Bricia 17🔮

34.2K 2.8K 150
                                    

H̤̮a̤̮p̤̮p̤̮y̤̮ R̤̮e̤̮a̤̮d̤̮i̤̮n̤̮g̤̮!̤̮


●○●○●○●○







Suara pukulan keras itu mampu membuat tubuh Arthur terdorong kebelakang sampai Romero mencengkram kerah seragamnya, protagonis itu sedikit tertegun melihat kobaran amarah yang tak main-main dari mata Romero.

"Romero udah! Lo berdua udah pada dewasa masih demen banget baku hantam gini! Gak sekalian ambil golok terus saling tebas biar mati!" Bricia menengahi keduanya dengan menarik tangan Romero, pria itu beralih menatapnya dalam. "Lo juga, jangan segala apa-apa harus pake kekerasan! Ini masih di area sekolah lo mau kasus lo makin banyak?!"

Muak rasanya Bricia dihadapkan kembali dengan perkelahian kedua pria didepannya saat ini, terlebih pada Arthur yang entah ada angin apa tiba-tiba mengatakan hal yang mustahil seperti ini, dia mencintai dirinya?

Romero menunjuk wajah sialan Arthur yang terlihat mengusap darah dari sudut bibirnya namun segera diturunkan Bricia dengan tatapan geram.
"Cia dia yang mulai duluan, kamu tidak dengar tadi dia berkata seperti itu?"

"Terus apa salahnya? Gue sama Arthur memang lebih dulu ketemu bahkan keluarganya sering ngasih hadiah ke semua anak panti dulu, justru disini lo yang keterlaluan. Lo gampang kebawa emosi padahal Arthur cuman bilang dia suka dan belum tentu gue bales hal serupa! Dan lo juga sama! Gue hargai perasaan lo tapi lo harus tau diri kalo lo udah tunangan Ar. Gue gak mau kalo sampe Aira denger semua ucapan lo barusan. Sekarang damai," tekan Bricia mampu membuat Arthur terdiam beberapa saat sebelum ia menggertakkan giginya.

Romero mengubah raut wajahnya dengan drastis, pria itu berdecih mengalihkan wajahnya ke samping.

"Damai? Sama si sialan itu maksud kamu? Gak! Aku gamau Cia."

Bricia menghela nafas mengusap dadanya sabar.
"Ar, gue minta--"

"Gausah minta maaf Cia, kamu gak salah ngapain minta maaf ke si sialan itu," ditariknya tangan gadis itu hingga mundur menubruk dada keras Romero, Bricia merinding sebadan kala di liriknya tangan Romero bersemayam dipinggang rampingnya.

"Lo gak bisa ngekang Bricia apalagi bersikap posesif saat hubungan kalian hanya sebatas Kakak adik," Arthur sepertinya tak jera, ia malah memancing kembali kobaran api didalam dada Romero.

"Gue bukan Kakak dia bangsat! Cia cuman milik gue!" tak menghiraukan teguran Bricia tadi, Romero kembali menghantam rahang Arthur namun kini pria itu juga membalas hal serupa.

Ditengah keributan itu, betapa terkejutnya Aira saat mencari-cari sosok Arthur untuk pulang bersama tiba-tiba mendapati pria itu tengah berkelahi dengan Romero di Koridor, dilihatnya disana juga ada Bricia yang menahan tubuh Romero yang begitu gilanya ingin menyerang lagi Arthur yang kini sudah babak belur dengan darah mengalir di hidungnya.

"Arthur! Astaga stop!" Aira berlari cepat menarik tubuh Arthur lalu menatap marah pada Bricia. "Apa yang udah lo lakuin lagi sekarang?! Lo seneng direbutin dan lihat Arthur juga Romero berkelahi kaya gini Cia?!"

Bricia mengerut bingung, saat paham tuduhan Aira ia tertawa geli kenapa jadi dirinya yang disalahkan? ingin menjawab tapi Romero segera mewakilinya.
"Jaga mulut sialan lo, tunangan murahan lo yang ngejar-ngejar cewek gue!"

"Lah? Kenapa lo jadi nyalahin gue? Gue udah berusaha melerai dua setan ini dan kebetulan karena lo datang sekarang lebih baik lo bawa dia pulang deh," suruh Bricia dengan tampang lempeng. "Udah gue bilang kan lo harus tau status lo apa Ar, kita emang lebih dulu ketemu tapi itu gak berarti gue bisa wellcome sama perasaan lo, gue gak mau hancurin hubungan kalian berdua."

Bricia's world Where stories live. Discover now