Dua puluh sembilan

Mulai dari awal
                                    

Akibatnya, Galen tidak bisa lagi bersikap hangat seperti dulu kepada kedua orangtuanya. 

Tiara dan Dipta pun menerima dengan lapang sikap anaknya yang satu itu kepada mereka karena sebenarnya mereka berdua juga merasa sangat bersalah atas apa yang menimpa Cala.

"Galen cuma butuh waktu, mah. Kita harus inget, sama sekali nggak mudah buat Galen nerima keadaan ini. Kita harus bersyukur, karena sejak Galen menjalin hubungan sama Cala lagi, anak itu jadi lebih sering pulang ke rumah daripada ke apartemennya" Jelas Dipta dengan lembut, mencoba memberi pengertian kepada istrinya.

Hati Tiara malah sakit ketika mendengar penuturan suaminya. Sebenarnya, ia juga turut senang karena Galen jadi lebih sering pulang ke rumah daripada ke apartemennya. Namun, mengarungi fakta bahwa anak pertamanya itu masih saja bersikap dingin setelah sepuluh tahun berlalu, rasanya sakit sekali.

Selama ini, anaknya yang satu itu selalu berpura-pura hangat kepada mereka berdua jika sedang berhadapan dengan orang lain saja. Hal itu Galen lakukan agar tidak merusak citra kedua orangtuanya sebagai orang yang cukup terpandang. Selebihnya, ya Galen akan selalu bersikap acuh.

"Aku kangen Galen yang dulu" cicit Tiara, mulai terisak.

Dipta segera merangkul kedua bahu istrinya dari samping. "Sabar, mah" hanya itu yang bisa ia katakan.

Satu tangannya terus bergerak untuk mengusap bahu sang istri yang masih bergetar, mencoba memberi ketenangan lewat sentuhannya.

🌼🌼🌼

"Mas udah sampe rumah?" Tanya Cala dari seberang.

"Udah" jawab Galen singkat.

Saat ini mereka sedang melakukan panggilan video.

Cala sedang berbaring santai diatas kasurnya, sementara Galen meletakkan ponselnya di nakas samping tempat tidur. Mengarahkan layar ponsel ke arah kamarnya, agar Cala bisa melihat pergerakannya yang sedang sibuk mondar-mandir untuk bersiap tidur.

"Jangan mandi malem, nggak bagus!" ujar Cala ketika melihat Galen berjalan ke arah kamar mandi sambil membawa handuk kecil.

"Mas..." panggil Cala ketika Galen tak kunjung keluar kamar mandi.

Sepuluh detik kemudian, barulah Galen keluar dengan kaos putih oblong dan juga celana tidur pendek berwarna merah muda yang terlihat lucu saat ia pakai di tubuhnya yang besar dan lumayan kekar.

Ia meraih ponselnya di nakas untuk kemudian dibawanya bersandar di kepala kasur. Kini ia mengarahkan layar ponselnya itu ke wajah tampannya. "Iya, sayang. Aku nggak mandi. Cuma cuci muka"

"Sama ganti baju" tambah Cala.

"Iya. Sama ganti baju"

Padahal mereka sudah bertemu seharian ini, namun rasanya masih saja tidak cukup untuk Galen. Begitu sampai di kamarnya tadi, ia langsung menelfon Cala kemudian mengubah panggilan suara tersebut menjadi panggilan video agar ia bisa melihat wajah cantik pacarnya itu.

"Mas nggak tidur? Istirahat. Besok pagi kan kerja lagi" tanya Cala.

"Kamu besok libur, kan?" Galen malah balik bertanya.

Mendengar pertanyaan tersebut, Cala menghembuskan nafasnya kesal. "Tadinya begitu. Tapi ternyata Rara besok nggak bisa masuk. Jadi aku gantiin dia masuk pagi" jawabnya.

My Beloved CalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang