Bricia 20🔮

26.8K 2.3K 175
                                    

H̤̮a̤̮p̤̮p̤̮y̤̮ R̤̮e̤̮a̤̮d̤̮i̤̮n̤̮g̤̮!̤̮




●○●○●○●○








Di kantin yang sudah mulai padat tampak Cici yang tengah mendumel mencoba menghubungi Bricia karena temannya yang satu itu tak terlihat sejak tadi.

"Ini Bricia kemana lama banget mana pesan sama telfon gue gak diangkat-angkat, gue takut aja dia dibawa kabur Romero," Cici menyerah menyimpan ponselnya diatas meja lantas menghunus kan tatapan pada Justin yang fokus memakan makanannya, "Lo sama Bricia ada masalah apa? lo kaya menghindar banget dari dia."

"Gak," jawaban singkat Justin menyuapkan makanannya namun mendapatkan cubitan dari Cici, "Sakit Ci! gak berperasaan banget lo."

"Gue mau lo jujur, kita itu teman dan gak boleh ada yang ditutup-tutupi satu sama lain," omelnya menarik mangkuk milik Justin.

Pria itu menghela nafas meraih tisu dan mengusap bibirnya sebelum menjawab, Cici terkesiap menegang kala Justin mendekatkan wajahnya lalu berbisik pelan didepan wajah Cici, "Sebenarnya Bricia minta sama gue biar dia bisa masuk sirkuit balap."

"WHAT--?!!" mulutnya dibekap Justin dengan melirik kesana kemari beruntung tak ada yang peduli.

"Tanding akan diadakan bulan ini jadi gue nunggu waktu yang tepat supaya Bricia bisa nyamperin pelatih gue dan tunjukin kemampuan dia, dia beralasan kalau dirinya butuh duit banyak entah buat apa. Karena dia cewek satu-satunya itu akan mempersulit masuk ke arena balap yang notabene nya dilakuin sama cowok," jelas Justin duduk semula kembali, Cici lihat pria itu tampak menghela nafas kasar.

"Jadi itu alasan lo marah sama Cia?" tanya Cici memilin ujung seragamnya, bisa saja Justin se khawatir itu pada Cia kan? "Lo gamau Cia kenapa-napa?"

"Gue emang gamau dia kenapa-napa, tapi bukan itu alasan utama gue nyuekin dia," Justin membuka layar ponsel pipihnya dan menyodorkan pada Cici, "Lo baca sendiri, gue gatau dia tau tentang masa lalu gue darimana, tapi karena dia ngungkit hal sensitif itu gue jadi gabisa lupain semuanya."

Cici membacanya, kerutan samar timbul diantara alisnya.

Gue batalin semuanya, gue gabisa lanjutin bareng cowok yang anehnya malah masuk sirkuit balap setelah adiknya sendiri dibuat lumpuh karena ditabrak mereka.

"Jus, lo gapapa kan?" tanya Cici kala Justin menundukkan pandangannya, pria itu mengangguk kecil, "Tapi menurut gue ini bukan typing Bricia deh, seperti kata lo tadi dia gak mungkin tau permasalahan masa lalu lo sedalam ini saat kita aja jarang ketemu bahkan reaksi Bricia waktu lo bilang gitu aja dia kaya kebingungan banget ditambah ponselnya yang rusak secara tiba-tiba setelah ngirimin pesan ini, Justin ... lo gak lupa kan kalau dia serumah sama Romero?"

Manik Justin melebar seakan memahami apa arti ucapan Cici, bisa saja Romero yang memberikan pesan tersebut padanya lewat ponsel Bricia ditambah gadis itu sangat antusias memohon bantuannya agar masuk dan tiba-tiba membatalkannya karena alasan seperti itu? tanpa sadar cengkraman Justin di sendok kian menguat.

"Romero sialan," geramnya dengan gigi bergemelatuk, "Dia pasti sengaja buat gue salah paham sama cewek yang gue suka."

Cici mengangguk kecil dengan pandangan yang ia jatuhkan kesamping, namun tak lama matanya malah melotot pada Justin.
"Tunggu, kenapa Bricia minta tolong sama lo buat masuk sirkuit?! apa hubungan lo sama balapan?!"

Belum sempat menjawab Cici dan Justin tak sengaja mendengar pembicaraan para siswi-siswi yang melintasi meja makan mereka.

"Siapa sih cewek tadi, so cantik banget sampai bentak-bentak Romero."

Bricia's world Where stories live. Discover now