62. (Maka) dunia pun takan tergapai

Mulai dari awal
                                    

Van menempelkan telunjuk ke bibirnya sendiri membuat Alura mengerjap.

"Bisa mati gue kalau Nenek lo tahu gue malem-malem nerobos kamar lo." Ujar Van membuat Alura mengernyit.

Alura bingung bukan main sampai kehabisan kata-kata, tidak mengerti situasi saat ini.

"Ini mimpi ya?" Tanya Alura sambil menatap wajah Van membuat empunya tersenyum miring.

"Sayangnya bukan." Jawab Van sebelum mengetuk ujung hidung Alura.

Alura mengerjap sebelum tertegun. Ini tidak bercanda?

Van berada di samping ranjangnya di jam dua belas malam!!!

"Van, ada apa setelah gue pingsan?" Tanya Alura membuat Van bergeming sambil menatapnya.

Mulut Alura sampai terbuka kecil mendengarkan cerita Van. Alura termenung sebelum meneguk ludah.

"Lo sesuka itu sama gue sampai jadi gila?" Tanya Van tengil membuat pipi Alura memerah.

"L-lo juga sama! Bahkan lebih gila daripada gue! Orang waras mana yang nerobos jendela kamar pacarnya malem-malem?!" Tuding Alura tidak habis pikir.

"Iya. Gue emang jadi gila karna elo." Jawab Van membuat Alura tertegun dengan pipi memerah dan jantung berdebar.

"Berhenti blushing depan gue." Titah Van sambil mencubit sebelah pipi Alura membuat empunya merengek kesal sambil menjauhkan tangan Van.

"Kenapa? Kata lo gue cantik kalau blushing."

"Emang. Makannya gue nahan buat gak cium lo." Tutur Van enteng membuat Alura membelalak dengan bibir sedikit terbuka.

"A-apa?" Gumam Alura pelan bahkan nyaris tanpa suara.

Alura sontak mengalihkan pandangannya ke samping dengan wajah memerah sampai ujung telinganya.

Sejak kapan Van jadi blak-blakan seperti ini?

Alura meneguk ludah sebelum merasakan debaran jantung sendiri yang menggila.

Namun hanya sekejap tatkala Alura menyadari sesuatu. Van menatap wajah murung Alura sebelum menghembuskan napas kasar.

"Sejak kapan lo jadi penakut? Bukannya lo cewek halu gila yang nekat setengah mati? Sejak kapan lo jadi seragu ini?" Tanya Van membuat Alura menipiskan bibirnya.

Sejak Alura menyadari sudah menyukai Van terlalu dalam.

"Lo gak perlu takut dan maksa jadi normal karena gue." Ujar Van membuat Alura mendongkak menatapnya.

"Gue udah bilang kan? Gue akan nyoba percaya dan sekarang gue percaya apapun yang ada di dunia elo. Entah segila apapun itu, gue percaya. Dan elo gak perlu jadi normal karena takut tentang skenario Tuhan atau apalah itu, karena ada gue. Kalau lo takut, lo bisa lari ke gue." Tutur Van membuat Alura menipiskan bibirnya dengan hati bergetar.

Alura tersentak kecil tatkala telapak tangan Van menyentuh sisi wajahnya.

"Lo tenang aja, gue lebih suka cewek gila kayak elo daripada cewek normal." Tukas Van tersenyum miring sebelum mengacak puncak rambut Alura.

"Tapi Van! Gimana kalau ... gimana kalau langit sampai hancur buat misahin gue sama elo?" Tanya Alura pelan sambil meneguk ludah.

Van termenung sebelum menatap wajah Alura lamat.

"Gue gak peduli. Sekalinya gue suka sama satu orang, gak akan gue lepasin meskipun langit ancur sekalipun." Tukas Van dengan netra menajam dan raut serius membuat Alura mengerjap menatapnya lamat.

Hening mencengkram suasana kedua insan yang masih saling beradu tatap sebelum Van mengerjap tatkala Alura menjulurkan jari kelingkingnya.

"Janji dulu lo gak akan pernah ninggalin gue." Titah Alura dengan wajah merenggut dan netra berbinar sendu membuat Van mengernyit dengan pipi memerah dan jantung berdebar.

Jika Kamu Mati BesokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang