasar dan Haruto melanjutkan perkataannya, "Terakhir nih. Di mall gue udah berusaha dorong dia dari eskalator. Tapi dia keburu sadar lagi."

Pria Park itu memberikan sebuah amplop berwarna coklat pada pria Jepang. Mendapatkan apa yang ia inginkan, Haruto segera tersenyum cerah, "Makasih bro."

"Itu sudah tiga kali lipat dari perjanjian kita kemarin," ujar Sunghoon kemudian ia duduk di kursi miliknya.

"Oke oke gue percaya. Jadi, selanjutnya apaan?"

"Tetap lanjutkan saja tugasmu."

Haruto mengangguk dan sembari memainkan uang itu ia bertanya, "Lo kok sebegitu benci sama Jungwon? Emang doi buat salah ya?"

Terlihat Sunghoon terdiam dengan pandangan kosongnya, "Ada sesuatu saat kami dulu satu sekolah."

"Ha? Kok gue baru tau lo pernah sesekolah ma istri lo. Bukannya 10 tahun lo di luar negeri."

Sunghoon menjawab dengan ringan, "Taman kanak-kanak ku di sini."

"Wahh dendam jaman bocil nih," Haruto menjadi penasaran.

"Ck, pergilah sekarang."

"Tapi gue pengen tau kenapa bisa sebenci itu—"

"Karena ayahku. Ayah kalah dari perusahaan milik ayah dari Jungwon, NJ Property. Sebagai balasannya aku harus berusaha mencelakai Jungwon saat itu. Entah dengan cara apapun karena ayah berpikir jika Jungwon celaka, maka fokus dari paman Namjoon akan teralihkan pada Jungwon," balas Sunghoon dengan panjang sembari mengerjakan sesuatu pada laptopnya.

"Tapi pas itu lo masih Taman Kanak-kanak dan lo udah mau celakain orang?"

"Kau tidak tau konsekuensi jika aku tidak bisa melukai Jungwon."

"Tapi bukannya perusahaan ayahnya udah bangkrut ya? Terus apaan lagi yang harus lo dendam sama istri lo?"

"Jungwon... pernah membuat ku sakit hati. Dia penuh masalah," ujar Sunghoon mulai pelan di akhir.

"Ha?" Haruto tersentak kaget.

"Aku pernah menyukainya. Tapi dia menyukai orang lain dan entah kenapa perasaan itu menjadi benci sekarang."

"Bentar..." Haruto berdiri lalu mendekati Sunghoon.

"Maksud lo... Jungwon itu cowok yang pernah lo suka terus cinta kalian bertepuk sebelah tangan gitu?" Pria Park itu mengangguk.

"Tapi Hoon, Jungwon udah jadi istri lo sekarang. Bahkan ngandung anak lo dan bukannya sayang, lo malah benci sama dia? Gila lo."

"Aku tidak tahu kenapa Haruto. Seperti sakit hati saat itu tidak bisa terobati lagi."

Haruto tidak ingin memperpanjang masalah karena ia tau akar permasalahannya, "Gue harap lo berubah Hoon. Kasian Jungwon kalo lo terusan benci doi."

Sunghoon memandang tajam Haruto, "Tapi kenapa kau mau aku suruh untuk melukainya?"

Terlihat yang lebih muda sedikit tersenyum, "Asal lo tau. Gue dulu satu sekolah sama doi. Dan karena gue muak lihat dia juara kelas, jadi gue ganggu aja tuh doi. Mana dulu gue ngikut sok-sok kek anak kakel lagi padahal seangkatan."

Sunghoon menghela nafas pelan, "Sekarang kau pergi. Aku masih memiliki pekerjaan."

"Oke. Gue bakal berusaha bikin doi celaka. Gemes aja gitu lihat dia tersiksa."

"Psikopat."

"Lo apaan kalo gue psikopat?" Sangkal Haruto dan pergi dari sana.

Sunghoon menyadari keadaan ruangan yang kembali sunyi seperti sebelumnya. Kemudian Sunghoon mulai mengerjakan kembali beberapa berkas yang tersisa.













































Tbc.

Marriage For Wealth  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang